Yes! #14

707 68 1
                                    

Hari-hari selanjutnya kulewati dengan cukup sibuk dan kurangnya intensitas bertemuku dengan Kevin. Sebenarnya beberapa kali sempat bertemu di ruang persiapan jika ada waktu yang tepat saat aku bertugas menilai kesiapan acara di ruang persiapan. Tapi aku tidak mengobrol lebih lama dengan Kevin dan hanya memberikan semangat kepadanya serta Ko Sinyo.

"Semoga The Minions dapet emas!" ujar Mbak Helen sesaat setelah aku mendudukkan diriku di tribun. Ia tampak semangat sekali dengan kedua tangannya memegang balon berbentuk lonjong memanjang.

Final hari ini tentu saja sangat ramai supporter dari Indonesia untuk mendukung jagoan ganda putranya yang bertanding. Iya, selamat untuk Kevin dan Marcus. Perak itu pasti, tapi emas adalah harapan.

Bukan hanya aku saja yang merasa, bahkan hampir seluruh Indonesia merasakan bahwa permainan Kevin dan Marcus sangatlah on fire. Terlebih Kevin yang melakukan aksi-aksinya begitu memukau banyak orang, bahkan lawan pun berhasil dibikin bungkam.

Pertandingan berlangsung sengit selama hampir satu jam lamanya dengan rubber game yang membuat hati penonton berdetak dengan cepat. Pada menit-menit pertama di rubber game, The Minions tertinggal 6 poin. Tapi pada akhirnya, keadaan tersebut berbalik menjadi 3 poin di atas lawannya. Serangan demi serangan dari lawan dapat teratasi dengan mudah oleh Kevin dan Marcus karena pertahanan mereka yang luar biasa kuat serta tak terlihat celahnya oleh lawan. Hingga poin ke dua puluh satu dapat tercetak, sorakan yang sangat keras terdengar riuh di seluruh sudut arena ini. Emas, mereka berhasil membawa emas untuk Indonesia. Mbak Helen yang sangat senang juga turut memelukku erat yang mau tak mau aku harus memeluknya balik.

"Udah gue bilang, mereka adalah pemenangnya!!" seru Mbak Helen lalu kembali duduk setelah bersorak dengan senangnya.

Aku juga dapat melihat dari tribun Kevin dan Marcus yang berpelukan dengan pelatihnya dan senyuman kebanggan yang tak lepas dari wajah mereka. Setelah bersalaman dengan lawan bermainnya, mereka langsung membawa tas mereka keluar dari arena bermain menuju ruang persiapan di sebelah kiri.

"Nih mbak udah laporannya," ujarku saat selesai menulis di poin terakhir lembar penilaian acara. Mbak Helen menerimanya dan ia mengajakku untuk keluar dari tribun serta menyerahkan lembar penilaian acara tersebut ke penanggungjawab.

"Lo laper ga sih? Ini anak-anak pada ngumpul di restoran hotel buat makan," Mbak Helen berbicara kepadaku sambil netranya fokus ke ponselnya.

"Laper mbak, belum makan dari siang tadi juga." jawabku.

Sesampainya di hotel, kami berdua langsung menuju ke restoran hotel tanpa basa-basi. Aku juga melihat bagaimana senangnya Mbak Helen saat makanan yang ia pesan datang dan mulai memakannya dengan lahap.

"Titip salam dong ke Kevin, selamat udah menang gitu." Bayu yang baru saja bergabung untuk makan di restoran hotel langsung berbisik kepadaku yang kubalas dengan cubitan di lengan atasnya.

"Diem deh Bay," gerutuku lalu lanjut memakan hidanganku sebelum ponselku menyala dan ada satu direct message muncul di layar kunciku. Tertera nama Kevin Sanjaya yang membuatku melebarkan mata.

"Buset baru aja diomongin udah nongol aja tuh nama," komentar Bayu yang membuatku lagi-lagi harus mencubit lengannya. Bayu hanya tertawa lalu duduk di bangku yang kosong, cukup jauh dariku. Seraya membukaㅡ

Belum sempat membuka, sosok Kevin sudah terlihat di sisi luar restoran hotel dengan lambaian tangannya ia arahkan kepadaku. Jendela kaca restoran hotel yang besar membuatku dapat melihat senyuman lebarnya dan ia meloncat-loncat sedikit agar atensiku mengarah kepadanya.

Aku menyilangkan sendok dan garpuku di atas piring seraya izin ke beberapa senior untuk pamit lebih dulu dan berjalan keluar restoran untuk menemui jagoan bulutangkis Indonesia itu.

"Hai Kevㅡ" dia sudah memelukku bahkan sebelum aku menyelesaikan sapaanku. Aku membalas pelukannya, tidak peduli dengan beberapa keringat yang masih menempel di tubuh dan bajunya. Iya, kami hanya berpelukan dengan syahdu tanpa ada pembicaraan sama sekali.

Aku memejamkan kedua mataku saat tangannya mengelus-elus rambut dan punggungku lembut. Deruan nafasnya terdengar agak tidak beraturan di telingaku menandakan bahwa ia sedang kecapekan.

"You did a great job, Kevin. Indonesians are proud of you and Ko Sinyo," ucapku pelan kepadanya seraya ia melepaskan pelukan kami.

"Aku akan menunjukkan emasnya kepadamu nanti," ujarnya gembira dan aku dapat melihat matanya yang berkaca-kaca. Oh, lihatlah lelaki ini! Ia tampak menggemaskan.

Aku mengelus-elus pipinya yang lembut sambil tersenyum lebar kepadanya. "aku tidak sabar melihat medali emas itu!!" ujarku begitu semangat. "bukankah agak beresiko saat kamu memelukku di tempat umum seperti ini?"

Kevin tertawa kecil mendengar pertanyaanku dengan tangan kirinya yang menyibakkan rambutnya sendiri. "memangnya kau ingin aku memelukmu dimana?"

Aku mengerutkan keningku sejenak, "eee... bukan di tempat umum?" jawabku dengan ragu. "agar tidak menimbulkan berita yang tidak-tidak."

Kevin tersenyum namun senyumannya sedikit aneh, tidak seperti biasanya. "bukan di tempat umum?"

Aku mengangguk cepat, "iya maksudku di tempat tertutup gitu."

"Contohnya?" pertanyaan Kevin membuatku terdiam sebelum aku mengerti apa yang dimaksud Kevin dan apa yang membuat senyuman Kevin tampak aneh di kedua mataku.

"Aku tidak akan menjawabnya," jawabku acuh tak acuh tapi rasanya aku begitu malu. Ah, aku mengucapkan hal yang kurang benar tadi.

Kevin tertawa terbahak-bahak saat melihat diriku salah tingkah. Aku tidak begitu sadar apa arti tersirat dari ucapan yang tadi aku tanyakan kepada Kevin.

"Bukankah berita yang tidak-tidak seperti yang kau pikirkan tadi akan muncul kalau awal mulanya dari tempat tertutup?" ejek Kevin dengan suara khasnya yang cukup belagu.

Aku menggigit bibir bawahku seraya menatap kedua matanya yang bundar dengan lipatan matanya yang menghiasi atas matanya itu. "bukan itu maksudku, maksudku bagaimana jika ada orang yang mengira kita sepasang kekasih?"

Kevin kembali terdiam dengan kedua matanya yang tak lepas dari kedua mataku yang menatapnya lekat. Aku tidak tau apa yang dipikirkan tapi aku tau ia sedang menahan senyumannya, terlihat dari kedua ujung bibirnya yang berkedut.

"Kuanggap kau sudah menjadi kekasihku sejak tatapan pertama kita tiga tahun yang lalu."

♡♡♡

Trespassing [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang