Tian menatap mata tama berharap tidak ada kesalah pahaman. Tian mengkode tama untuk masuk ke mobil setelah itu tian juga ikut masuk ke dalam.
Tama memberikan tatapan bingung "bawa aku kemana aja tama"
Tama melajukan mobilnya melewati dito yang masih meneriaki nama tian. Tama melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh membuat tian bergidik ketakutan.
"Pelan pelan" ujar tian dengan suara bergetar.
Tama melakukan aksi rem mendadak membuat badan tian maju kedepan, untung saja dia memakai sabuk pengaman "Maaf, aku gabisa ngontrol emosi" tama mengelus kepala tian lalu melajukan mobilnya lagi dengan kecepatan normal.
Tama membawa tian ke apartemennya, tidak mungkin dia akan meninggalkan pekerjaan yang menumpuk. Meja ruang tv tama penuh dengan kertas kertas dan laptop yang masih menyala, mereka berdua duduk di sofa.
Tama melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, dia mulai berkutat dengan laptopnya sedangkan tian hanya menyandarkan kepalanya pada lengan tama
Tama memecah keheningan diantara mereka dengan bernyanyi.
"When your legs don't work like they used to before"
"And I can't sweep off of your feet"
"Will your mouth still remember the taste of my love?"
"Will your eyes still smile from your cheeks"
"And darling I will, be loving you 'till we're 70"
"And baby my heart, could still fall as hard at 23"
"And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways"
"Maybe it's all part of a plan"
"Oh me I fall in love with you every single day"
"And I just wanna tell you I am"
"So honey now"
"Take me into your loving arms"
"Kiss me under the light of a thousand stars"
"Place your head on my beating heart"
"I'm thinking out loud"
"That maybe we found love right where we are"
"Kamu barusan nyanyi?" Tanya tian dengan bodohnya
Tama berdecak "kamu kira aku barusan ngapain?"
"Ngegombalin aku" jawab tian dengan muka tanpa dosanya
Tama mengalihkan pandangan pada laptopnya lalu menatap mata tian lekat "kalo dito suka ke kamu, kamu bakalan gimana?"
Tian melongo lebar, pertanyaan tama barusan membuatnya hampir tertawa "gamungkin lah dito suka ke aku, kalo pun dia suka ke aku bakal aku tolak mentah mentah terus aku buang itu wajah nyebelinnya ke tong sampah"
Tama tersenyum mendengar jawaban tian.
Berkali kali tian menguap hingga matanya mengeluarkan air mata. Tama yang tidak tega melihat mata berkantung tian mengantarnya pulang ke rumah.
"Hati hati dijalan ya." tian berusaha untuk tersenyum. Saat ini keinginannya hanya tidur dikasur dan memeluk boneka beruang yang besar.
"Oke"
Tian membuka pagar rumahnya lalu menguncinya lagi. Dia berjalan linglung masuk ke dalam rumah tidak menyadari adanya seseorang yang mulai tadi menunggu kepulangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/34130784-288-k346503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Crush
Fiksi RemajaDont forget to read this sequel "Always You" -Behatioo