♡ Belum Siap ♡

101 38 35
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siap nggak siap perempuan muslim wajib menutup auratnya."

•••

    Sore itu sepulang dari sekolah, Armanda dan Bilal beriringan menuju studio. Armanda dengan Mini Cooper Cabrio ungunya, sedangkan Bilal dengan motor matic hitamnya. Jalanan Kota Djogjakara cukup padat. Jam pulangnya anak sekolah membuat seisi jalan dipenuhi oleh anak sekolah.

    Dua orang yang telah selesai memarkirkan kendaraan masing-masing di pelataran studio itu berjalan bersama. Bilal yang memimpin. Keduanya disambut harum martabak manis yang Keenan bawa dari rumah. Berkotak-kotak martabak itu menjadi pengganjal perut Band Barista sebelum latihan nge-band seperti biasa, juga menyiapkan Armanda dan Bilal untuk pekan seni nanti. Tadi pagi, ketika seluruh personil band sekolah, Galen yang merupakan Maba punya waktu untuk mendaftarkan perwakilan Band Barista mengikuti lomba. Alhasil, Armanda dan Bilal telah terdaftar menjadi peserta.

    "Aku sama anak-anak mau merekomendasikan beberapa lagu yang bisa kalian bawain besok," Keenan menjereng selembar kertas di atas meja, "untuk lagu pilihannya kalian jadi Aku dan Dirimu, 'kan?"

  Armanda mengangguk. Dia dan Bilal sudah sepakat untuk menyanyikan lagu itu di pekan seni.

   "Nah, untuk lagu bebasnya ini," Keenan menunjuk beberapa judul lagu yang sekiranya bagus untuk dinyanyikan berdua, "kita berharap ada salah satu yang nyantol di hati kalian."

   "Yang nyantol di hatiku mah cuma Armanda."

   Armanda melirik sinis pada Bilal yang nyengir. "Bercanda, Ndaaa. Jangan sepaseng-sepaneng amatlah. Dibawa santaii."

   Armanda mencibir, memilih menanggapi Keenan, ketimbang Bilal yang sering nyeleneh. "Kayaknya ... ini bisa, deh." Gadis itu menunjuk antrean ke enam dari daftar lagu yang dipilihkan Keenan, Deo, Liam, dan Galen.

   "Waktu yang Salah?"

   "Ya. Waktu yang Salah." Armanda melirik Bilal, kali ini dengan lirikan meminta saran. "Bisa, 'kan?"

   Bilal tersenyum. "Bisa, dong. Apa, sih, yang enggak buat kamu?"

   Lalu, tanpa tedeng aling-aling, sebuah bogeman mentah melayang di pipi Bilal.

Bugh!

•••

    "Aw!"

   Armanda semakin menempelkan keras waslap yang diberi es pada luka lebam hasil tonjokannya di pipi Bilal—di area bawah mata nyaris ke pelipis. "Makanyaa, gue kan udah bilang berkali-kali, gue nggak suka digombalin!"

   Bilal meringis. Dua orang yang baru saja pulang ke Rumah Harapan itu sempat disambut kehebohan Amalia saat melihat putranya dalam keadaan setengah wajah tertutup tudung hoodie. Awalnya, Amalia curiga, mengapa Bilal menutupi wajahnya? Lalu, ketika dia membuka paksa si tudung hoodie karena Bilal terus berkilah jika tidak ada apa-apa, wanita itu mendapati lebam keunguan tercetak jelas di wajah putranya. Langsung saja Amalia menceramahi Bilal agar tidak berkelahi dan membuat kerusuhan. Sampai wejangan Amalia selesai, Armanda baru mengaku jika telah menonjok lelaki itu.

Sweet Promise (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang