16

9.2K 377 4
                                    

Dilihatnya lagi jam tangan tian "Dit ikut gue keliling sekolahan ya? Mumpung jamkos"

"Gausah sok modus gitu, bilang aja mau nyariin tama" kata dito yang sudah bisa menebak pikiran tian.

"Hehe"

Dicarinya tama di perpustakaan, di kantor, di lab komputer, di semua sudut smp camda tapi hasilnya tetep nihil, raut wajah kecewa terpancar dari mukanya. Merasa kasihan dengan wajah tian dito mengajaknya mengecek absen guru di TU.

"Permisi bu, apa pak tama hari ini tidak masuk?" Tanya dito pada petugas TU

"Oh pak tama, gak masuk dia ijin. Kenapa ya?"

"Gapapa buk. Makasih" ucap dito sambil mengeluarkan seulas senyum
Dito mengajak tian kembali ke kelas, pandangan tian kosong, benar benar kosong. "Tian lo gapapa?" Dito melambaik lambaikan tangannya didepan muka tian.

"Eh-apa? Ha? Iya"

"Lo kenapa tian?"

"Akhir akhir ini gue jarang ketemu tama, ralat. Gue gapernah ketemu tama" jelas tian sedih.

"Tapi dia masih ngehubungin lo?"

"Masih, tapi ga kaya dulu lagi"

"Emang dulu kaya gimana?"

"Dulu itu dia sering banget nelpon gue sampe jam 12 malam, nah sekarang? 15 menit pun ganyampe" tian mengeluarkan senyum yang dipaksakan.

"Udah ah jangan sedih baby, kan masih ada gue" dito menaik turunkan sebelah alisnya

Tian memukul lengan dito pelan "Gimana rencana lo? Sekarang?"

Muka dito berubah menjadi bimbang "Mmm iya deh"

Dito maju ke depan kelas "WOY DESTI! CEWEK YANG GAADA LEMBUT LEMBUTNYA. SINI LO!" suasana kelas yang tadinya ramai mendadak mengalihkan perhatiannya ke depan kelas.

Dengan langkah was was desti maju kedepan kelas. "Gausah teriak dito gila"

"Apa panggilan sayang lo ke gue "Dito gila"? Padahal gue selalu manggil lo baby" dito berdecak

"Gue ga sayang sama lo. Wlee" desti menjulurkan lidahnya

Dito mengacak acak rambut desti, berjongkok didepan desti, mengeluarkan sebuah coklat dari saku celananya "Kalo gue minta lo jadi pacar gue, apa lo tetep manggil gue dito gila?"

"Tapi kan elo ga minta gue buat jadi pacar lo" desti melipatkan kedua tangannya ke dada

"Bilang aja pengen ditembak sama cowo yang ganteng tapi gila. Gue suka sama lo pipi bakpau, walaupun sifat lo gaada lembut lembutnya. Lo mau kan jadi pacar gue?" Kelas yang tadinya hening kini menjadi riuh seperti pasar, penuh dengan teriakan 'terima...terima'

Desti menimbang nimbang, mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. "Oke, gue anggep lo nerima gue" kalimat itu langsung terlontar dari mulut dito. Kelas pun semakin riuh dengan teriakan 'peje...peje...peje' sedangkan dito hanya mengangkat kedua tangannya untuk menenangkan seisi kelas "Gue traktir satu kelas mi ayam"

"Weeee" suara riuh kembali terdengar

"Tapi kan gue belum jawab dit. Mana coklatnya?" desti menggembungkan pipinya

"Gue gak nawarin coklat ke elo"

"Gue beli buat tian" sambung dito dan langsung memberikan coklat tersebut kepada tian.

"DITO GILAAAA!!"

******

"Kamu kemana aja sih tama?" Suara parau keluar dari mulut tian. 2 jam lebih tian menunggu telpon dari tama, ini sudah jam 10 malam tapi tama belum menghubunginya. Tian sudah berusaha meng bbm tama, tapi lagi lagi centang.

My Teacher My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang