♡ Menghindar ♡

128 38 60
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada banyak hal yang nggak bisa dijelasin lewat kata-kata. Terlalu berat rasanya mengungkit apa yang telah dikubur sedalam-dalamnya."

•••

    "Ini sampahnya dibuang di sana, Biii. Kalau di sini ntar jadi satu sama yang nggak bisa didaur ulang!"

   "Oh, iyakah? Terus yang ini buat apa?"

   "Iqra, makanya iqra! Ini tuh buat sampah anorganik!"

   "Kurang iqra gimana coba? Mataku udah mendelik begini."

    Hari Jumat bersih di SMA Kartini telah datang, meninggalkan hari-hari lain di belakangnya. Anak-anak SMA Kartini yang baru saja selesai senam pagi mulai menjalankan kewajiban mereka—membersihkan seisi sekolah sampai tidak ada daun yang berserakan barang sebiji.

    Selama dua hari lalu, gangguan dari Bilal terus saja menghantui Armanda. Entah yang sepatunya disembuyikan, buku latihan soal yang ditaruh di atas pohon, bahkan Bilal dengan kurang ajarnya menukar kotak makan Armanda dan Vani yang sama persis.

    Jika Armanda punya kekuatan sihir, maka dia tidak akan segan menyulap Bilal menjadi kodok. Kalau perlu, Armanda akan membuat mulut Bilal yang terus berkicau itu diam dengan menjahitnya menggunakan benang jahitan. Sayang, Armanda tidak bisa. Yang bisa dia lakukan hanya menahan amarah, sampai ketika Bilal menampol titik tertinggi kesabarannya sampai pecah, Armanda akan mengumpat keras-keras sampai rumor mulut toanya menyebar luas ke penjuru sekolah dengan cepat. Terlambat, niatnya untuk menjaga image hilang dalam sekejap hanya karena sosok Bilal yang terlampau narsis dan membuat Armanda kerap kali hipertensi.

   Dan sekarang, lelaki itu membuat Armanda frustrasi karena tidak bisa membedakan tempat sampah dengan benar.

   "Beresin semuanya! Gue nggak mau kena amuk Vani karena kesalahan lo dan dapet poin, ya!"

   Yang menyebalkan adalah, Bilal kabur. Lelaki itu memilih berlari menjauh, bermain bola dengan Cut dan Mamat. "Sorry! Nggak bisa bantuin, hahahaha. Beresin aja sendiri!"

  Armanda menggeram kesal, hendak menyumpah-serapahi Bilal, tetapi sesuatu membuatnya urung.

    "Tolong ambilin engkrak, dong."

   Suara itu, Armanda mengenalinya dengan jelas, suara milik Kartaja. Gadis itu menoleh, mendapati lelaki yang selalu mengeluarkan kaus seragamnya dengan dasi yang berantakan tengah menyorot Armanda dengan matanya yang tajam.

   Armanda yang kaget Kartaja mengajaknya berbicara hanya bisa bergeming, menatap si Lelaki dengan tatapan yang sulit diartikan.

   Kartaja menghela napas, memilih balik kanan bubar jalan, mengambil engkrak sendiri ke dalam kelas. Tatapan Armanda terus menyorot punggung tegap Kartaja, mengikuti tiap gerak-geriknya yang membuat Armanda melihat sosok Ananta di sana.

Sweet Promise (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang