Smile and Cheese #10

711 75 4
                                    

Di sinilah aku, di Bali. Bersama dua anak magang lainnya dan para senior serta petinggi Kemenpora, kami mulai berjalan memasuki hotel yang sangat terkenal namanya, di Bali maupun di Indonesia. Hotel ini juga menjadi salah satu pilihan utama peristirahatan para turis yang sedang melancong ke Bali. Dan di gedung serbaguna hotel inilah, gala dinner turnamen bulutangkis yang akan diselenggarakan di Bali dilaksanakan.

"Bersyukur banget dah gue bisa nginep di sini gratis," Bayu yang berdiri di sebelahku berbicara dengan kedua matanya yang berbinar. Ah iya, Bayu ini salah satu anak magang yang diterima di Kemenpora bersamaku dan Fero. Hanya ada tiga anak magang yang diterima untuk magang di Kemenpora. Tentu saja, aku sangat bersyukur aku dapat diterima.

Setelah mendapat kunci kamar hotel masing-masing, aku berjalan bersama Bayu dan Fero ke dalam lift serta memencet tombol lantai yang kita tuju. Kebetulan kami semua mendapat kamar di lantai 10 dan aku yakin kamarnya nanti terbilang mewah.

Oh ya, berbicara tentang hubunganku dan Kevin, lagi. Setelah aku mengiriminya pesan semangat kepadanya, tidak ada balasan apapun darinya bahkan dibaca pun tidak. Walaupun hatiku sempat mencelos, aku langsung menepis hal itu dan berpikir bahwa pesanku tertimbun dengan pesan-pesan lainnya. Dan akan semakin tertimbun mengingat hal tersebut sudah berlalu selama tiga bulan lebih.

Ting!

Suara lift terdengar dan rupanya sudah sampai di lan—

Aku melihat Kevin berdiri di depan pintu lift yang perlahan-lahan terbuka. Ia sedang berbincang dengan Ko Sinyo, panggilan bagi Marcus, pasangannya di ganda putra bulutangkis. Di belakangnya, aku mengenali ada Ginting dan Jojo yang fokus dengan ponsel mereka masing-masing. Bukan hanya aku yang terkejut, Bayu dan Fero juga terkejut dengan kehadiran mereka dan tak menyangka bertemu dengan pemain bulutangkis dunia.

"Permisi, boleh minta foto sebentar?" Suara Bayu yang baru saja keluar membuatku semakin melebarkan mata, merutuki kebodohan seorang Bayu. Tidak, aku tidak menyangka akan bertemu Kevin secepat ini hari ini yang kuperkirakan diriku akan bertemu dia saat gala dinner nanti. Seluruh pandangan mereka langsung menatap Bayu yang sedang menyengir dan di detik berikutnya, tatapan Kevin mengarah ke arahku. Kembali lagi aku bertatapan dengannya, kesekian kalinya, dan tanpa bosan aku menceritakan hal ini kepada kalian semua. Setiap tatapan yang kami buat memang sangat berarti bagiku.

"Ya, boleh." jawab Kevin dengan cepat saat menyadari ada aku di dalam lift. Fero segera menarik lenganku keluar dengan cekatan saat aku tidak beranjak dari tempatku sama sekali.

"Apasih mas Fer, hati-hati dong." protesku saat lenganku ditarik begitu saja.

"Udah dibilang jangan panggil mas, berasa dipanggil istri aja." ujar laki-laki yang lebih tua dariku tiga tahun. Pertengkaran kecilku dengan Fero ternyata tak luput dari perhatian Kevin yang memandangiku di dalam diamnya.

"Yaudah mana aku fotoin," ujarku seraya Bayu yang menyerahkan ponselnya kepadaku. Sesi foto berlangsung cepat karena memang kalau laki-laki foto tidak ada keributan kecil sama sekali, tidak seperti aku dan teman-teman perempuanku yang bahkan meributkan gaya foto yang tidak sama.

"Lo gamau foto?" tanya Bayu yang kubalas dengan gelengan serta senyuman kecil, mempersilakan para atlet tersebut menggunakan lift karena aku yakin mereka sedang ada urusan tadinya.

"Yaudah gue yang mau foto, pake hp gue." Kevin menyodorkan ponselnya ke arah Bayu yang terlihat kebingungan walaupun akhirnya ia menerima uluran ponsel tersebut. Bukan hanya Bayu yang terlihat kebingungan, Fero memandang kami dengan menyipitkan matanya serta teman-teman Kevin yang mengerutkan dahinya. Tapi beberapa saat kemudian, aku dapat melihat teman-teman Kevin menyadari sesuatu apalagi Ginting yang sudah senyum-senyum tidak jelas memandangi kami berdua.

Jantungku mulai berdetak begitu cepat saat Kevin mengambil posisi di samping kiriku, begitu dekat hingga lengan kami bersentuhan sejenak. Jepretan pertama masih kuatasi dengan senyuman canggung. Di jepretan kedua, jantungku serasa ingin loncat dari tempatnya yang mana Kevin mengubah posisinya menjadi serong ke kanan belakang dan tangan kanannya yang perlahan melingkar di pinggangku, memberi remasan lembut di pinggangku yang membuatku menahan nafasku sejenak. Tidak, aku tidak bisa lagi mengontrol detak jantungku dan rasanya aku ingin pingsan di tempat. Bahkan saat lengan kiriku yang tak sengaja bersentuhan dengan dada bidang Kevin, rasanya kedua kakiku sudah tidak bisa lagi menahan berat tubuhku.

"Sudah," sepertinya Bayu menyadariku sedang salah tingkah dengan perlakuan Kevin, terlihat dari senyumannya yang ia tahan. Setelah Kevin menerima ponselnya kembali dari Bayu, ia kembali menatapku.

"Umur kamu berapa?" tanya Kevin yang membuatku mengerutkan kening.

"21 tahun," jawabku, menghitung bahwa aku lebih muda 5 tahun dari seorang Kevin.

Kevin segera mencodongkan tubuhnya setelah ia tersenyum mendengar jawabanku dan membisikkan sesuatu yang membuatku membeku. Lebih tepatnya terkejut, nafasku tercekat, dan tidak tahu respon apa yang aku berikan dari pernyataan Kevin yang membuat tubuhku tak berdaya.

"Lain kali aku aja yang kamu panggil mas, jangan orang lain."

♡♡♡

hii readerss, aku minta kalian bacanya yang teliti yaa soalnya untuk keterangan waktu pasti aku selipin/aku taruh di tengah-tengah kalimat, sooo aku harap kalian dengan teliti bisa tau keterangan waktunya 3 hari kemudian, 3 bulan kemudian, atau 3 tahun kemudian.

thank youu✌😃

Trespassing [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang