10. Jumpa Lagi

455 36 0
                                    

Hope you like it!
and
Happy reading~

----oOo----

Sore ini lebatnya hujan berubah menjadi rintik-rintik. Tidak sederas tadi memang, tapi dapat membuatmu basah kuyup jika menerjangnya untuk sampai ke depan gerbang sekolah.

Langit sore dengan awan-awan mendung yang semakin menggelap itu sepertinya ikut merasakan apa yang Aerin rasakan.

Bahasa gaulnya GEGANA. Gelisah, Galau, Merana. Aerin sedang berada dalam fase itu.

Gelisah antara mengatakan sejujurnya perihal lukanya kepada Arumi atau membuat alibi lain. Galau karena merindukan kekasihnya yang jauh di sana. Merana karena rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Sudah hampir satu setengah jam Aerin duduk di kursi dekat kantor kepala sekolah menunggu hujan reda. Dari jam 16.00 sore tadi hingga kini jam 17.22.

Masih ada beberapa murid yang belum pulang sebenarnya. Tapi rata-rata adalah anak ekskul yang setidaknya memiliki kegiatan. Tidak seperti Aerin yang hanya terbengong menatap kubangan air seperti pengangguran.

Tapi hujan seolah menolak mereda. Setiap kali Aerin hendak pergi dan berlari menerobosnya, hujan selalu secara tiba-tiba kembali melebat. Sepertinya hujan sengaja mengurungnya di sekolah.

Beberapa menit yang lalu Aerin menghubungi Arumi jika mungkin dia akan terlambat pulang, dan Arumi menyuruhnya untuk menunggu hujan reda dulu saja daripada pulang dengan keadaan basah kuyup dan berakhir sakit keesokan harinya.

Tidak ada kendaraan lagi di rumah. Hanya ada mobil Kakek yang Agam-Ayah Aerin-gunakan untuk pulang pergi ke kantor dan resto milik Nenek. Sedangkan mobil milik Agam, sepeda, dan motor milik Aerin sengaja ditinggalkan di Jogja.

Jika kalian menanyakan keberadaan Adelyn dan Lusi, mereka berdua sudah pulang sejak bermenit-menit yang lalu. Adelyn pulang bersama Gading, sedangkan Lusi pulang bersama Ezi.

Aerin membuka aplikasi ojek online di smartphone -nya. Namun baru masuk beranda aplikasi, muncul notifikasi yang mengatakan bahwa paket datanya telah habis.

Sial. Mengapa hari ini dirinya begitu sial? ARGHH! Aerin ingin berteriak sekencang-kencangnya jika saja tidak ada murid lain yang berada di sekitar sini.

Pada akhirnya yang dapat Aerin lakukan hanyalah menghela napas panjang, lalu memasukkan smartphone -nya ke dalam tas. Benda pipih itu tidak berguna.

"Terus aku pulangnya gimana, dongggg?" sungutnya, mengusap wajahnya pasrah.

"Nih, coklat!" ucap seorang laki-laki yang menyodorkan sebatang cokelat kepada Aerin. "Gue denger coklat bisa balikin mood," lanjutnya. Kemudian mendudukkan diri di samping Aerin.

Aerin mengabaikan laki-laki itu, tetap menjadikan kubangan air sebagai objek pandangnya. Dia malas untuk menjauh. Biarlah laki-laki itu duduk di dekatnya. Walaupun sebenarnya Aerin takut.

Laki-laki itu berdecak. "Nggak mau? Yaudah."

"Ngapain sih?" Aerin menggeser bokongnya, memberikan jarak di antara keduanya. "Pake nyamperin segala, pergi sana!" ujarnya sedikit berteriak.

"Elang bilang lo jadi aneh. Mangkanya gue ke sini," jelas laki-laki itu tanpa diminta.

"Van!" Aerin menatap ke arah laki-laki itu-Vano-dengan pandangan tidak suka.

"Lo kenapa sih, Rin?" tanya Vano.

"Pergi!"

"Rin,"

"Pergi, Vano!" usir Aerin setengah berteriak.

GARDA: Evanescent✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang