viaylazapya's 1. perihal pulpen

91 46 7
                                    

Vina dengan ke-5 temannya kini tengah berada di kelas mereka, dengan terpaksa mereka mengikuti jam pelajaran matematika. Jika saja guru yang mengajar, tidak mengancam mereka dengan nilai rendah, sudah pasti mereka saat ini berada di rooftop Arvandis bukan di kelas.

"Ck, lama banget lagi nih guru ngejelasin" gumam Nayla.

"Bikin kepala pengen pecah aja" sahut Vina yang memang duduk berdampingan dengan Nayla.

Sedangkan ke-3 temannya, yang berada di belakang mereka kini sedang asik mengobrol, entah apa yang sedang mereka bicarakan hingga tak sadar bahwa Radyr tengah terlelap di meja bagian pojok, bahkan Annisa yang berada di sampingnya saja tidak sadar bahwa gadis itu sedang tertidur.

"Eh tau anak-anak Darkside kan? Mereka katanya udah selesai ngejalanin masa skorsing nya" ucap Desila. Ah gadis itu adalah sumber informasi yang baik.

"Anjir bakalan rusuh lagi nih sekolah" sahut Nayla seraya menengok ke arah belakang.

Darkside, geng motor dari sekolah Arvandis. Tauran, bolos, penampilan yang sangat berantakan menjadi ciri khas dari setiap anggotanya. Mari ku perkenalkan dengan mereka lebih dalam lagi.

Darkside geng motor yang beranggotakan 500 lebih, didirikan pada angkatan pertama Arvandis, dan sekarang sudah angkatan yang ke-20. Pertama didirikan oleh alumni Arvandis, dan sekarang di ketuai oleh Arvada anak dari pemilik sekolah Arvandis. Darkside sendiri memiliki arti, sisi gelap.

Mereka sama seperti geng motor lainnya, memiliki beberapa anggota inti. Arkan laki-laki dengan pesona nya yang kuat, namun tak banyak bicara kecuali bersama anggota inti darkside, yang dimana mereka adalah sahabatnya. jefran laki-laki ramah senyum, dan tingkah lakunya yang konyol. Aditya sedikit bicara, namun tidak dingin. Ah maksudnya begini, Aditya memang sedikit bicara, namun dia juga ramah tidak sedingin ketua Darkside. Yang terakhir, sang ketua yang memiliki sifat dingin hampir tak tersentuh, mata elang nya yang tajam membuat semua orang bergidik ngeri saat di tatap oleh nya, Arvada.

Balik lagi pada anak-anak viaylazapya's, mereka ber-5 asik membicarakan para most wanted boy nya Arvandis. Masih belum tersadar dengan Radyr yang masih terlelap dengan tenang.

"Oke anak-anak, sampai disini pertemuan kita kali ini. Semoga paham, 2 menit lagi bell akan berbunyi. Saya akhiri, wassalam mualaikum wrwb" ucap guru yang sedari tadi menjelaskan materi, mengakhiri pelajaran.

Kringgg!

Dan benar saja, bell berbunyi dengan nyaring tak lama setelah guru yang mengajar keluar kelas. Siswa-siswi Arvandis tentu langsung bersorak senang, menghamburkan diri menuju surga nya Arvandis, kantin.

Lain hal nya dengan viaylazapya's, yang hanya duduk santai menunggu kerumunan di depan kelasnya sepi. Mereka tidak suka jika harus berkerumun.

"Woi buseh, pantes si Radyr anteng kagak ada suara. Ngebo ternyata tuh anak" pekik Nayla kala menyadari Radyr yang tengah tertidur.

Radyr mengerjapkan matanya, saat suara cempreng Nayla berhasil memasuki telinganya dan mengganggu tidurnya.

"Berisik" jawab Radyr seraya mengucek matanya.

"Ayok kantin, keburu masuk" ucap Annisa, lalu beranjak dari duduknya. Jangan lupakan temannya yang langsung mengikuti langkah gadis itu.

Viaylazapya's

Mereka kini berada di kantin, tengah menyantap makanan yang telah mereka pesan.

"Kenapa inti darkside daritadi belum keliatan? Biasanya mereka ngerusuh di kantin" tanya Nayla, matanya menelusuri seluruh isi kantin, mencari inti darkside.

Desila menggedik kan bahunya acuh, "mungkin ke markas nya" jawab Desila.

Rara, gadis itu tengah asik dengan makanannya dan pulpen yang dia jadikan bahan mainan pada tangan kirinya. Hingga tanpa sadar seseorang menyenggol tangan kirinya, membuat pulpen miliknya terjatuh ke lantai.

Gadis itu Mendelikkan matanya, "lo!"

Singkat, namun tersirat kemarahan dalam kata-katanya.

"What?" tanya orang itu, yang tadi menyenggol tangan Rara.

Rara menatap wajah orang tersebut, berdecak sebal.

"Cari pulpen gw sampe ketemu!" lumayan panjang kata-katanya, tidak sepertinya bukan hanya sekedar kata-kata, melainkan perintah.

Sedangkan orang yang di beri perintah, hanya menatap Rara dengan tatapan datarnya, dengan mata tajam nya yang seolah mampu membunuh.

"Gak akan" ucap Arvada, ya orang itu adalah Arvada si ketua darkside. Dengan tanpa rasa takut, Rara memerintah Arvada seperti tadi.

"Cari atau mati"

"Berani banget lo ngomong gitu di depan Arvada, cuma karna pulpen murahan lo itu" bukan Arvada yang menjawab, melainkan Jefran.

"Ck, apa yang harus gw takutin?" tanya Rara dengan nada dingin, dan alisnya yang di angkat satu.

Seseorang menyodorkan pulpen milik Rara, berniat menghentikan keributan yang telah mengundang banyak mata melihat mereka. Yap, seisi kantin kini sedang melihat kearah mereka.

"Nih, masalah lo selesai" ucap Arkan sembari memberikan pulpen yang dia ambil, kepada pemiliknya.

Rara menerimanya kasar, dan para inti darkside berjalan berlalu dari meja viaylazapya's.

"Lo udah gila sih Ra, bisa-bisanya lo begitu ke ketua darkside" ujar Vina.

"Wajar" sahut Radyr yang sedari tadi hanya terlihat cuek, dan acuh.

"Namanya juga Rara, gak ada takutnya" kini Annisa yang angkat suara.

°°°

Don't forget to vote, comment, and share.

VIAYLAZAPYA'S [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang