Wait, What? #17

673 60 3
                                    

Saat membuka kedua mataku perlahan, jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Kurang lebih ada 6 jam aku tertidur, aku merengangkan kedua tanganku dan memutuskan untuk mandi lagi karena sebenarnya tadi pagi aku sudah mandi sebelum tidur.

Badanku terasa lebih segar setelah menyelesaikan mandi siangku dan melakukan kegiatan-kegiatan privasiku selanjutnya seperti beribadah. Bertepatan dengan selesainya kegiatanku itu, ponselku berbunyi yang menandakan ada satu pesan masuk. Dengan segera, aku membuka ponselku dan melihat ada kiriman foto medali emas dari Kevin.

Kevin
sent a picture.
Kevin
lupa kemaren mau ngasih tunjuk

Aku tersenyum. Medali emasnya sangat indah dengan ukiran nama turnamen beserta logonya di atas medali emas  itu. Aku rasa bukan aku saja yang bangga saat melihat medali emas itu, tapi seluruh masyarakat Indonesia juga bangga dengan hal itu.

Setelah kuhabiskan beberapa detik untuk membalas pesan Kevin, aku bersiap-siap untuk turun ke bawah dan mengambil jatah makanku di restoran. Untung saja sektor ganda putra sudah menyelesaikan pertandingannya, jadi untuk beberapa hari ke depan tidak ada jadwal yang menyibukkanku.

Rupanya sudah ada Bayu dan Fero di restoran hotel yang sedang menikmati istirahatnya. Kasihan kedua pemuda itu, tugasnya masih belum selesai. Ah, hanya Fero saja yang belum selesai. Aku menghampirinya dengan sepiring nasi goreng di atas kedua tanganku.

"Perunggu ya Bay?" tanyaku kepada Bayu mengingat sektor tunggal putri baru saja selesai.

Bayu mengangguk, "ya gapapa sih, perunggu juga udah terbilang bagus." ujarnya menanggapi pertanyaanku.

Selanjutnya, kami menyantap makan siang kami dengan cukup khidmat tanpa ada perbincangan lagi. Sesekali dan tanpa sengaja, netraku berpapasan dengan netra Fero yang membuatku harus tersenyum kecil berkali-kali. Sedikit canggung juga kurasa.

Setelah selesai menyantap hidangan kami, kami duduk sebentar dan aku hanya sebagai pendengar di antara Bayu serta Fero yang sedang bertukar pendapat.

"Sekalian lo ikut nribun kaga nanti di final tunggal putra?" tanya Bayu.

"Jam berapa?"

"Jam empatan kalo ga molor." jawab Fero dengan anggukan kepalanya kecil. Yah... tidak masalah. Lagipula, seharian ini aku tidak ada acara sama sekali.

"Boleh deh." ujarku lalu memandang Bayu dan Fero bergantian.

"Gaada acara lo sama Kevin?" tanya Bayu.

"Sejauh ini sih belum ada," responku sekenanya.

Kudengar Fero berdeham kecil sambil ujung bibirnya yang terangkat ke atas. "gatau ya dia balik ke Jakarta nanti malem?" informasi yang baru diucapkan oleh Fero membuatku cukup terkejut.

"Darimana kau tahu?" tanyaku balik tidak percaya.

"Kan emang udah jadwalnya pulang." Fero kembali menanggapi pertanyaanku. "emang Kevin gabilang ya sama lo?" lanjutnya dengan matanya yang menyipit.

"Gaada omongan sama sekali, tadi aku liat snap-nya juga masih jetski sama temen-temennya." komentarku dan merasa aneh sambil membuka ponselku. Nyatanya, tidak ada pemberitahuan apapun dari Kevin tentang kepulangannya ke Jakarta nanti malam. Bahkan tadi saja ia masih sempat mengirimiku pesan walaupun hanya sebatas foto medali emasnya.

"Lah aneh banget tuh orang," timpal Bayu seraya menggeleng-gelengkan kepala.

Kembali, aku mengirimkan sebuah pesan kepadanya berharap ia sebenarnya lupa memberikan informasi tentang kepulangannya nanti malam kepadaku. Sudah banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang muncul di pikiranku sebenarnya namun aku mencoba untuk menepis hal tersebut.

"Sebenernya lo bisa deket sama Kevin gimana ceritanya?" Fero bertanya kepadaku sambil matanya menatap lekat kepadaku. Aku menjelaskannya begitu runtut dan cukup terperinci yang nyatanya tidak sampai sepuluh menit penjelasanku sudah selesai. Mereka berdua sempat kebingungan saat aku mengakhiri penjelasanku tadi dan disambut dengan tatapan Bayu yang tidak percaya.

"Gitu doang?" tanya Bayu memastikan lagi yang kubalas dengan anggukan kepala.

"Dan lo udah percaya sama semua omongan dia?" Fero kembali mengutarakan ucapannya, menunjukkan sedikit senyuman miringnya kepadaku.

"Ya kenapa engga? Dia baik juga," dan setelah memberikan jawaban itu, kedua teman magangku saling berpadangan satu sama lain sebelum menatapku lagi.

"Lo naif juga ya ternyata." ujar Fero lalu mendesah nafas panjang.

"Maksudnya?" aku mulai terpancing dengan perkataan Fero yang cukup menyinggungku.

"Gue ga bermaksud buat nyinggung perasaan lo apa gimana ya, cuma lo mikir aja pake logika misal lo baru ketemu cowo, interaksi sebelumnya aja ga pernah tapi dia berlaku manis ke lo, ngomong hal-hal romantis ke lo, baperin loㅡ"

"Bisa aja cinta pada pandangan pertama bang," sela Bayu santai sembari tangannya menepuk-nepuk pelan bahuku. "banyak yang kaya gitu."

"Tapi hal sekecil kaya ngabarin mau balik ke Jakarta aja dia engga ngomong, ya berarti apa kalo ga serius?"

"Bisa juga dia lupa," aku menanggapi Fero dan menahan untuk tidak emosi.

"Lupa kata lo? Baru tadi pagi ya gue liat lo berduaan sama Kevin di lift entah balik darimana dan lo bilang Kevin lupa ngabarin lo buat balik ke Jakarta?" intonasi berbicara Fero semakin naik dan mendengarnya saja aku semakin emosi. "gue sama dia sama-sama cowo, setidaknya gue tau mana cowo yang serius mana yang engga."

"Tapi lo bukan Kevin, Fer." bahkan aku tidak peduli saat aku memanggil Fero tanpa embel-embel 'kak'. "lo gabisa nyimpulin perlakuan Kevin sama kaya perlakuan lo," ujarku, membela Kevin walaupun aku sangat bimbang menimbang-nimbang kebenaran perkataan Fero barusan.

Fero tertawa sumbang mendengar pembelaanku terhadap Kevin sedangkan Bayu hanya berdiri diam dan canggung di antara pertengkaran kami berdua. Tapi kali ini, aku benar-benar marah kepada Fero. Perkataannya sangat keterlaluan dan terdengar begitu menyakitkan.

Bayu menoel bahuku pelan, "pesan lo tadi udah dibales belum sama dia?" tanyanya lirih.

Aku segera mengecek ponselku kembali lalu menggeleng, "dibaca aja belum."

"Dm aja, udah?" usul Bayu yang aku setujui langsung. Aku langsung membuka media sosialku dan mengetikkan nama Kevin Sanjaya di kolom pencariaㅡ

Seketika aku terdiam dan wajahku menegang. Netraku membulat saat membuka media sosial Kevin yang tidak seperti biasanya. Tampak sepi, hitam, seperti tanpa kehidupan. Ada apa ini?

"Gimana?" suara Bayu membuyarkan pikiranku dan kutatap Bayu dengan berkaca-kaca, seakan lidahku pun kelu ingin mengatakan hal yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya.

"Aku di-block sama dia," satu kalimat menyedihkan lolos dari mulutku membuat Bayu mengerutkan keningnya.

Maksudku, tidak, ada apa ini? Apakah aku berbuat salah kepada Kevin? Atau ada perkataanku yang cukup menyinggungnya sehingga media sosialku pun diblokir oleh Kevin. Kemarin kami masih baik-baik saja, tadi pagi kami juga baik-baik saja. Bahkan tidak ada ucapan perpisahan dari seorang Kevin. Secepat itukah dia berubah? Aku bingung.

"Kevin itu bagaikan trespasser di kehidupan kamu, asal kamu tahu. Dia bisa masuk tanpa izin dan dia juga bisa pergi tanpa seizin kamu." ujar Fero pelan kepadaku sebelum ia pergi dari hadapanku.

♡♡♡


Trespassing [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang