viaylazapya's 5. kopi

57 40 1
                                    

Radyr tengah menyesap kopi miliknya, sembari menatap bintang yang bertabur indah menemani bulan. Pukul 21:30 wib, mereka baru sampai di rumah besar milik orang tua Vina. benar saja kata Vina, rumahnya memang sepi. Kedua orangtuanya sedang pergi, entah kemana Radyr pun tak tahu.

"Dyr, lo ngopi mulu. Kenapa?" Nayla sangat paham dengan sahabatnya yang dingin, cuek dengan rambut kuncir kuda ciri khas Radyr.

Nayla tahu, jika Radyr seharian tidak ada hentinya dan bahkan tidak lepas dari kopi. Maka gadis itu sedang tidak baik-baik saja, sebut saja itu sebagai pelampiasan di saat dirinya tidak bisa melakukan apapun selain meminum kopi, atau menonjok dinding. Radyr memang seperti itu, katanya lebih baik menyakiti diri sendiri daripada harus melukai orang lain.

"As you know" jawab Radyr singkat, tanpa menatap Nayla.

"Masalah lagi? Jangan cari pelampiasan ke kopi lah, lo mending cerita sama kita. Kita bakalan selalu ada buat lo Dyr, gak baik minum kopi banyak-banyak" cerocos Nayla, seperti biasa. Gadis itu akan selalu paling khawatir, jika sahabatnya dalam masalah.

Tidak ada jawaban dari Radyr, "walaupun gw gak mungkin bisa bantu banyak, tapi seenggaknya gw bisa jadi tempat lo bercerita" lanjut Nayla, gadis itu kini mengikuti arah pandang Radyr. Menatap bintang, yang berada di langit dengan bulan purnama yang membulat sempurna.

"Gak ada yang perlu di ceritain, selagi masih bisa di pendem sendiri" jawab Radyr.

Di balik wajah datarnya yang cantik, gadis itu menyimpan banyak luka yang tidak semua orang tahu. Bahkan viaylazapya's pun tidak sepenuhnya tahu mengenai masalah Radyr, gadis itu hanya tidak ingin menjadi beban dengan cara bercerita tentang masalahnya.

"Lo anggep viaylazapya's apa?" tanya Rara yang tiba-tiba datang, menghampiri dua sahabatnya. Sebenarnya dia tahu sejak tadi, tidak bermaksud menguping, salahkan Nayla yang mencerocos dengan kencang.

Radyr terkejut, atensinya beralih ke arah gadis yang baru saja duduk di sampingnya. Dengan gitar yang dia bawa.

"Rumah" jawab Radyr singkat.

"Kalo lo anggep kita rumah, harusnya lo bisa keluarin semua yang lo rasa. Harusnya lo bisa berbagi sama kita, pemikiran lo terlalu dangkal kalo lo ngerasa setiap cerita lo itu beban buat kita" impresif, Rara yang biasa irit bicara kini berbicara panjang lebar.

"Gak semuanya bisa gw ceritain"

"Lo nganggep kita rumah, harusnya setiap kali lo habis pergi lo pulang ke kita. Dalam artian, setiap kali lo sedih, senang, kecewa, atau bahagia lo bisa berbagi ke kita. Kalo lo cuma diem aja, kita gak ngerti lo kenapa, kita gak paham lo butuh pelukan atau hiburan"

Dewasa, sifat Rara yang sebenarnya. Sifat yang selalu ia sembunyikan di balik wajah datar dan sifat cueknya, bisa di bilang dia adalah anggota paling dewasa di viaylazapya's.

Nayla, dan Radyr terdiam. Tak dapat di pungkiri, bahwa mereka sedang tercengang dengan ucapan Rara.

Radyr tersenyum sinis, terlihat tipis dan hampir tak terlihat memang. Jangan lupakan netra coklat Radyr, yang masih setia menatap langit.

"Kadang gw gak pengen balik ke rumah, rumah buat gw adalah neraka dengan penuh siksaan. Haha, lucu tapi itu yang gw rasain. Gw capek di bandingin terus, kalo aja mati segampang itu gw pasti udah gak ada di dunia sekarang" ucap Radyr, dengan kekehan. Namun kekehan itu terdengar menyakitkan bagi Nayla maupun Rara yang mendengarnya.

"Bukan cuma lo yang punya masalah, dunia lagi nguji setiap remaja yang baru tumbuh Dyr. Anggap ini semua adalah game, lo nyerah lo kalah" ujar Nayla, seraya merangkul bahu Radyr. Bahu yang selama ini memikul beban begitu banyaknya, bahu yang di paksa tegar walau nyatanya rapuh.

"Pergi, dan lari bukan langkah yang tepat. Lo harus lewatin semuanya dengan langkah yang benar, sekali aja lo salah melangkah lo bakalan jatuh ke dalam jurang yang bikin lo ngerasa terpuruk. Ujian dunia emang gak ada habisnya, tapi lo kuat, lo gak lemah ada kita. Jangan pernah ngerasa sendirian, kalo ada apa-apa cerita, kita lewatin semua ini bareng-bareng" Rara memeluk tubuh Radyr yang tengah bergetar. Radyr, gadis itu menangis tak mampu menahan kesedihannya lagi.

"Gw sampe lupa, kalian di suruh turun sama Vina. Makan malem udah siap" ucap Rara, lantas mengurai pelukan mereka.

°°°

Don't forget to vote, comment, and share.

VIAYLAZAPYA'S [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang