Aku mengejar Fero, menghentikan langkahnya dengan menahan lengannya, serta menatapnya tanpa arti. Aku bingung, hatiku bergejolak tak nyaman, bahkan jantungku berdetak cepat. Singkatnya, aku tidak tenang sama sekali.
"Aku tidak penting bagi dia?" tanyaku kepadanya, pikiranku cukup kacau, dan ini semua gara-gara Kevin. Bayangkan, dia memblokir media sosialku di hari yang sama saat kami menghabiskan malam kami di pantai bersama-sama. Aku salah apa?
Fero menghela napasnya panjang, melepaskan tanganku dari lengannya. "kamu cuma figuran."
Aku menggeleng-gelengkan kepala, "aku bakal nunggu dia di depan kamar hotelnya. Aku butuh penjelasan," tekadku, berjalan lurus ke arah lift, dan berencana untuk menunggu Kevin kembali ke hotel.
"Aku tadi pagi ketemu dia waktu aku balik lari pagi." aku berbalik badan saat Fero berkata seperti itu. "dia udah packing,"
Hatiku mencelos dan bahuku lemas. Sepertinya Kevin benar-benar menghindar untuk bertatap muka lagi denganku. Ah, pikiranku benar-benar tidak bisa dikontrol. Hanya asumsi-asumsi burukku saja yang tersisa sekarang dan itu membuatku benar-benar pening. Teringat ucapan Fero tentang Kevin bagaikan trespasser di kehidupanku yang sejujurnya harus kuakui itu memang benar jika dipikir-pikir lagi.
"Bandara," gumamku. Satu-satunya tempat yang bisa aku kunjungi untuk berbicara dengan Kevin. "anterin aku ke bandara nanti malem." pintaku kepada Fero yang disusul dengan kedatangan Bayu di sampingku, lagi-lagi ia mencoba menenangkanku.
"Dengerㅡ"
"Tolong," pintaku sekali lagi sambil menatap Fero pasrah. "tolongin aku ya Bay." beralih, aku menatap Bayu seraya mengatupkan kedua tanganku di depan dada.
Permintaanku ini mau tak mau dikabulkan oleh kedua teman magangku ini. Setelah selesai pertandingan final ganda campuran, Fero dan Bayu langsung saja mengantarku ke Bandara yang sangat terkenal di Bali menggunakan mobil milik salah satu senior di Kemenpora.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di bandara, aku segera menuju ke tempat yang dimaksud oleh Feroㅡatas informasi dari salah satu pengurus PBSI yang kami temui di arena bertanding tadi.
"Dimana dia?" gumamku saat kedua mataku belum menangkap seorang Kevin di tempat yang dimaksud. Bahkan tidak ada tanda-tanda dari para ganda putra lainnya seperti Marcus, Fajar, atau Rian.
"Tenang dulu, duduk aja dulu di sana." Bayu berbicara kepadaku sambil menunjuk kursi tunggu yang tersedia di bandara.
Saat duduk saja, berkali-kali aku menunjukkan gelagat yang gelisah hingga Bayu lagi-lagi harus menenangkanku, menceritakan tentangnya saat masih kecil yang suka berenang di sungai untuk menangkap kepiting kecil, dan lain-lain. Ia juga menceritakan bagaimana saat sekolah dasar dulu, ia menyatakan cinta kepada teman sekelasnya di depan kepala sekolah. Ekstrem juga masa kecilnya.
"Tuh muncul," celetukan Fero itu membuatku dengan cepat mengalihkan atensiku dari Bayu kepada seorang laki-laki berkemeja putih berjalan di samping Ko Sinyo yang sibuk dengan koper besarnya. Tanpa basa-basi, aku menghampirinya walaupun ada sedikit rasa malu yang muncul tiba-tiba.
Sebentar, aku berhenti. Berhenti sejenak sambil menundukkan kepalaku berharap bahwa aku mampu untuk mengutarakan seluruh perkataanku kepada Kevin. Teringat, aku bukan siapa-siapanya tapi ia telah melakukan banyak hal romantis kepadaku. Dan saat aku mendongakkan kepalaku, Kevin sudah berada tak jauh dariku serta menatapku cukup terkejut.
"Kamu ngapain di sini?" tanyanya saat ia sudah berdiri di depanku.
"Aku bingung sama kamu, aku ada salah sama kamu?" ucapku dengan sedikit penekanan di intonasiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trespassing [Kevin Sanjaya]
Fanfiction"Hai," Dia sudah masuk tanpa izin di kehidupanku hanya dari kalimat sapaan itu. Tatapan kami yang tanpa sengaja saat itu membuat keadaan selalu berpihak kepada kami. Dia yang tak mengenalku dan aku yang mengenalnya sebagai kebanggaan negara. Dari or...