"Woah akhirnya keturutan masuk SMA ini" tian menyeka keringat yang jatuh dari dahinya. Setelah berjuang cukup keras disinilah tian sekarang berada, SMAN 1 kota, sekolah yang mulai dulu dipuja pujanya.
"Baby, akhirnya kita ketemu lagi" dito menepuk bahu tian. Entah kenapa dito juga mendaftar di sekolah yang sama dengan tian.
"Ketemu hombreng lagi nih, ck" tian pergi meninggalkan dito yang masih melongo.
*****
Entah suatu kebetulan atau memang direncanakan, tian dan dito menjadi teman sekelas (lagi), menurut dito itu adalah sebuah anugrah tersendiri namun menurut tian itu adalah suatu bencana yang harus dihadapi selama setahun kedepan atau mungkin 3 tahun kedepan.
Drrt...drrt
'Aku jemput sekarang?'
'Gak sibuk?'
'Enggak kok'
'Yaudah jemput aja'
Sejak tama meninggalkan pekerjaannya menjadi guru kini dia sudah langsung menduduki jabatan sebagai direktur perusahaan 'Daily news' tentu saja untuk menggantikan papanya. Dikemudikan mobil mazda putihnya menuju SMA 1, terlihatlah orang yang sudah tinggal di hatinya selama 6 bulan terkahir ini.
Tiin...tiin
Tian yang celingukan mencari sumber suara itu akhirnya menemui mobil tama, dia segera berlari kecil lalu masuk kedalamnya. 10 menit berlalu. Tama menghentikan mobilnya didepan rumah tian, waktu terasa cepat jika kita lewati dengan orang yang kita sayang...haha.
"Aku jemput jam 7 malam. Jangan lupa ya"
Tian hanya mengacungkan kedua jempolnya lalu masuk ke dalam rumah.
*****
Tadi sore tama mengiriminya sebuah kotak berisi dress berwarna hijau lalu terdapat tulisan 'Nanti pakai baju ini aja'
Sekali lagi tian menatap dirinya dihadapan cermin, tubuhnya terlihat anggun memakai dress itu hanya saja dirinya tetap terlihat pendek. Tian segera turun kebawah saat mendengar teriakan kak danny jika tama sudah datang. Dengan langkah cepat tian sudah berada disamping tama. Jantungnya sekarang pasti sedang melakukan gerakan akrobat karena melihat tama dengan lengan kemeja yang dilipat dan dasi yang sedikit dilonggarkan.
"Kamu belum mandi ya?" Goda tian saat melihat penampilan tama.
"Iya. Maaf ya tadi ada rapat dadakan. Aku gasempet mandi" ujar tama jujur
"Ih jorok" walaupun tama baru saja pulang kerja tapi tidak sedikitpun tercium bau tak sedap, malah wangi parfumnya masih tetap menempel. Tidak peduli sejelek apa penampilan tama, itu semua tidak akan mengurangi tingkat kegantengannya.
Tama segera melajukan mobilnya menuju restoran yang...mmm bisa dibilang sangat mewah dengan desain ala eropa.
"Meja nomer berapa pak?" Kata pelayan tersebut dengan sopan
"12"
"Mari saya antar"
Pelayan tersebut mengantar tama menuju meja bernomor 12. Setelah memesan makanan pelayan itu meninggalkan mereka berdua.
"Cantiknya calon ibu dari anak anakku" tama berdecak kagum melihat penampilan tian.
"Ha?" Tian melongo mendengar perkataan tama barusan. Calon ibu dari anak anaknya? Ayolah...tian baru saja menjadi murid SMA.
"Ya kan bener" gumam tama kesal karena kelemotan otak tian.
Seorang pelayan menghampiri meja mereka, namun kali ini pelayan yang berbeda. Pelayan tersebut membawa 2 gelas minuman wine. Lalu menaruhnya pada meja bernomor 12 dan meninggalkan mereka berdua.
Tama mengangkat gelas itu keatas "Untuk seorang guru yang pedofil dan seorang murid yang menyukainya. Cheers"
Ting
Tian hanya terkekeh geli mendengat ucapan tama barusan, mereka berdua meminum wine tersebut sampai habis. Tian menaikkan sebelah alisnya saat ada sesuatu didalam gelas tersebut.
Tian mengeluarkan sebuah cincin dari dalam gelas kaca tersebut menggunakan garpu. Ditatapnya mata milik tama seolah olah mencari penjelasan.
"Meutia tian, kamu mau kan jadi tunanganku? Atau langsung aja kamu mau kan jadi ibu dari anak anakku?" Kata tama tulus.
Mata tian membulat kaget, bagaimana bisa tama mengajaknya tunangan disaat umurnya yang baru menginjak 15 tahun. Ini adalah hal gila.
"Jangan mesum. Aku mau jadi tunanganmu aja" jawab tian
"Berarti kamu gak mau nikah sama aku?" Tanya tama kecewa.
"Bukan gituu jugaaa. Aku kan baru masuk SMA masa iya disuruh nikah" tian menggembungkan pipinya sebal.
"Jangan jangan kamu suka ke dito ya? Hayo ngaku?" Tama mengacak acak rambut gadis kecilnya itu, wajahnya saat sedang cemberut sangat lucu sekali.
"Jadi...."
"Iya aku mau jadi tunanganmu pak tama, tapi kalo urusan nikah aku mau sekolah dulu" jelas tian agar tidak terjadi salah paham.
Cincin dengan permata mahkota itu sukses melingkari jari manis tian. Perjalanan cinta mereka sangat sulit untuk dilupakan. Bagaimana usaha tian mendapatkan tama begitupun sebaliknya itu semua akan selalu teringat jelas.
"I love you Meutia tian"
"I love you too Tama Alfarabi"
The end
Selesai juga cerita ini, aku adalah seorang penulis cerita dengan bahasa yang masih....bisa dikatakan buruk. Maklum lah ini cerita pertama hehe. Oiyaa maaf ya gak ada sequel buat cerita ini. Dan satu lagi, terima kasih karena kalian udah mau ngefollow aku :) dan tentu saja untuk guru TIK-ku yang membuat berjuta juta inspirasi datang. Terima kasih juga untuk kalian semua yang mau membaca dan vote ceritaku, thank you very much♡
Sekalian promot ya, kalo kalian kangen aku baca aja "Drunk in Love" sama "Flawless" level bahasanya juga udah naik kok, tapi gak terlalu banyak lah. Genre buat Drunk in Love mohon disesuaikan ya :) nc 17. Cerita best mistake sengaja aku hapus karena menurutku gajelas banget. Sekali lagi makasih ya :)
See you later /flying kiss ♡♡♡
Behatioo

KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Crush
Teen FictionDont forget to read this sequel "Always You" -Behatioo