"Nona, kalau anda kabur seperti kemarin lagi, ayah anda akan marah besar," ujar seorang wanita dengan seragam perawat yang tengah memeriksa catatan kesehatan pasiennya.Kedua mata perawat tersebut melirik si nona kecil yang tengah merajuk di atas kasurnya. "Nona? Anda mendengar kata-kata saya?"
Gadis kecil dengan rambut kecoklatan itu mengangguk pelan. "Tapi aku bosan diam disini terus sendirian. Aku juga ingin bermain dengan anak-anak lain di kids club, tapi tidak boleh. Menyebalkan!!!"
Si perawat tersenyum lembut melihat sikap nona di hadapannya yang memilih untuk menggerutu dan marah-marah tidak jelas. Di umur yang masih 8 tahun, anak lainnya pasti akan menangis dan merengek manja jika setiap harinya harus terhubung dengan selang dan peralatan medis. Tiada hari tanpa masker oksigen dan hampir di setiap bulannya keluar masuk ICU.
Tapi nona kecil yang sudah ia rawat selama beberapa tahun terakhir tersebut memang berbeda. Ia pantang menyerah atau bisa dikatakan terlalu keras kepala untuk menyerah akan hidupnya yang berharga.
"Jika nona cepat sembuh, nona pasti bisa bermain bersama anak-anak lainnya. Jadi sekarang lebih baik nona beristirahat."
Menyerah, akhirnya si nona kecil menuruti sang perawat dan beringsut ke dalam selimutnya hingga kemudian matanya terpejam sempurna. Belum masuk ke dunia mimpi, karena ia masih butuh waktu untuk meyakinkan diri bahwa ia akan terbangun kembali.
Setelah memastikan nonanya tertidur lelap, perawat itu pun beranjak keluar ruangan. Tapi baru 10 menit terlelap, anak perempuan itu kembali terbangun.
"Hahhh, tidak bisa. Aku tidak bisa tidur..."
Karena bosan, lantas kakinya melangkah sembari menarik tiang infus ke arah jendela kamar yang menampakkan kolase taman di sore hari. Tangan kecilnya memainkan batu yang ia temukan di vas bunga dekat ranjang.
Pikiran si nona kecil berkelana dan seketika merasa kesal saat mengingat dirinya selalu terkurung di dalam kamar rawat tanpa teman. Lantas, ia melemparkan batu dalam genggamannya dengan emosi ke luar jendela.
"Awhh!! Heii!! Siapa yang telah melempar batu ke kepalaku?!"
Si nona kecil terkejut mendengar omelan tersebut. Ia membuka kaca jendela dan melongok keluar. Atensinya menangkap seorang anak laki-laki dengan topi hitam di bawah sana yang baru saja menjadi korban luapan amarahnya.
Gadis kecil berpakaian khusus pasien itu bingung harus melakukan hal apa. Merasa bersalah, tapi meneriakkan kata maaf dari lantai dua terdengar kurang sopan baginya. Satu ide melintas, ia pun mengambil kertas kecil di nakas dan menuliskan permintaan maaf disana.
Diambilnya satu lolipop yang tersisa di laci dan membungkus permen tangkai tersebut dengan kertas tadi. Kemudian ia kembali melempar permen itu keluar jendela, tepatnya ke arah anak lelaki di bawah sana.
Merasa ada yang jatuh mengenai tangannya, si target sasaran berniat mengeluarkan sumpah serapah lagi, sebelum menyadari bahwa kali ini bukan batu yang dilempar padanya, melainkan sebuah lolipop yang terjatuh dari langit. Jemarinya mengambil lolipop yang kini tergeletak di kursi taman, lalu membuka kertas yang membungkus permen tersebut dan membaca isinya.
'Maafkan aku. Aku tidak sengaja melempar batu tadi karena sedang kesal. Aku tidak bermaksud melukai kepalamu. Aku minta maaf...' -Hershey
Si nona kecil menunggu reaksi di bawah sana dari jendela kamarnya. Tapi setelah lewat beberapa menit, laki-laki bertopi itu malah pergi begitu saja, ia bahkan tidak menengok ke atas sama sekali.
Sontak ia menggigit bibir pucatnya dengan resah. "Apa dia marah? Sepertinya dia marah.. huaa dia tidak menerima permintaan maafku, padahal aku sudah merelakan lolipop-ku untuknya satu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Valcrone: Hidden Daughter & The Fallen Prince
General FictionBUKAN HISTORICAL FICTION, INI CERITA KERAJAAN MODERN ~~~ Gadis cerdas dengan jutaan tingkah anehnya namun mudah disogok dengan segala macam kudapan manis. Aletha Clarine Davenport, baru saja menginjakkan kaki kembali di Valcrone setelah 9 tahun lama...