♡ Perempuan dan Over Thinking-nya ♡

111 36 44
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mundur ajalah kalau perempuan udah over thinking. Nggak ada yang bisa nyadarin dia kecuali dirinya sendiri."

•••

     "Pegangan, Nda!"

    "Kecepatan laju motor lo nggak sebelas dua belas sama Rosie sampai gue harus pegangan biar nggak terbang!"

    "Dingin udaranya, nggak baik buat kamu. Mana cuma kausan. Kalau masuk angin gimana?"

   "Ck. Kalau lo peduli, harusnya lo lepas hoodie lo ini dan kasihin ke gue!" Armanda mendelik pada Bilal melalui kaca spion.

   Bola mata Bilal membola. "Jangan, dong! Nanti kalau aku masuk angin, yang jagain kamu siapa?"

    Armanda memutar bola mata jengah. Lelaki dan mulut manisnya yang minta diselepet. Dan perkataan absurd Bilal hanya membuat telinga Armanda makin panas.

Apaan, sih.

   "Masuk sini." Tidak ada angin tidak ada hujan Bilal memasukkan kedua pergelangan tangan Armanda pada saku hoodienya. Hal itu membuat Armanda menjengit, hendak meloloskan tangan, tetapi Bilal menahan.

   "Sini aja biar anget."

   "Jangan modus, ya!"

   "Enggakkk. Jangan suuzan sejam aja bisa nggak, sih?"

   Sekali lagi, dilayangkan tatapan penuh peringatan pada Bilal melalui kaca spion, tetapi entah kenapa tampang Bilal tampak serius saat ini. Alhasil, Armanda membiarkan saku hoodie Bilal menghangatkan tangannya.

     Benar kata Bilal, udara malamnya dingin. Kalau dia masuk angin bagaimana? Sejak keluar dari Midnight Cafe saja semriwing angin malam sudah menerobos masuk ke dalam kausnya, membuat tubuhnya merinding.

    Armanda mendengus sebal, memilih membuang muka, pada jalanan di malam hari yang penuh kerlip lampu. Bukit-bukit di kejauhan tampak kecil, tetapi cahaya terang dari lampu rumah-rumah di sana terlihat seperti ratusan bintang di langit yang terang.

     Sepanjang perjalan setelah perdebatan itu Armanda bungkam, begitu pula Bilal. Keduanya sama-sama diam di atas motor yang melaju membelah jalan raya Kota Djogjakara pada malam hari. Jalanan yang kanan-kirinya ramai oleh pedagang dorongan dan lapaknya penuh oleh muda-mudi. Ada yang cari angin, cari makan, bahkan keluar untuk cuci mata di toko-toko yang buka pada malam hari.

     Armanda mengembuskan napas lelah. Gadis itu melirik Bilal yang tampak tenang mengendarai motor matic-nya. Samar, indra penciuman Armanda dibelai harum parfum beraroma sitrus dari tubuh Bilal. Harum parfum yang wanginya sebelas dua belas dengan milik Pras, membuat Armanda memejamkan mata tenang. Saking tenangnya, sampai tidak menyadari jika lelaki di depannya mengulum senyum sambil menatap Armanda melalui kaca spion.

Sweet Promise (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang