Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan bagian ini. Namun bila tak kuceritakan, akan ada kekeliruan di bagian akhir novel ini nanti.
Mungkin setelah kalian membaca habis cerita ku ini, kalian akan berfikir bahwa aku perempuan pengecut dan penakut. Tapi coba lah untuk pahami posisi ku di cerita ini.
4 November 2013
Aku masih ingat betul kejadian itu. Masih sangat jelas wajah orang yang aku benci hingga saat ini.
Siang itu di kelas ku, tidak ada guru yang masuk. Semua anak asik bercanda kesana-kemari, bebas tidak ada yang mengawasi. Saat itu pula kamera tersembunyi belum di pasang ditiap kelas.
Aku berdua dengan teman ku terdiam di bangku kami seperti biasa. Mengutak-ngatik ponsel dan sesekali mengerjakan tugas dari guru yang sengaja diberikan kepada kami agar tidak berisik di dalam kelas.
Namun entah sebab apa, dua orang perempuan di kelas kami menyindir salah satu anak di kelas kami.
"Iye tau, dia noh yang sering rekam2 terus cepu (mengadu) ke guru, siapa lagi coba?"
"Parah njir, sok alim, najis" ucap yang lain.
Aku hanya diam tidak peduli dengan perkataan mereka. Bahkan aku terus saja mengutak-ngatik ponsel ku.
Tapi kejadian tidak mengenakan mulai terjadi.
Kedua perempuan itu menghampiri meja ku yang tepat berada di dekat pintu keluar kelas. Aku masih terdiam mengutak-ngatik ponsel.
"Tias, elo kan yang cepu sama wali kelas kalo kita berisik? Iya kan?"
"Jujur aja deh lo! Itu video nya masih ada di hp lo kan?"
Aku sejenak diam dan melihat mereka berdua.
"Enggak, gak ada apa2 di hp gua, ngapain juga gua ngerekam kalian berisik? Kaya gak ada kerjaan aja"
"Cih, sok alim bgt lo!"
"Cukup! Kalo gua bilang enggak ya enggak!" teriak ku sedikit membentak pada mereka.
"Udah ego, dia mana mau ngaku njir, mana ada maling ngaku maling? Yang ada penjara penuh ntar" ucap salah satu dari mereka.
Aku duduk kembali dengan tenang, berusaha untuk tidak memperdulikan mereka kembali.
Aku berpikir lagi, kenapa bisa mereka tiba-tiba menuduhku tanpa ada bukti? Kenapa tidak menuduh orang lain seperti ketua kelas nya yang lebih dekat dengan wali kelas? Kenapa aku yang jelas-jelas tidak ada hubungan dekat dengan ketua kelas? Dekat sih, tapi kan kenapa harus aku yang di tuduh? Kenapa gak dia? Yang jelas-jelas lebih dekat dengan wali kelas.
Kedua orang tersebut terus-terusan melemparkan kata2 kasar dan benci terhadap ku. Aku semakin jengah dengan hal ini.
Hingga akhirnya ketika mereka kembali berteriak di kelas dari tempat mereka duduk tak jauh dari ku, aku kembali terpancing emosi.
"Gua bilang enggak ya enggak! Nih lo cek aja tuh hp gua anjing!" teriak ku lebih keras dan membanting ponsel ku ke lantai kelas.
"Kenapa sih kalian? Gua tuh gak ngapa2in dari tadi, gua anteng2 aja!" bentak ku lagi dan sekarang air mata ku telah lolos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Sahabat [TAHAP REVISI]
SaggisticaPrett, bantuin gua dong! -Radit Prat pret prot aja lu! Bantu apaan? -Tias Begitulah Tias mengiyakan Radit saat meminta bantuan nya. Sewot di awal, tapi ujung-ujungnya di iyain juga. Emang dasar bucin! Start Publish On 2020, 29 Oct. The End 2022, 25...