Tadi siang setelah kejadian yang cukup canggung itu, Bayu dan Fero memilih diam saja walaupun aku tahu mereka ingin sekali meminta penjelasan kepadaku apa yang terjadi antara aku dan Kevin. Dan sekarang, aku hanya melihat rupa Bayu dan Fero yang sudah menjelma menjadi laki-laki tampan malam ini.
"Luar biasa," komentarku saat melihat mereka berdua berdiri di depan pintu kamar Bayu, menungguku keluar dari kamarku yang berada di samping kamar Bayu.
"Siapa tau Melati atau Ribka kepincut sama gue," celetuk Bayu diakhiri dengan kekehan kecilnya.
"Yee lo aja baru magang udah nyari spek bidadari," cibiran Fero ini membuatku tertawa terbahak-bahak. Benar juga kata-katanya.
"Diem lo Munaroh," ujar Bayu saat melihatku tertawa.
"Munaroh munaroh gundulmu," timpalku sambil menyentil dahi Bayu. Kami bertiga segera melangkah masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai bawah. Rupanya sudah ada beberapa orang yang mengisi lift dengan pakaian-pakaian glamornya. Mereka tampak cantik dan tampan.
"Tapi lo tambah cakep juga ya kalo dandan begini," ujaran Bayu membuat pipiku bersemu merah. Kali ini aku memang menggunakan gaun malam berjenis satin berwarna hitam dengan panjang 7/8, heels hitam bertinggi sedang dengan talinya yang mengikat hingga mata kaki, kalung emas putih berbandul bundar mengkilap pemberian Kevin saat dinner waktu itu, dan tas kecil berwarna perak di tangan kiriku. Tak lupa, aku membubuhi pergelangan tanganku dengan jam tangan kecil berwarna hitam pula. Sedangkan tatanan rambutku hanya kubiarkan terurai saja dengan gaya ombakan di ujung rambut bagian bawah, menyesuaikan riasan wajahku yang tidak terlalu tebal.
"Iyalah cakep, Kevin aja sampe kepincut." ucapan Fero ini membuatku membelalakkan mata sambil melirik ke kanan dan ke kiri. Aku benar-benar akan marah kepada Fero kalau ada gosip tentangku dan Kevin tersebar.
"Mulutmu," cicitku pelan sambil mencubit pinggangnya. "gaada hubungan antara aku sama dia."
Fero memutar kedua bola matanya sedangkan Bayu yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku tahu mereka tidak percaya, tapi emang kita berdua gaada hubungan. Lebih tepatnya tidak ada kepastian dan status yang jelas.
"Lo kira gue buta tadi galiat lo sama Kevin pose fotonya gimana?" baru saja aku ingin memprotes kalimat Bayu, pintu lift terbuka dan yang aku lihat adalah suasana lobby hotel yang sudah cukup ramai dengan ratusan wartawan yang ada di depan hotel, memaksa masuk ke pelataran hotel. Penjagaannya cukup ketat kali ini karena gala dinner ini bersifat sangat tertutup dan hanya dihadiri oleh orang-orang penting yang telah memiliki surat undangan dengan cap stampel dari Kemenpora dan atlet-atlet Indonesia yang mengikuti ajang turnamen bulutangkis ini.
Dari lift, kami berbelok ke arah kiri untuk menuju ruang serbaguna di hotel ini yang kurasa juga sudah ramai banyak orang. Kami menundukkan kepala kami saat berpapasan dengan senior kami dan sempat mengambil foto bersama-sama. Sembari menyerahkan surat undangan, kami diminta untuk menuliskan nama di buku kehadiran pengunjung. Setelah itu, aku mengekori Fero dan Bayu untuk menuju sebuah bangku yang sudah tertulis nama kami. Rupanya ada di bangku barisan tengah bagian samping kanan dekat dengan dinding, serta bergabung dengan beberapa orang lainnya yang tidak kukenali.
"Gapaham sama Raisa cakep bener," memang untuk saat ini, hanya ada alunan musik yang terdengar di panggung megah yang telah terhias sedemikian rupa dengan Raisa sebagai vokalisnya. Ibu yang mempunyai satu anak itu mampu mengeluarkan kharismanya yang begitu indah di depan banyak orang.
"Awas diselepet suaminya," timpal Fero sambil menunjukkan Hamish Daud yang sedang duduk manis melihat istrinya menyanyi di atas panggung dengan suaranya yang merdu. Ah, betapa romantisnya dia menjadi suami.
Bertepatan dengan hal itu, aku dapat mendengar sorakan yang begitu riuh di belakangku yang membuatku menengok, melihat bahwa para atlet utama Indonesia yang akan bertanding di turnamen besok sudah hadir. Aku dapat melihat keceriaan di wajah mereka terpancar dengan senyuman-senyuman ramah yang mereka tunjukkan ke setiap orang yang mereka lihat. Aku juga dapat melihat Kevin dengan setelan jas hitamnya dan ketampanannya bertambah 10000 kali lipat saat ada sebuah kacamata yang bertengger di kedua matanya.
Jarak kami cukup jauh dan ada beberapa orang yang mengerumuni Kevin jadi aku tidak bisa melihatnya cukup jelas. Di lengan atasku, aku dapat merasakan Bayu yang menoel-noel dengan jari telunjuknya.
"Pujaan hati tuh," godanya sambil berbisik pelan.
Aku memutar kedua bola mataku, melihat Bayu dengan kesal. "diem deh mulut lo," ujarku sambil kembali fokus ke makananku.
Menit-menit selanjutnya, acara gala dinner ini semakin meriah dengan beberapa permainan yang disediakan panitia, karaokean, bertukar pandangan satu sama lain, hingga masih banyak lagi. Tak jarang, mc yang cukup kondang di Indonesia itu juga menggaet beberapa pebulutangkis untuk naik ke atas panggung dan bertanya satu atau dua hal kepada mereka. Contohnya seperti sekarang, Kevin yang berdiri di atas panggung dengan senyuman cerahnya.
"Gimana menurut kamu acara hari ini, Vin?" tanya MC tersebut kepada Kevin.
Kevin tertawa sumbang sejenak sambil menggaruk tengkuknya. Ah, dia gugup. "menurut saya ya luar biasa. Saya dapat merasakan atmosfer yang indah di sekitar saya. Saya juga jadi tahu ada banyak dukungan mengalir untuk saya dan teman-teman saya."
"Apakah ada yang ingin disampaikan lagi, Vin?"
Sesaat setelah MC tersebut menanyakan hal ini, aku sempat melihat Kevin ingin menjawab pertanyaan tersebut sebelum netranya kembali lagi jatuh ke kedua netraku. Oh, berapa kali aku menyebutkan hal ini?
Ia tersenyum perlahan, "ada banyak hal yang menarik perhatian saya." ujarnya dan sejujurnya aku sedang menahan senyumanku agar ujung bibirku tidak tertarik lebih lebar. "bahkan lebih indah dari sebuah berlian,"
MC tersebut terlihat begitu antusias mendengar hal ini keluar dari mulut Kevin seakan inilah maksud terselubungnya menanyakan kesan dari gala dinner ini.
"Apa itu, Vin?"
"Kebahagiaanㅡ" ujaran Kevin terputus begitu saja, belum ada lanjutan sama sekali sehingga MC mengira Kevin telah selesai berbicara.
Dalam riuhnya perkataan MC menanggapi jawaban Kevin itu, aku dapat mendengar Kevin melanjutkan ucapannya dengan arah pandangannya tetap mengarah kepadaku.
"ㅡnya."
"Iya gimana, Vin?" dan pertanyaan MC ini hanya disambut dengan gelengan kecil dari Kevin sehingga Kevin dipersilakan lagi untuk duduk di tempatnya setelah Kevin mengembalikan mic yang tadi ia gunakan berbicara kepada MC.
"Kebahagiaannya?" celetuk Fero begitu saja yang membuatku menoleh cepat kepada Fero.
"Kau mendengarnya?" tanyaku kepadanya.
"Bukankah itu cukup jelas?" Fero bertanya balik kepadaku.
"Gue juga denger tadi," tambah Bayu acuh tak acuh sambil menyendok satu kuah sup ayam ke dalam mulutnya. "lagian pake dipotong segala pengucapannya."
Fero berdeham sambil menatapku, "gue paham maksud Kevin, Bay." ujarnya kemudian dan senyumannya nampak begitu mengerikan di penglihatanku.
"Apa tuh, bang?" tanya Bayu kepada Fero yang sedang menatapku sehingga Bayu ikut-ikutan menatapku. "Oh!"
"Iya, kebahagiaan lo." ujar Fero sambil menunjukku. "yang lebih indah dari berlian itu kebahagiaan lo,"
Tentu, tentu saja aku tahu hal itu. Aku tidak sebodoh itu untuk tidak menangkap maksud perkataan Kevin di atas panggung tadi yang jelas-jelas menatap ke arahku saat mengungkapkan hal itu.
"Anjir, temen gue jadi sumber kebahagiaannya salah satu pebulutangkis ganda putra rangking satu dunia."
♡♡♡
hii readerss, untuk chapter-chapter selanjutnya, khususnya edisi Bali kali ini bakal lebih banyak momen romantis mereka berdua. 😃✌
btw buat acara gala dinner ini gatau beneran ada apa engga soo itu murni dari khayalan aku :((
maaf banget yaa publish-nya kemaleman banget tapi aku double update kooo...
KAMU SEDANG MEMBACA
Trespassing [Kevin Sanjaya]
Fanfiction"Hai," Dia sudah masuk tanpa izin di kehidupanku hanya dari kalimat sapaan itu. Tatapan kami yang tanpa sengaja saat itu membuat keadaan selalu berpihak kepada kami. Dia yang tak mengenalku dan aku yang mengenalnya sebagai kebanggaan negara. Dari or...