Chit Chat #3

1K 90 2
                                    

"Awalnya ga sadar tapi waktu kamu ngasih senyum kamu ke aku tadi, aku baru sadar kok sama persis." jelas Kevin kepadaku. "Emang konyol sih kalau dipikir-pikir soalnya sampai sekarang juga masih kepikiran manis banget senyumnya. Untung aja ketemu di sini,"

Aku tertawa kecil saat mendengar ocehannya. "Jadi waktu itu kamu bener-bener senyum balik ya ke aku?" tanyaku memastikan kembali bahwa itu bukan kehaluanku saja.

Kevin mengangguk dengan gemasnya. "iya, mau mastiin lagi ada cewe semanis kamu." tatapannya melembut saat mengatakan hal itu. Sedangkan aku, ya tentu saja ingin pingsan.

Aku kembali tertawa mendengarkan jawaban Kevin. "Banyak yang lebih manis dari aku, madu contohnya." Oh Tuhan, aku merutuki humor yang aku lontarkan kepadanya. Buruk banget, heran.

Kevin hanya mendengus sambil tertawa kecil mendengar ujaran yang aku lontarkan. Ia menyangga dagunya dengan tangan kanannya seraya netranya menatap langsung ke wajahku yang membuatku mau tak mau semakin gugup dengan perlakuannya.

"Ngelawak lagi aja, aku dengerin." ucapnya lirih dengan senyumannya yang tak pernah luntur saat menatapku. Mataku beralih menatap langit dengan cepat, menghiraukan Kevin yang memandangku sambil mengira-ngira sudah berapa kilometer jauhnya jantungku berlari.

"Aku bukan Nunung yang jago ngelawak," cicitku dengan menggaruk tengkukku yang tidak gatal sebenarnya. Oh Tuhan lihat ciptaanMu satu ini, dia tersenyum saja sudah membuat hatiku kelabakan apalagi kalau dia tertawa.

"Gaperlu jadi Nunung kalo ngelawak sama aku. Kamu diem aja udah bikin aku ketawa,"

Jujur Vin, ini berlebihan sih. Kurang-kurangin deh begini tiba-tiba ngegombal ke anak orang. Nanti kalau baper ngrepotin kamu lagi.

"Baru kenal udah jago flirting ya," ujarku kepadanya sambil tertawa sumbang.

Kevin tergelak, "serius ini sih gue langsung terinspirasi dari Fajar si tukang gombal."

Senyumanku luntur perlahan saat menyadari intonasi bicara Kevin yang berubah dan perubahan dari aku ke gue. Aku menatap kedua matanya yang bersinar di bawah kesejukan malam.

"Sering gombalin cewe ya kamu?" tanyaku.

Aku dapat melihat raut wajahnya yang sedikit terkejut mendengar pertanyaanku.

"Bulan ini baru ke lo doang kok," jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak. "kaga, canda. Btw ngobrolnya santai aja pake lo gue gitu,"

Aku hanya menggelengkan kepala saja menanggapi celotehan seorang Kevin. "Ga terbiasa, lebih suka pake aku kamu."

"Oh ya? Barusan ya tinggal di Jakarta?"

"Ya sekitar tiga tahunan ini, waktu kuliah."

Ia mengangguk-anggukkan kepalanya paham atas jawaban yang aku berikan kepadanya. "Yaudah tapi gapapa kan kalo semisal gue pake bahasa gaul kaya gini?"

"Senyaman kamu aja," timpalku menanggapi pertanyaannya.

Kami terdiam beberapa saat sambil aku yang mencuri-curi pandang ke arah Kevin. Laki-laki itu sedang sibuk dengan ponselnya dan sebenarnya aku sudah gatal untuk menanyakan hal ini.

"Jadi kamu ke lantai dua mau ngapain?" tanyaku memecah keheningan. "Ga mungkin kan cuma nyamperin aku doang?"

Kevin melepaskan pandangannya dari ponsel mahalnya, menatap ke arahku dengan kedua alis matanya yang terangkat. "tujuan aku ke lantai dua cuma satu, biar bisa ngobrol sama kamu." jawabnya lancar. "tiga tahun aku kebayang-bayang sama senyuman kamu dan hari ini ketemu sama kamu, rasanya udah bersyukur banget sama Tuhan."

Aku menghela napasku cukup panjang mendengar penuturannya yang membuat hatiku sedikit menghangat. "oh ya?"

"Emang aku lagi keliatan bohong ya?" timpalnya sedikit kesal. "pokoknya aku ga lagi nyia-nyiain waktu aja buat mengenal lebih jauh sama kamu. Gapapa, kan?"

Aku tertawa, "siapa juga yang mau ngelarang orang kaya kamu kenalan sama aku?"

Kami melewati menit-menit yang cukup panjang untuk saling mengetahui satu sama lain. Dia bahkan bercerita bagaimana sudut pandangnya waktu itu saat kami bertukar pandang satu sama lain. Dia juga becerita tentang banyak hal mengenai latihan bulutangkisnya, kegiatan jet skinya bersama teman-temannya, bermain golf, dan lain sebagainya. Tak lupa, ia juga menanyakan bagaimana kehidupanku dan terus menggali apa saja yang ada pada diriku. Toh, aku tidak masalah dan tidak terganggu dengan keingintahuan seorang Kevin Sanjaya.

"Vin," panggilku sesaat setelah kami ingin berpisah. Ia menolehkan kepalanya dan memandangku.

"Apa?"

"Kamu bener-bener pengen lebih deket sama aku?" tanyaku memastikan kembali.

"Iya pengen lah. Buktinya aku nanyain banyak hal tentang kamu," jawabnya.

Aku terkekeh kecil mendengar jawabannya. "Kayanya kamu cuma penasaran aja deh," sanggahku.

Kevin memiringkan kepalanya, "maksud kamu?"

Aku menatap Kevin cukup serius seraya mengembangkan senyuman miringku. "kamu belum nanya siapa namaku," dan berjalan begitu saja meninggalkan Kevin.

♡♡♡

Trespassing [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang