♡ Cokiber-nya SMA Kartini ♡

95 30 47
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebentar saja, please. Sebentar saja. Aku ingin percaya, bahwa tidak semua lelaki sama berengseknya."

•••

     Kartaja. Entah sejak kapan lelaki itu berada di belakangnya, Armanda tidak tahu. Lelaki yang kata Paras adalah Cokiber-nya SMA Kartini itu benar-benar membayarkannya jagung dan tidak mau diberi uang ganti. Parahnya, lelaki itu terus mengikutinya, membuat Armanda gedek sekali.

   "Mau lo apa, sih? Jangan ngikutin gue, ya!" Armanda naik pitam, langkahnya menuju tempat Mbah Kardi terhenti.

   Kartaja hanya menatapnya datar, tidak menjawab barang sekata. Malahan, lelaki itu berjalan mendahului Armanda, membuat gadis yang mengenakan kemeja berbahan flanel itu menatap Kartaja seolah Kartaja adalah reaksi atom yang bisa membuatnya frustrasi.

    Tak ingin memukul orang lagi, Armanda pun melanjutkan jalannya, menjaga jarak satu meter dengan Kartaja yang sepertinya hendak menyambangi warung wedang ronde milik Mbah Kardi juga.

    "Jalan ini rawan copet."

   Armanda mendongak, menatap punggung tegap Kartaja yang semakin menjauh. Akan tetapi, dia bisa mendengar suara Kartaja jelas.

   "Meski ramai, kasus pencopetan marak banget, apalagi di malam hari."

   Otomatis, Armanda menatap sekitar awas, takut-takut jika seseorang tiba-tiba menarik sling bag-nya lalu membawanya kabur.

   Melihat Kartaja yang sekarang benar-benar jauh, sedangkan jalanan mulai sepi karena telah sampai di perempatan menuju gang tempat Mbah Kardi berjualan, Armanda mempercepat langkah. Ketika dia melihat tiga anak punk di dekat Bangjo, Armanda langsung berlari—mengejar Kartaja yang menyunggingkan senyum kecil.

   "Gila! Kenapa lo nggak bilang dari tadi kalau jalan ini bahaya? Mana ada anak punk lagi!"

   Kartaja menoleh sekilas. "Udah kan tadi."

   "Telat!" Armanda bersungut-sungut.

   "Kenapa jadi jalan berdua gini? Katanya takut?"

    Armanda membisu, melirik Kartaja dengan ekor mata. Sejujurnya, dia memang masih takut. Namun, dicopet dan dihadang anak punk lebih menyeramkan daripada disuruh memantengi wajah Kartaja yang sebelas dua belas dengan wajah Ananta. "Cuma wajah lo doang yang gue takutin." Gadis itu menunduk, menatap sepatu kets-nya.

   Kartaja melipir ketika sebuah mobil melintas, tak lupa menarik bahu Armanda pelan sampai gadis itu mendongak. "Hati-hati. Ada mobil," peringat Kartaja.

   Ketika Kartaja berulang kali membantunya seperti ini, Armada semakin percaya dengan omongan Paras tempo hari.

   "Selama aku kenal Jaja, dia itu baikkk banget orangnya. Yaaa meski keliatannya cuek dan nggak peduli sama orang lain, tapi Jaja sebenernya luar biasa care! Cuma bedanya, kalau kebanyakan orang memperlihatkan kebaikan mereka, Jaja lebih suka diem-diem kalau berbuat baik. Kayak waktu Jaja bujuk mama misalnya? (Baca trilogi kedua)"

Sweet Promise (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang