Kesabaran vs Pengakuan

14 3 2
                                    

Belajarlah untuk memandang sesuatu dari segala sudut,  jangan hanya dari satu sudut pandang.
_Capricorn Girl_

Ara kini telah memarkirkan motor sport kesayangannya di garasi rumah,  ara melihat jam yang tertera di layar hp nya yang menunjukkan pukul 2 dini hari.

Ara selesai dari balapan pukul 11 malam kemudian ia ke apartement untuk mengurus beberapa pekerjaan mengenai cafe dan villa milliknya. Kini ara berada di pekarangan mension milik keluarganya, ara memasuki rumah dengan santainya,   ruang tamu tampak gelap gulita ara tak menghiraukan itu ia menaiki tangga menuju ke kamarnya namun baru 4 anak tangga suara berat menyapu indra pendengarananya yang ia yakini adalah sosok papanya.

"Habis dari mana kamu? " Tanya cahya dengan penuh penekanan.

"Dari luar habis main sama temen" Ujar ara santai,  ia tak akan memberi tahu tentang ia yang balapan serta ia yang sempat ke apart untuk membereskan semua kerjaan tentang cafe dan villa yang ia miliki karna memang tak ada yang tahu sosok badgirl dan gadis dengan sejuta tingkah gila ini adalah pengusaha muda dengan bermodalkan sakit hati.

"Main apa di luar sampai pulang jam segini?" Tanya papa nya semakin mendekat.

Ara tak menjawab bukan ia takut hanya malas untuk berbicara pada sosok yang tak pernah menganggapnya anak bahkan salah satu orang yang tak menginginkan dia ada di dunia.

Cahya geram karna ara tak kunjung menjawab,sedetik kemudian cahya telah mencengkram dagu ara dengan sedikit keras.

"Kenapa diam,  mendadak bisu kamu hah? " Tanya cahya penuh amarah.

"Palingan jadi jalang,  kita kan sekarang gak pernah ngasih dia uang jajan, beberapa hari ini juga dia slalu pulang malam mungkin sekarang dia sedang mencari uang jajan diluar" Sahut lidya yang datang dari arah kamar mandi.

Ara yang mendengar itu merasakan sesak yang luar biasa.
"Apa itu benar? Jawab!!" sentak cahya penuh amarah.

"Apa harus ara jawab,  jika cinta pertama ara saja tak mempercayai ara? Apa dengan ara jujur kalian akan memperlakukan ara layaknya anak kandung,  apa kalian akan memberikan kasih sayang yang sama seperti kasih sayang kalian ke andra?" Ujar ara dengan tangan gemetar serta dada yang kini sudah naik turun.

Plakk, sebuah tamparan mendarat di pipi halus ara hingga menghasilkan robekan yang kini sudah mengeluarkan darah segar di sudut bibir ara.

"Siapa yang ngajarin kamu untuk melawan orang tua bahkan papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbicara seperti itu kepada orang tua" Ya cahya lah yang sudah menampar ara.

Cukup, cukup sudah untuk bersabar kini ara tak lagi menyisakan kesabaran untuk kedua orang ini.

"Cuihh" ara meludahkan darah segar itu di depan orang tua nya.

"Masih pantaskan anda berbicara seperti itu tuan cahya narendra,  bahkan untuk mendidik saya pun anda tidak pernah lalu masih pantaskah anda bertanya mengenai siapa yang mengajari saya seperti itu? " Ujar ara dengan senyum penuh arti lalu ia menghampiri lidya yang sedari tadi sudah mematung.

"Nyonya Lidya narendra dan tuan cahya narendra pernahkah kalian memperlakukan  saya seperti kalian memperlakukan pangeran tercinta anda?  Pernahkah kalian memberi kasih sayang kalian seperti kasih sayang yang kalian berikan kepada andra?" Ujar ara dengan smirk yang mengerikan.

"Saya sedari kecil menahan diri untuk tak melontarkan kata kasar meskipun saya tersakiti oleh kata kata yang kalian keluarkan,saya selalu salah di mata kalian,  saya hanya diam bukan?  Tapi jangan salah,  saya diam karna saya menghargai kalian sebagai orang tua saya menghargai orang yang tekah melahirkan saya" Ujar ara penuh penekanan.

Plakk, sekali lagi tamparan mendarat di pipi mulus.

"kamu memang anak yang tidak tau di untung,  saya masih rela menampung kamu di rumah ini,  asal kamu tau saya tidak menginginkan kelahiran anak berjenis kelamin perempuan,  saya ingin generasi penerus yang bisa mengurus perusahaan saya bukan perempuan yang nanti nya akan pergi dengan suami serta keluarga barunya" sentak cahya dengan emosi yang meluap.

Prok prok prok jadi apa prok prok prok,eh kok kalian ikut nyanyi,  nyanyi nya dalam hati pula hehe canda :v

Prok prok prok, ara bertepuk tangan sambil mengelilingi kedua orang tua nya.

"Rupanya saya salah mengira jika saya bukan anak kandung kalian,  nyata nya saya anak kandung kalian hanya saja kelahiran saya tidak kalian inginkan,terima kasih kepada anda nyonya lidya narendra dan juga tuan cahya narendra karena berkat anda saya tahu kejamnya dunia sekaligus kejam nya hati orang tua yang tak menginginkan darah dagingnya sendiri hahahaha"  Ujar ara sambil tertawa terbahak bahak.



Nahloh kalau ara udah kek gitu,  jangan minta kesabarannya lagi ya :v

Jangan lupa vote&comment guys ❤

All About AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang