♡ Avicii Bener ♡

106 37 48
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup memang sulit, sampai banyak yang merasa sakit. Menangislah jika ingin menangis, menjeritlah jika bisa meringankan kecewamu. Jangan ditahan-tahan. Kemari, masuklah dalam pelukku, tumpahkan semua keluh kesahmu."

•••

"Apa bedanya kamu sama tiang listrik?"

"Kalau tiang listrik tinggi, Jeni pendek."

"Heh, situ jangan diskriminasi, ya!"

"Bawahahaha. Enggak gitulah, Mat. Tenang, Jen, tenang. Denger, nih. Bedanya kamu sama tiang listrik itu ...."

"Apa?" tanya Jeni ketus.

"Kalau tiang listrik satu untuk bersama, kamu satu hanya untukku seorang."

"Hehh, nggak ada, nggak ada! Jangan ngadi-ngadi!"

Armanda tertawa geli melihat Vani yang terbakar api cemburu. Ketua kelas XI MIPA 1 itu melenggang pergi keluar kelas, membuat El mendapatkan siulan anak kelas dan godaan.

"Kan! Apa aku bilang! Si Vani tuh masih naksir sama situ, El!"

"Cieee, El, cieee."

"Balikan, dong, balikannn."

"Tahu. Kamu ngejomblo sejak putus sama dia karena masih berharap balikan, 'kan?"

"Enggaklah. Sini mah udah berkali-kali ganti." El menepuk dada bangga, kemudian menepuk bahu Bilal. "Ini, nih, pedomanku. Guruku yang paling budiman."

"Bah, Bilal dijadiin pedoman. Sesat!"

"Biarpun sesat, yang penting selalu tampan." Bilal menyugar rambut, membuat Armanda yang baru saja mendudukkan diri di kursinya memutar bola jengah.

"Emang dulu El sama Vani beneran pacaran?" tanyanya pada Mawar yang tengah membaca sesuatu-naskah drama.

"Sempet pacaran lama. Awet banget."

"Terus putus karena?"

Mawar mengernyit. "Lebih ke ... Vani gampang cemburuan. Dan yaaa, El capek kayaknya. Akhirnya sering berantem dan kandas."

"Pantes, sih. El kan sama aja kayak Bilal."

"Nggak juga," Mawar mengulum senyum, "El tuh termasuk nggak neko-neko anaknya."

"Terus si Bilal-nya iya, 'kan?" Armanda mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

"Kalau Bilal ... no coment."

Armanda mengedikkan bahu, merogoh laci untuk mengambil earphone-nya yang tertinggal.

Apaan ini?

Armanda semakin merogoh ke dalam ketika merasakan sebuah benda berbentuk persegi panjang yang padat. Gadis itu menemukan sebuah cokelat yang masih terbungkus rapi, lengkap dengan pita berwarna ungu.

Sweet Promise (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang