Tian mengurai rambut panjangnya sambil membuat pola keriting pada ujungnya. Membalut tubuh mungil itu dengan dress berwarna biru muda selutut, serta memoleskan eyeliner dan baby lips. Dia sudah siap.
Tiin...tiin
Tian keluar dari kamarnya sambil membawa high heel 10cm berwarna putih. Memakainya diluar rumah lalu masuk kedalam mobil honda jazz hitam.
"Elo bisa nyetir mobil dit?" Tanya tian tak percaya.
"Bisa dong. Lo yakin mau dateng?" Tanya dito khawatir
"Yaiyalah. Haha" tian tertawa hambar
Mobil dito mulai melaju, terdengar lagu ed sheran 'thingking out loud' tian mulai larut dalam pikirannya, kembali pada masa lalu saat tama menyanyikan lagu ini untuknya. Terbesit lagi perasaan sedih...tidak, dia harus kuat menghadapi semuanya.
Mobil dito berhenti pada rumah warna hijau yang penuh dengan bunga bunga. Dito merasa sangat kasihan melihat tian, tidak seharusnya dia menuruti keinginan orang yang pernah dicintainya. Mereka berdua berjalan berdampingan, genggaman tangan tian pada dito semakin erat saat melihat orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Mohon perhatiannya. Mari kita mulai acara ini jadi silahkan untuk duduk ke bangku yang telah disediakan" ujar pembawa acara memulai acara pertunangan tersebut.
Mereka berdua duduk pada barisan kursi yang paling belakang. Tian tidak henti hentinya memandangi tama, bahkan saat tama juga menatap kearahnya tian hanya tersenyum kecut.
Tibalah acara dimana pasangan saling menyematkan cincin pada jari mereka. Momen yang sangat tidak ingin tian lihat, matanya mulai berkaca kaca, berkali kali tian menghembuskan nafas berusaha untuk menetralisir emosinya.
"Silahkan Tama Alfarabi untuk memasangkan cincin kepada Nadiva Aulia Kasih" pembawa acara itu tersenyum, tidak tau keberadaan seseorang yang sedang menderita karena pertunangan ini.
Tama mengambil cincin dari kotak tersebut, matanya tidak menatap pada diva melainkan pada gadis kecilnya. Dihembuskannya nafas panjang, tangannya mulai bergerak untuk memasangkan cicin itu pada jari manis diva.
"Maaf...." ditatapnya diva "Aku gabisa ngelanjutin ini" "Perjodohan yang konyol" tama meletakkan kembali cincin itu pada tempatnya. Dia berjalan menuju keberadaan tian yang sedang menundukkan kepala untuk menyembunyikan tangisnya.
Dito memberikan jalan untuk tama agar bisa bertemu dengan tian. Saat mereka sudah saling berhadapan Tama langsung memeluk tubuh gadis kecilnya itu dengan erat, adegannya barusan sukses membuat semua tatapan tertuju padanya.
Tama menggandeng tian menjauhi tempat yang menurutnya sangat terkutuk, tempat yang membuat gadis kecilnya menangis (lagi). Tama segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu tentu saja dengan tian.
Perjalanan mereka hanya dilalui dengan keheningan, samar samar terdengar sesenggukan tian. Ya...gadis kecilnya masih menangis. Tama menghentikan mobilnya di sebuah tempat yang sepi, tempat yang akhir akhir ini sering dia kunjungi untuk meluapkan semua amarahnya.
"Tian...." Tama menggenggam tangan gadis kecilnya itu.
"Jangan sentuh aku!" Tian mengambil paksa tangannya
"Aku sayang sama kamu"
"Gini cara kamu nunjukkin rasa sayang kamu? Ckck" tian tertawa sinis
Tama keluar dari mobilnya lalu menarik tubuh tian untuk mengikutinya ke suatu tempat. Sampailah mereka disebuah tempat entah apa namanya, yang jelas hanya ada hamparan rumput yang luas dengan pemandangan langit malam.
"Aku bakal jelasin semuanya tian" tama menarik nafas panjang
*Flashback
"Gamungkin!" Tama berteriak frustasi, matanya memerah karena menahan amarah yang sudah berada di puncak kepala. Dia mengepalkan tangan kuat kuat.
"Kamu harus bisa nerima semuanya tama"
"Kamu sama diva kan udah kenal lama. Mama yakin, diva itu baik buat masa depan kamu"
"Tapi tana ga cinta sama diva ma!" Tama berteriak seperti orang kesetanan " Tama gamau tunangan sama diva"
"Cukup tama! Apapun yang terjadi kamu harus bertunangan dengan diva dan menikahinya. Mama gamau denger penjelasan apa apa" wanita paruh baya itu beranjak dari duduknya lalu meninggalkan tama yang masih menahan amarah.
*Flashback end
"Alasan aku jarang nganterin kamu pulang itu karena aku sibuk nyiapin acara tunangan. Pas aku nganterin diva pulang dengan alasan dia gak enak badan, aku bohong. Kita pergi buat nyiapin undangan. Tapi, aku gak bohong tentang berhenti jadi guru, papa memang nyuruh aku kerja gantiin dia di perusahaan" ujar tama menjelaskan.
"Waktu itu aku ketemu kamu di---"
"Mall kan?" Belum sempat tian menyelesaikan kalimatnya, tama sudah memotongnya. "Aku sama diva beli cincin tunangan"
Tama memeluk gadis kecilnya, dunia memang sudah aneh, seorang guru mencintai muridnya sendiri. Benar benar aneh bukan. Tian membalas pelukan tama, menenggelamkan wajahnya ke dada bidang milik tama.
Tian sudah memantapkan hatinya untuk guru yang mesum. Dunia memang sudah gila.
Tama melepaskan pelukannya, memandangi mata tian yang sembab "Aku janji gabakalan bikin kamu nangis lagi" diciumnya puncak kepala tian lembut, lalu dengan sedikit membungkuk.
Cup...
Tama sukses mencium bibir tian, membuat pipi gadis kecilnya itu seperti kepiting rebus.
"Kamu hari ini cantik"
"Ooh berarti kemarin kemarin aku ga cantik ya?" Tian menggembungkan pipinya kesal.
"Eh maksudnya, lebih cantik dari hari biasanya" tama mengacak acak rambut tian gemas. Itulah yang disukai tama dari diri tian, sifatnya yang masih kekanak kanakan. Oh tunggu dulu, tian memang masih anak anak labil.
"Kenapa gelangnya masih dipake?" Tanya Tama mengerutkan keningnya.
"Karenaaaa....." tian berhenti sejenak. Menjinjitkan kaki (padahal udah pake high heel) lalu mendekatkan wajahnya ke arah telinga tama"Aku sayang kamu pak Tama Alfarabi"
Tama mencubit pipi gadis kecilnya gemas. Dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, dia berjanji apapun yang terjadi, hubungannya dengan tian tidak akan terpisah (lagi)
"Ayo ke apartemenku" ajak tama
"Ngapain?"
"Menurut kamu, kalo ada cowo sama cewe berduaan di dalam apartemen mereka mau ngapain?" Goda tama
"Mesuum. Dasar pak tama mesuum" tian mendelik kearah tama
"Bwahaha" Tama tertawa lepas, ini pertama kalinya tama merasa bahagia sejak dirinya putus dengan tian.
The End
Akhirnya cerita ini berakhir. Oiya tenang aja, masih ada epilog kok. Jangan lupa vomment ya :) danke ;)

KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Crush
Genç KurguDont forget to read this sequel "Always You" -Behatioo