29. Labirin

173 11 0
                                    

"SERIOUSLY?!!"

Meskipun sempat tersentak, Garda mengedikkan bahunya acuh. Memilih turun dari mobil dan membuka bagasi, kemudian mengambil tas tenteng berukuran sedang dari dalam sana.

Bahkan ketika Aerin menyusul turun dari mobil, Garda tetap diam. Padahal Aerin sudah dibuat kesal setengah mati sejak di perjalanan tadi.

"GARDA!!"

Menghembuskan napasnya kasar, Garda berbalik badan. Menatap lurus ke arah sepasang iris kecokelatan milik Aerin dari jarak 5 meter.

"As you can see, sea?" ucap laki-laki itu dibarengi kedua tangan mengadah dan senyuman manisnya. Semilir angin pantai menerbangkan helaian rambutnya.

Pada akhirnya Aerin hanya bisa mengekori Garda meski mulutnya tak hentinya komat-kamit sedari tadi.

Seperti pada palang selamat datang yang Aerin lihat di depan tadi, pantai ini adalah Pantai Serang.

Langkah demi langkah membawa keduanya ke arah sebuah gazebo.

Mendudukkan diri, Aerin memutar pandangannya. Melihat sekeliling yang cukup ramai pengunjung. Padahal ini masih pagi. Matahari juga tidak terlalu terik, belum terlalu menyengat menusuk kulit.

"Eh eh lo mau ngapain?!"

Aerin refleks menutup matanya dengan telapak tangan kala Garda yang tiba-tiba melepaskan kemeja dan kaos putih yang melekat di tubuhnya. Menyisakan bagian atas yang toples, menampakkan perut dengan roti yang tersusun rapi.

"Gar jangan gila! K-kok malah lepas celana?!" Gadis itu nyaris histeris.

"Gue pake celana renang ini, elah ...," balas Garda dengan santainya. Laki-laki itu mengenakan baju renang yang tadi disimpannya di dalam tas.

Aerin menelan ludahnya susah payah. Dengan ragu kembali membuka matanya. Bergerak gelisah di tempatnya.

Garda pergi tanpa sepatah kata entah ke mana. Laki-laki itu sibuk berbicara dengan seseorang di balik telepon. Sesekali laki-laki itu akan mengernyit.

Sementara itu, Aerin memilih untuk menghampiri penjual es kelapa muda. Ah, ternyata sudah lama lidahnya ini tidak menjajal minuman wajib ketika pergi ke pantai ini.

"Pak, es kelapa mudanya 1 ya," pinta Aerin.

"Ini Mbak, 8 ribu saja," ujar si Bapak seraya menyodorkan satu buah kelapa muda.

"Ini kembaliannya ambil aja Pak, makasih ya ..."

Bertepatan dengan sampainya Aerin di gazebo tadi, Garda datang bersama papan selancar di tangannya.

"Mau ngapain?"

"Nunggang kuda." Garda menatap Aerin dengan malas.

"Mana kudanya?"

Demi apapun Garda bisa saja melempar papan selancar ini kalau saja dia lupa bahwa Aerin adalah perempuan. Tolong percaya.

"Jelas-jelas bawa papan selancar gini lo masih nanya gue mau ngapain?! Perlu obat tetes mata, mata lo?!!"

Aerin memundurkan wajahnya. "Kok sewot sih? Biasa aja kali ...," dengus Aerin sebal.

Memilih untuk ke tepian pantai dan mengabaikan Aerin, Garda mulai menjajal papan selancar yang baru diambilnya dari Vian, salah satu anggota Mizor yang kebetulan memiliki usaha di bidang selancar dekat pantai ini.

Padahal Garda ingin mengajak Aerin ke tepian pantai karena itu memang niat awalnya mengajak gadis itu jauh-jauh kemari. Tapi moodnya langsung hancur dengan pertanyaan bodoh yang gadis itu lontarkan tadi.

GARDA: Evanescent✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang