Far Away #9

745 58 0
                                    

Sedih rasanya saat melihat The Minions kalah bertanding dan gagal mendapat medali emas di pertandingan Jepang kemarin. Acara yang sangat bergengsi ini memang menjadi target utama Kevin meraih medali emas untuk dipersembahkan kepada negara tercintanya, tapi keinginan Tuhan berkata lain. Aku tahu mengenai target Kevin ini saat ia mengatakannya pada waktu dinner tiga minggu yang lalu. Ia juga mengungkapkan bahwa ia tidak menyangka kos yang aku tinggali berdekatan dengan rumah yang ia beli di salah satu perumahan mewah di daerah tersebut. Sehabis acara makan malam itu pun, kami sudah jarang berkomunikasi lagi dan aku sangat memaklumi karena Kevin yang sibuk dengan kegiatannya itu.

Percaya atau tidak, kami berdua memang belum bertukar nomor ponsel secara pribadi jadi komunikasi yang kami lakukan hanya sebatas pertemuan tatap muka, tak lebih. Sebenarnya aku ingin sekali mengirimkannya kata-kata yang membuat semangatnya kembali membuncah atau hanya sekedar membuat hatinya menghangat lewat direct message media sosialnya, tapi keraguanku yang cukup besar menghalangi keinginan tersebut.

"Harusnya yang habis kelar sidang mukanya ceria kaya Dora, lah ini ditekuk kaya Loki." untaian kata yang Vivi ucapkan membuatku sedikit memercingkan mata. Ungkapan apa itu? Aneh sekali.

Amel yang baru datang langsung duduk di sampingku dengan senyuman cerahnya. "gimana hasil lo ngelamar di staff kementrian?"

Aku menganggukkan kepala, "udah sih, dari tiga yang aku lamar, cuma kemenpora aja yang udah respon. Tinggal nunggu wisuda, langsung bisa magang disana."

Amel geleng-geleng kepala, "ajib dah lulus kuliah udah ga nganggur aja." menanggapi celotehan Amel itu, aku hanya tertawa kecil sambil bersyukur kepada Tuhan bahwa Dia memberikan kemurahan hatiNya kepadaku.

Kami berempat—ada Anggun juga—langsung bergegas ke parkiran mobil setelah duduk-duduk santai di kursi yang memang tersedia di depan tempat beribadatan orang Islam. Selain suasananya cukup damai, juga banyak pohon rindang yang tumbuh di sekitaran kursi-kursi yang tersedia di sini. Banyak sekali anak fakultas lain yang menghabiskan waktunya di lokasi ini.

"Makasih ya Mel udah nebengin kita," ujarku setelah menyantaikan pantatku di kursi penumpang mobil mahal milik Amel.

Amel mendegus, "udah biasa kali ah." lalu ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Amel, Vivi, dan Anggun sibuk bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing sedangkan aku hanya menyimak dan menimpali cerita mereka dengan candaan serta cibiran kepada mereka.

"Serius gue tuh mau nyoba kafe yang baru buka tuh, lo pada tau kan?" celetuk Amel dengan menggebu-gebu.

Vivi mengeluh, "duh Mel gue juga mau nyoba tapi duitnya gaada."

"Bills on me," timpal Amel dengan mengendikkan bahunya sedangkan perutku yang mendengar perkataan Amel itu segera meronta-ronta untuk mengiyakan ucapan Amel.

Tak butuh lama untuk sampai kafe yang dimaksud Amel, kami segera turun dari mobil dan memesan minuman serta camilan yang pas untuk menemani minuman kami.

"Croffle terus disiram sama saus karamel, beh mantap." komentar Vivi lalu menyendokkan menu tersebut ke dalam mulutnya yang membuka cukup lebar. Sedangkan kami bertiga hanya bertingkah biasa, memaklumi sifat Vivi yang agaknya berlebihan.

Saat enak-enaknya menikmati kentang goreng milikku, ponselku bergetar menandakan ada pesan masuk untukku. Setelah kulihat nama yang tertera di layar, aku segera membuka pesan tersebut dan melebarkan mataku melihat sebuah foto yang dikirim Kezia kepadaku. Terlihat, di dalam foto tersebut terdapat sebuah rombongan yang baru saja keluar dari gedung—sebuah hotel kurasa—dengan rentengan tas yang cukup banyak menghiasi mereka.

Kezia
Ga sengaja ketemu mereka waktu pulang ngampus, mau fotbar ga?
Kezia
Si Cia ama si Fania belum bales nih

Fyi saja, Kezia memang berkuliah di Jepang sekarang.

Belum sempat aku membalas pesan Kezia, dengan cekatan layar ponselku berubah menjadi nada dering panggilan video. Setelah izin sebentar ke teman-temanku untuk mengangkat telepon di luar, tanganku gemetaran saat menggeser tombol hijau ke kanan dan menampakkan wajah antusias seorang Kezia.

"Please, nanti kamu screenshoot terus langsung kirim ke aku." itulah kata pertama yang muncul dari seorang Kezia. Satu persatu atlet negara dihampiri oleh Kezia dan sambil tersenyum, aku menangkap layar kegiatan kami. Aku sempat tidak tahu apa yang harus kujawab saat Greysia Polii berkomentar bahwa ia pernah melihatku di suatu tempat dan aku hanya meringis saja menanggapi pernyataan itu.

"Deg-degan banget abis ini Jojo. Kalo screenshot akunya yang bagus yak," komentar Kezia yang aku balas dengan iyaan gemas. Gemas dalam artian ada ada saja anak ini. Mau bagaimanapun ekspresi dia, dia tetap menjadi wanita yang diidam-idamkan laki-laki. Saat sesi foto kami dengan Jojo, mataku teralih kepada lelaki yang sedang menatap kosong di belakang Jojo. Awalnya ia tampak tak menyadari keberadaan Kezia sampai pada akhirnya kedua mata bundarnya menatap ke arah layar ponsel Kezia dan menyipitkan matanya di detik berikutnya.

"Selanjutnya... permisi kak Kevin, minta foto sebentar ya." matanya tak terlepas dari layar ponsel Kezia saat ia menganggukkan kepalanya. Sedangkan aku hanya tersenyum simpul melihat ekspresi wajahnya yang sepertinya sedang terkejut.

"Oke senyum, cheese." suara Kezia membuyarkan pikiran Kevin dan lelaki itu memberikan senyuman kecilnya yang rupanya tak begitu berarti baginya. Ia langsung memalingkan wajahnya, senyumannya luntur, dan pergi begitu saja tanpa ada sapaan perpisahan seperti atlet-atlet lainnya lakukan.

Kezia rupanya sempat kebingungan dengan tingkah Kevin tapi ia memilih mengabaikannya dan lanjut melakukan sesi foto dengan atlet lainnya. Sepuluh menit berlalu dan akhirnya panggilan videoku dengan Kezia berakhir.

"Siapa sih yang nelpon?" tanya Vivi setelah aku terduduk di sampingnya.

"Temenku," jawabku singkat dengan senyuman. Tapi sebenarnya pikiranku masih terbayang-bayang dengan Kevin tadi. Dari tatapan matanya yang kosong dan sikapnya yang kurang hangat tadi membuatku berpikir bahwa ia masih kecewa dengan hasil permainan bulutangkisnya yang kurang baik.

Ya mungkin itu.

Pukul tujuh malam sekarang dan aku sudah menyelesaikan kegiatan mandiku. Tadi aku baru sampai ke kos-an sekitar pukul enam sore. Tadi Amel membawa kami untuk menonton film setelah dari kafe baru itu. Setelah menguncir rambutku menjadi cepol, aku segera menaiki ranjangku dan membuka ponselku. Mataku terpaku ke layar ponselku yang menunjukkan unggahan foto baru dari media sosial Kevin beberapa menit yang lalu. Keterangan dari foto di bawah mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya yang mendalam. Tanpa basa-basi, aku segera mengiriminya pesan semangat di direct message-nya.

Me
Hey!
You did a great job in Japan, I appreciate your effort.
I'll wait u here! xx

Aku tidak mengharapkan balasan dari Kevin. Ia membaca pesanku saja sudah cukup.

♡♡♡

part 10 sekalian aku up yaakk😃✌

Trespassing [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang