♡ Kamu Adalah Bukti ♡

105 31 11
                                    

Tolong tandai kalau ada tipo:)

Tolong tandai kalau ada tipo:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak ada yang mustahil. Hanya orang yang mudah patah dan kurang berusaha saja yang ada."

•••

    Armanda memang sengaja tidak membuka pesan beruntun dari Bilal tadi pagi. Bahkan, sampai akhirnya dia pulang dari Jhetis dan membersihkan diri pun Armanda tidak membuka Whatsapp. Pesan dari Keenan setelahnya saja dia lihat melalui pop-up.

   Armanda tidak menyangka, pesan-pesan yang dia kira tidak penting itu adalah pesan yang menanyakan keberadaannya karena Bilal hendak ke tempat pameran yang diadakan di pendopo. Sebuah pameran lukisan sekaligus event besar, di mana salah satunya adalah lomba melukis yang Jelita ikuti.

    Armanda menyesal. Sangat menyesal. Dia hanya bisa menunduk lesu tatkala mendapati Jelita sudah terlelap bersama Lembayung.

   "Kamu bisa ke sini lagi besok. Jelita punya kejutan buat kamu," kata Bunda kemarin malam.

    "Kejutan apa, Bunda?"

   "Rahasia, dong. Kalau dikasih tahu, namanya bukan kejutan lagi."

   "Yah ...."

    "Udah pokoknya besok pulang sekolah kamu ke sini lagi. Ntar nanya sama anaknya langsung."

   "Maaf, ya, Bund. Armanda buat Jelita kecewa. Armanda lupa, ada urusan penting juga."

   "Nggak apa kok. Kamu nggak perlu ngerasa bersalah gitu. Jelita tadi cuma murung sebentar doang, habis dibeliin es krim sama Bilal akhirnya senyum lagi."

   "Sekali lagi maaf, ya, Bund. Anak itu pasti kecewa banget. Armanda janji, besok bakal ke sini lagi."

   Akhirnya, malam itu Armanda memutuskan untuk pulang. Bilal yang sejak dirinya masuk ke dalam Rumah Harapan sampai meninggalkan pelataran hanya bisa menatap kepergiannya, karena Armanda menolak mentah-mentah tawaran Bilal untuk mengantarnya pulang.

   "Gue bawa mobil. Nggak perlu dikawal kayak Pak Presiden."

    Bilal gencatan senjata, menyerah berhadapan dengan Armanda dan keras kepalanya yang sulit dilelehkan.

   "Nda, ayo sarapan!"

   Teriakan Hita dan suara langkah kaki membuat Armanda yang mematut diri di depan cermin gelagapan. Gadis yang sedang mencoba salah satu jilbab hasil curian dari lemari sang mama itu langsung melepaskan jilbabnya.

   "Nda!"

   "Iya, Ma, sebentar!" Armanda celingukan, mencari tempat yang aman untuk menyembunyikan jilbabnya.

   "Lagi ngapain, sih, lama bangeeet."

   Armanda semakin kisruh, secepatnya menjejalkan si jilbab ke dalam laci lalu membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan. Armanda memasang tampang serileks mungkin.

Sweet Promise (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang