Mataku mengerjap perlahan saat menyadari posisi tidurku yang kurang nyaman. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah Kevin yang memainkan ponselnya di kursi kemudinya dengan posisi kursi dimundurkan dan dihadapkan ke atas. Sekarang, posisinya sama-sama rebahan sepertiku.
"Jam berapa, Vin?" tanyaku dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Kevin sedikit terkejut dengan suaraku dan segera ia menjawab bahwa ini sudah lewat tengah malam. Artinya aku tertidur kurang lebih empat jam lamanya.
"Tadi latihannya selesai jam berapa?" tanyaku lagi.
"Ga lama abis lo pergi dari lapangan," jawabnya membuatku manggut-manggut paham.
"Capek banget ya?" tanyaku lagi, sok perhatian, dan tangan kananku tak sengaja menyentuh tangan kirinya Kevin yang terletak tak jauh dari kursi penumpang. Anehnya, sewaktu aku ingin memindahkan tanganku, Kevin mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingkingku. Ia memainkan jari kelingkingnya dan menggerak-gerakkan gemas jarinya di atas jariku. Hatiku menghangat seketika.
"Pasti capek," ujarnya lalu menatapku setelah mematikan layar ponselnya. "tapi ada lo." Ia mengubah posisi badannya menjadi miring untuk menatapku secara lebih jelas. Aku yang tidak sanggup lama-lama menatap kedua netra Kevin hanya bisa memalingkan wajah dan berani bersumpah kedua pipiku memerah sekarang. Gara-gara Kevin.
"Gombal mulu," komentarku lalu mencibirnya pelan. Ia masih saja memainkan jari-jemariku dengan jari-jarinya yang lentik itu. Aku sendiri juga tidak keberatan dengan hal itu selama Kevin yang melakukannya.
"Gatau ya, gue cuma ngerasa kalo gue udah kenal lama sama lo jadi gue ngerasa nyaman aja di samping lo." ujar Kevin dengan tangannya yang perlahan-lahan menggenggam tanganku, menyalurkan kehangatan ke sekujur tubuhku, dan jari jempolnya yang mengusap-usap pelan punggung tanganku.
Kedua mata Kevin sudah nampak sayu saat kulihat. "gajadi tanya namaku?" tanyaku heran lalu terkekeh kecil diikuti dengan kekehan Kevin.
Ia melirikkan matanya ke bekas minuman yang aku beli tadi di outlet bisnisnya. "makasih buat mbaknya, nanti gue tambahin gajinya."
Aku baru saja tersadar kalau namaku tertera di tempat minuman tersebut. Ditulis cukup besar dengan spidol hitam dan ada sapaan ramah sebelum namaku tertulis. Iya, aku baru saja teringat tentang hal ini. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sembari menatap Kevin yang sedang tersenyum kemenangan.
"Cantik banget namanya," ia berujar seraya tangan satunya yang menganggur membelai rambutku dengan pelan dan lembut. Tatapannya begitu hangat dengan senyumannya yang tak pernah luntur dari bibirnya membuatku perlahan juga memberikan senyuman kecil kepadanya.
Dengan pelan, aku mengulurkan tanganku untuk mengelus pelan garis rahangnya yang tegas dan memberikan sentuhan-sentuhan kecil dengan jari-jariku. Saat tanganku sampai ke pipinya, telapak tanganku seperti menyentuh sebuah kapas yang sangat halus, memberinya belaian lembut di pipi mulusnya, dan memutar-mutar kecil jari telunjukku di atas pipinya.
Tidak terasa, kegiatan ini menghantarkan kita ke dalam hanyutan mimpi yang cukup indah sambil menikmati sentuhan-sentuhan hangat yang aku berikan kepada Kevin begitupun sebaliknya. Rasanya, ini tidurku yang paling indah selama aku hidup dua puluh satu tahun. Dan aku tidak menyangka akan mendapatkan kehangatan tidur itu dari seorang Kevin Sanjaya Sukamuljo.
♡♡♡
double update...
KAMU SEDANG MEMBACA
Trespassing [Kevin Sanjaya]
Fanfiction"Hai," Dia sudah masuk tanpa izin di kehidupanku hanya dari kalimat sapaan itu. Tatapan kami yang tanpa sengaja saat itu membuat keadaan selalu berpihak kepada kami. Dia yang tak mengenalku dan aku yang mengenalnya sebagai kebanggaan negara. Dari or...