17. Gemas

358 26 0
                                        

Hope you like it
and
Happy reading~

----oOo----

"Malem-malem gini habis main bola Bang?"

Garda terpaku mendengar pertanyaan yang adiknya lontarkan saat dia masuk ke dalam rumah.

"Ini ... Abang itu ..." Garda bingung harus mengatakan apa. "Tadi temen abang ngajak main. Karena Abang bosen Abang terima deh. Hehe ..."

"Terus Abang pake baju sepak bola temen Abang ya?" Kevin masih saja melontarkan pertanyaan. Tidak tahu saja jika Abangnya ini gugup bukan main.

Garda mengangguk-angguk. "I-iya. Lo kenapa belom tidur? Udah jam setengah 11. Nanti Mama marah," tanya Garda mengalihkan topik.

"Sssst, jangan keras-keras! Aku mau begadang nonton Spiderman. Abang mau ikut?"

"Ab--"

"Kevin ..."

Keduanya spontan menoleh ke sumber suara. Mendapati Inggita yang berjalan ke arah mereka.

"Nggak usah ajak Abangmu! Masuk ke kamarmu sekarang!"

"Iya Ma." Kevin melirik Garda, takut-takut Abangnya akan dimarahi oleh sang mama.

Garda menghembuskan napasnya kasar, kemudian melangkahkan kakinya melewati Inggita. Namun belum sampai selangkah, Inggita menahan lengan Garda.

"Kamu berantem kan sama Elang?" tanya Inggita. Sedangkan Garda hanya terdiam di tempatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Kenapa sih, Gar, kamu itu nggak bisa sekaliii aja nggak pukulin orang?! Kamu tau akibatnya kan, kalau sampai Akung kamu tau kalau kamu masih kayak gini? Berubah dong, Gar! Berubah! Mama capek jadi bahan cibiran keluarga Papa kamu." Inggita memegangi kepalanya yang berdenyut.

"Mama pikir selama ini aku nggak capek?! Aku juga capek, Ma!" Napas cowok itu berderu, dadanya naik turun seolah ingin meluapkan semua rasa yang ada di hatinya. "Bahkan posisiku waktu itu dipukulin sama dia, Ma. Dan mama tau, aku nggak ngelawan apalagi pukul dia balik. Aku ngalah. Aku juga nggak mau kok mempermalukan Mama di depan keluarga Papa."

"Nggak semestinya kamu ngomong begitu ke Mama, Garda!" sentak Inggita.

"Terus, aku harus ngomong gimana sama Mama? Kok aku jadi kelihatan serba salah gini ya, di--"

Plakk

"SHUT UP!" Inggita menatap nyalang Garda, setelah berhasil memberikan tamparan keras pada wajah putra sulungnya itu. "Pergi kamu dari sini! Mama nggak butuh kamu ada di sini. PERGII!!!"

"Ma?" Garda menatap sang Mamanya tidak percaya.

"Bimo!! Bawa anak ini keluar!" lantang Inggita. Diikuti seorang laki-laki berbadan kekar yang merupakan kepala bodyguard kepercayaan keluarganya.

"Mari, Mas!"

"Bang--"

"Turuti saja apa kata Ibu, Mas. Untuk sementara waktu Mas menginap saja di hotel. Sudah di booking kan itu sama si Gandi," ujar Bimo setelah sampai di teras rumah.

"ARGH!! Nggak perlu ke hotel. Anterin gue ke suatu tempat!"

----oOo----

"Tau Garda di mana nggak?"

GARDA: Evanescent✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang