30. Ngambek

49.7K 6.8K 2.1K
                                    

Halo guys ✨ 1M views sebelum tamat, bisa? 🥺🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo guys 1M views sebelum tamat, bisa? 🥺🥺

Jangan lupa komen di paragrafnya biar author semangat up terus yup! 🤎

***

SEPULANGNYA dari kampus, Vano mendapati aroma yang sangat harum dari arah dapur. Tentu saja bau Ind*mie kesukaannya. Ketika ia melongo, tahu-tahu Kila sedang menyiapkan masakan untuk makan malam.

"Rajin bener," komentar Vano sambil melepas ransel hitam dari pundak kirinya. Namun seolah tak peduli, Kila tak menjawab dan hanya memasang wajah jutek.

Oh, sepertinya dia sedang ngambek gara-gara kejadian tadi pagi.

"Istri siapa, sih?" goda Vano agar Kila mau meresponnya. Namun hasilnya nihil. Kila tetap mengacangi Vano.

Tanpa menatap Vano sama sekali, cewek berkaos oblong itu mematikan kompor. Mengangkat beberapa gorengan, menyajikannya di piring dan membawanya ke meja makan yang sudah tersaji sepiring Mie Instan dan segelas air putih.

"Makanannya udah jadi, makan dulu," ucap Kila datar.

Niatnya ia ingin kembali ke kamar untuk mempertahankan sikap dinginnya, namun tiba-tiba sebuah suara yang memalukan malah terdengar dari perutnya.

Pipi Kila spontan memerah dan atmosfer di antara mereka berubah canggung.

Salah sendiri dari pagi belum makan.

"Lo belum makan dari pagi, hm?" tanya Vano dengan suara berat membuat Kila hampir meleyot. Tapi tidak, dia tidak boleh meleyot. Dia harus tetap dingin.

"Hey, gue nanya," ujar Vano seraya mendekat dan berdiri di hadapan Kila. Jantung Kila hampir copot, tetapi ia langsung memalingkan wajah.

"Belom. Udah gue gampang nanti."

"Lo marah, hm?" tanya Vano lagi.

Kila tetap tak mau menatap Vano. "Gue ga mau ngomong sama lo lagi."

"Kalo nikah sama gue, mau?"

Nafas Kila tercekat. "A—Apa?"

"Gue cuma nanya. Bukan nawarin," jawab Vano membuat Kila bertambah jengkel. Kalo bukan tuan rumah udah tak tendang anunya.

"Udah awas! Gue gamau ngomong sama lo lagi. Gue mau ngerjain skripsi!" ketus Kila.

"Kil, makan dulu. Nanti lo sakit." Vano membujuk.

"Dibilang nanti aja. Lo denger ga si—"

"Gue suapin," sergah Vano. "Gue suapin, Kila."

Oh shit. Giliran lagi ngambek beneran malah mau disuapin. Tapi bisa jadi Vano hanya menjebaknya lagi, kan?

"Lo pembohong, Vano." Kila menatap ke arah lain dengan wajah kesal. "Gue ga percaya sama lo. Lo tukang PHP."

"Serius, Kila. Kali ini lo bisa tampar gue kalo gue PHP," ujar Vano membuat cewek yang hanya setinggi lehernya itu perlahan menatapnya.

"B—Beneran?"

Vano mengulas senyum dan mengangguk. "Bener."

"Y—Ya udah, kalo gitu gue mau. Tapi bener ya?"

"Iyaaa."

"Come here." Vano mengajak Kila ke ruang tamu. Ia memilih menyuapi Kila mie dan gorengannya di sofa saja.

"T—Tapi ini kan buat lo, Van. Masa gue yang makan?" tanya Kila ragu ketika Vano mengaduk mie-nya dan hendak memasukan mie ke mulut Kila.

"Gapapa. Nanti gue beli sendiri. A dulu," suruh Vano. Kila pun menuruti kata-kata Vano untuk membuka mulutnya.

"Good girl," puji Vano sembari tersenyum simpul dan menepuk-nepuk kepala cewek itu.

Seharusnya Kila merasa sangat kegirangan karena kali ini Vano tidak php, namun Vano malah melihat mata Kila berkaca-kaca— lebih tepatnya, tergenang air mata.

Ia.. menangis?

"Kila?" Vano menatap Kila khawatir. "Kok lo nangis?"

Kila diam. Hanya menatap Vano dengan ekspresi seperti ingin menangis. Seketika Vano panik. Apa dia berbuat kesalahan?!

Gawat, Vano baru ingat. Kila pasti teringat kenangan mereka dulu ketika Vano menyuapinya di sekolah. Ini terlalu jauh. Seharusnya ia tidak melakukan ini.

"I know i was wrong. But i can't help it. We can't go back together. I'm sorry," tutur Vano menyesal.

"Maafin gue, Kila. Jangan nangis," ujar Vano panik karena air mata Kila mulai berjatuhan. Tangannya reflek menghapus air mata Kila dengan cepat. Demi apapun ia sangat panik.

"K—Kil, udah jangan nangis. Ini terakhir kali gue php in lo, gue gaakan lagi—"

Kila menggeleng. Air matanya semakin deras. Dengan mulut masih penuh makanan ia berusaha berkata. "Bukwan itwu, Vano.."

"Hah?"

"GUWE LUPWA KALO GUWE NARO CABE SETAN DI MAKWANAN LW PAS LO NGESWELIN TADI!! HMMPP!!!" teriak Kila histeris. Spontan ia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi mulutnya. Niatnya mau mengerjai Vano, tapi ternyata malah dia sendiri yang kena batunya.

Vano sempat syok. Tapi beberapa detik kemudian ia hanya menghela napas. "Nah mampus kualat sih. Senjata makan tuan kan."

***

1-BANYAK KATA BUAT PART INI 🥰

SPAM YANG BANYAK BUAT NEXT PART 💛💛💛

Pleasee buat kalian yang suka sama cerita ini tolong bantu author buat rekomendasiin di IG, Tiktok, Twitter atau apapun yang butuh rekomendasi wp yaaa🥺 terimakasih banyaakkk💛💚❤️🙏🏻

Boleh minta tolong? tetap setia dan dukung cerita-ceritaku yaa, karena kalian sangat berarti & mood bgt buat author🥰🥰🥰

Jangan lupa juga buat SS PART INI + tag @revolverwp biar di repost yaa! ilysm guyss❤️‍🔥❤️‍🔥❤️‍🔥

SEE YOU NEXT PART🏁🏁🏁

UNDER THE SAME ROOF: VANO & KILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang