05. Kedinginan

65.6K 11.8K 3K
                                    

"VANOOOOO"

Teriakan Kila di tengah malam membuat kuping Vano pengang. Cowok yang baru saja mau tidur itu terpaksa beranjak dari kasur dan menghampiri Kila di lantai dasar.

"Iya kenapa, Kil?" tanya Vano dengan wajah ngantuknya.

Kila yang tengah bersandar di kasur dengan piyamanya itu tampak memeluk badannya sendiri. Wajahnya kelihatan pucat dan menggigil.

"Dingiinn, remote AC dimana sih? Matiin ajaa!!" rengek Kila.

"Buset dah. Segini dingin dari mana?" Vano mengambil remote AC di laci dan mematikan ACnya. Padahal ini sudah 25 celcius. "Lo biasa tidur di goa ya."

"Serius Van dingin banget gue ga boong," keluh Kila lemah membuat Vano khawatir.

Vano sontak duduk di pinggir kasur Kila, menempelkan punggung tangan pada dahi Kila dan terkejut.

"Eh anjir beneran dingin banget kaya beku. Lo sakit?" ekspresi Vano berubah khawatir. "Ck. Aduh kok bisa sih."

"Engga tau, Van. Tapi biasanya kalo malem suhu tubuh gue emang begini," jawab Kila.

"Mau gue buatin teh anget?" tawar Vano.

"Boleh."

"Sebentar."

Vano berjalan menuju dapur, lalu selang beberapa menit kembali dengan membawa teh hangat untuk Kila.

"Thanks Van," ucap Kila dengan senyum manisnya ketika menerima teh dari Vano lalu menyesapnya sedikit demi sedikit.

Vano menatap Kila cemas. "Feel better now?"

Kila meletakkan tehnya di meja dan menggeleng. "Ga terlalu..,"

"Masih dingin ya? Selimutan lagi aja."

Kila menurut, menyelimuti dirinya sendiri namun wajahnya masih tak yakin. Vano bertambah cemas.

"Itu kan udah selimutan. Kurang? Gue ambil lagi deh yang lebih tebel. Atau mau pake kaos kaki? Bawa ga?"

"Engga, Van."

"Jadi maunya gimana?"

"Peluk," Kila menatap Vano penuh harap. "Peluk aja Vanoo, please,"

"Kalo itu gue ga bisa, sorry. Gue gak mau," tolak Vano mentah-mentah. Namun bukan Kila namanya kalau tidak nekat.

"Kalo gitu gue juga ga mau pake selimut," balas Kila. "Biarin aja gue mati kedinginan di sini,"

"Ck, ngaco lo,"

"Udah sih suka suka gue aja. Kan lo gamau, ga peduli juga," Ekspresi Kila berubah murung seolah ingin menangis. Dan Vano tidak suka melihat Kila memasang wajah seperti itu.

"Ck! Ya udah iya."

Vano pun naik ke atas tempat tidur Kila, menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mereka berdua lalu memeluk gadis itu erat.

Vano pun naik ke atas tempat tidur Kila, menarik selimut untuk menyelimuti tubuh mereka berdua lalu memeluk gadis itu erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"U—Udah anget?" tanya Vano dengan pipi memerah. Sebenarnya dia gengsi dan merasa tak pantas melakukan ini.

Melirik Vano dari bawah, Kila menggangguk. "Sampe gue tidur ya?"

Vano menghela napas. Apa boleh buat. "Hm. Tapi malem ini aja."

"Iya gapapa kok!" seru Kila dengan senyum cerianya membuat hati Vano mencelos. Ia sangat suka melihat Kila tersenyum. Rasanya Vano jadi ingin ikut tersenyum juga, namun sekeras mungkin ia harus menahannya.

"Good night," bisik Vano sambil mengusap rambut Kila sampai gadis itu tertidur dan mendengkur pelan.

"Sebenernya gue udah janji gamau berhubungan sama cewe lagi. Tapi demi lo nih Kil." gumam Vano pelan, sangat pelan hingga tak bisa didengar oleh Kila.

***

SPAM NEXT SEBANYAK BANYAKNYA DISINI!!!

TEAM VANO KILA BALIKAN / TEAM VANO KILA PUTUS??

JANGAN LUPA FOLLOW IG @syakilamrn @vanoomhndra @revolverwp

UNDER THE SAME ROOF: VANO & KILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang