"hai Ra, tumben sendirian" sapa Arkan pada Rara.
keduanya tengah berada di koridor kelas XI, Arkan yang tengah iseng memutari koridor bertemu dengan Rara yang berjalan seorang diri dengan wajah yang tertekuk.
"bukan urusan lo"
"ya kan gw sebagai kakel yang baik hati harus menyapa dekelnya, btw tumben amat tuh muka lo tekuk ada masalah lo?"
"bukan urusan lo." Rara yang memang tengah kehilangan mood nya, gadis itu hanya menjawab ketus setiap pertanyaan Arkan.
"tadi gw liat temen lo si Annisa, lagi sama kembarannya Radyr. tumben, kalian udah akur?"
Arkan tidak bohong, laki-laki itu memang benar melihat Annisa yang tengah bersama dengan Dyra. Arkan memang tidak mengetahui permasalahan antara Viaylazapya's dengan Dyra, namun ia tahu hubungan di antara mereka tidak sebaik itu.
Rara menghela nafasnya, sungguh ia sedang tidak ingin banyak bicara, apa lagi jika harus membahas tentang Annisa, "bukan urusan lo, mending lo pergi deh dari sini sebelum gw terkam lo hidup-hidup" Rara langsung melenggang pergi, meninggalkan Arkan yang sibuk terkekeh.
belum sempat Rara mengambil langkahnya untuk terus menjauh dari Arkan, laki-laki yang ia kenal sebagai kakak kelasnya itu tanpa izin menarik pergelangan tangannya.
"suutt, itu bukannya Annisa? lagi ngobrol sama siapa tuh dia"
Arkan menarik Rara bersembunyi pada balik dinding sekolah sembari terus melihat gerak-gerik dan mendengar ucapan Annisa dengan seseorang yang mereka tidak tahu siapa orang itu.
"pokoknya lo harus buat mereka hancur, kalo bisa lo harus bikin Radyr menderita" ucap seseorang di balik dinding yang tidak jauh dari tempat Arkan dan Rara menguping.
Annisa menggeleng kuat, "lo keterlaluan anjir, lo belum puas bikin gw kehilangan mereka hah?! mau lo tuh apa sih sebenarnya."
"bukannya udah jelas? gw mau lo semua bubar, gw mau lo semua hancur, dan gw mau Radyr menderita!"
"tega lo! salah kita sama lo apa sih sampe se-niat ini lo mau bikin kita hancur?"
Arkan dan Rara yang mendengar percakapan mereka, sama-sama terkejut bukan main. terlebih lagi nama Viaylazapya's dan Radyr di sebut-sebut.
"gak habis pikir gw sama Annisa" Rara keluar dari persembunyiannya.
"jangan suudzhon dulu Ra, siapa tau Annisa di ancem?" Rara terdiam mendengar penuturan Arkan, laki-laki itu ada benarnya juga. namun, dengan segera Rara menyangkal ucapan Arkan.
"gak mungkin Ar, lo sendiri udah liat kan? jelas-jelas gak ada penolakan sama sekali dari Annisa, toh kalo emang dia di ancem harusnya dia bilang sama Viaylazapya's biar di kelarin bareng-bareng. bukannya malah keluar sambil ngecaci maki kita gitu aja"
"dia ngecaci maki lo? kok bisa?" Rara hanya mengedikkan bahunya, lalu berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya.
Rara sedang sangat dilema saat ini, ia harus memberi tahu yang lain atau harus berdiam diri seolah tak mengetahui apapun. jika gadis itu memberi tahu yang lain, ia tak punya bukti apapun untuk membuat mereka percaya padanya.
"Ra lo denger gak sih dari tadi gw ngomong?" Radyr menyenggol pelan pundak Rara yang sedang asik melamun.
"ha? apa Dyr? sorry-sorry"
"nanti latihan futsal, di wajib in dateng latihan semua" jelas Radyr.
Rara mengangguk, "iya"
tidak ada percakapan setelahnya, mereka sedang sibuk menyimak pelajaran yang tengah di jelaskan oleh guru yang mengajar. namun lain hal nya dengan Rara yang terus saja kepikiran dengan masalah yang kemarin ia dapat, mulai dari caci makian yang terlontar dari Annisa, hingga hari ini satu fakta yang ia tahu membuatnya di landa dilema.
kriiingg
bell pulang sekolah berbunyi nyaring, Rara dan Radyr langsung bergegas menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian mereka dengan jersey futsal. setelahnya mereka langsung menuju lapangan untuk latihan, seperti yang sudah Radyr bilang tadi.
sesampainya mereka disana, ternyata ke-3 temannya sudah lebih dulu berada di lapangan, lebih tepatnya di pinggir lapangan.
"Annisa? ngapain dia di sini" Rara mengedikkan bahunya acuh, menjawab pertanyaan Radyr.
30 menit berlalu, Rara dan Radyr menghampiri temannya saat sudah mendapat izin untuk beristirahat. namun belum sempat Radyr sampai ketempat temanya berada,
bruuk
gadis itu terjatuh, karna terpelset akibat genangan air yang di ciptakan oleh Annisa.
"aduh kepleset ya, sorry gak sengaja. kaki lo kayaknya keseleo, sini biar gw bantu"
Annisa menghampiri Radyr yang sedang memegangi kakinya. namun bukannya membantu, Annisa justru membuat kaki Radyr semakin terasa sakit hingga gadis itu berteriak.
"arrgghh"
Rara tidak tinggal diam, ia menghampiri Radyr lalu mendorong tubuh Annisa hingga gadis itu tersungkur.
"apa-apaan sih lo Ra"
"lo yang apa-apaan!"
"gw kan cuma mau bantu"
"mau bantu apa? bantu biar makin parah hah?!"
***
gantung dulu biar penasaran wkwk.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIAYLAZAPYA'S [Sudah Terbit]
Novela JuvenilHai!! Skrg Viaylazapya's udh bisa di peluk dlm bentuk buku loh!! Ayo beli, dan hilangin rasa penasaran kalian di 5 bab akhir. Viaylazapya's tersedia di shopee Link shopee di bio aku ya Beberapa part akhir telah di hapus!! TAPI BOONG. Happy reading a...