03. Mandi Bareng

90.3K 13.7K 4.3K
                                    

Kila sudah selesai merapikan barang-barangnya di kamar barunya. Senyum dari wajah cantiknya tidak hilang sedari tadi. Ia masih tidak percaya akan serumah dengan laki-laki yang disayanginya itu.

Meskipun Vano terlihat risih dan terpaksa menerimanya di sini, tapi yang penting dia bisa melihat Vano sehari-hari.

Ia bisa melihat saat wajah Vano saat sedang tidur, sedang main gitar atau bahkan saat sedang ganti baju!

Arrghh, pengen teriak rasanya!

***

Kila melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Menyalakan air sampai bathub nya terisi lalu melucutkan pakaiannya.

Bersamaan dengan itu, Vano yang sedang menenteng handuknya di bahu tiba-tiba masuk  dan melotot melihat Kila.

"Astagfirullahaladzim!! Kenapa ga kunci pintu sih?!" teriak Vano seraya menutup matanya.

"Loh? Lo dong yang ga ngetok dulu? Main nyelonong aja!" Kila langsung pura-pura panik dan melilitkan tubuhnya dengan handuk. Padahal ia memang sengaja tidak mengunci pintu.

"Ck! Elah," Vano hendak keluar dari kamar mandi, namun Kila menahan tangannya.

Vano melirik Kila tajam. "Apa?"

"Nanggung. Bareng aja," ajak Kila frontal.

"Udah gila lo! Lepasin!"

"Gamau ih,"

"KILA!! Lepasin anjir nanti gue khilaf—"

"Kalo gue gamau gimana dong,"

Brakkk!!

Vano tiba-tiba mencengkeram tangan Kila, menyudutkan gadis itu ke tembok dan menatapnya dalam jarak yang sangat dekat. "Nantangin gue, hm?"

Jantung Kila berdebar kencang. Karena cengkeraman tangan kekar Vano semakin erat seakan tak membiarkannya pergi ke mana-mana.

"Jangan salahin gue kalo gue khilaf," bisik Vano berat di leher Kila.

"KILAAAAA UDAH BELOM MANDINYA? GUE MAU MANDIII!!"

Halusinasi Kila seketika buyar ketika mendengar teriakan Vano di luar kamar mandi.

Ya, yang barusan itu hanya khayalan seorang Kila yang ketinggian. Mana mungkin seorang Vano melakukan hal sebejat tadi.

"Masuk aja Vaaaan," suruh Kila tanpa malu.

"SETAN!!"

Kila berdecak sebal. Kenapa dia ga langsung masuk aja sih? Padahal pintunya ga dikunci! Udahlah gausah jadi mandi aja!

Kila memakai pakaiannya lagi, lalu ke membuka pintu kamar mandi dengan wajah merengut. "Gak jadi, pake duluan aja,"

"Ok," jawab Vano cuek. Ia masuk ke kamar mandi dan hendak menutup pintunya tapi Kila masih di dalam.

"Lah? Kok lu masih di sini?" tanya Vano bingung.

"Nunggu lo selesai mandi,"

"Nunggu kan bisa diluar, kenapa harus di sini?"

"Diluar sepi, gue takut,"

"Ya udah kalo gitu,"

Jantung Kila nyaris meledak ketika tiba-tiba Vano melepas kaos hitamnya dan memamerkan perut kotak-kotak di depan matanya.

Kila refleks memalingkan wajah saking kagetnya. Mampus khayalannya jadi kenyataan!!

Tapi badannya bagus banget anjir. Batinnya.

"Kok buang muka? Mau liat gue mandi kan? Sok," suruh Vano membuat Kila kembali tremor dari atas sampai bawah.

Kedua kaki Kila lemas tak bertenaga menyadari mereka hanya berdua di tempat sesepi ini dengan pakaian yang sama-sama minim. Otak Kila jadi blank dan tiba-tiba ia tidak tahu harus apa.

Apa dia harus ikut melepas bajunya juga?!

Tak mendapat jawaban dari Kila, Vano masih menatap mantan kekasihnya itu dalam. Sementara tangan kekarnya menarik tisu gulung yang ada di dekat wastafel.

"Cepet," kata Vano ambigu ketika menyerahkan tisu tersebut tanpa melepaskan pandangannya pada Kila.

Detak jantung Kila di dalam sana tambah tak karu-karuan. Apa maksudnya nih? Dia suruh ngelap keringetnya atau anu..

"I—Ini maksudnya buat apa Van?"

"Hidung lo keluar darah," jawab Vano membuat muka Kila langsung pindah ke dengkul.

"Baru liat roti sobek gue ae udah mimisan mau sok sokan ngintip gue mandi," batinnya heran.

UNDER THE SAME ROOF: VANO & KILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang