BUKAN HISTORICAL FICTION, INI CERITA KERAJAAN MODERN
~~~
Gadis cerdas dengan jutaan tingkah anehnya namun mudah disogok dengan segala macam kudapan manis. Aletha Clarine Davenport, baru saja menginjakkan kaki kembali di Valcrone setelah 9 tahun lama...
"The world is a dangerous place to live, not because of the people who are evil, but because of the people who don't do anything about it."
- Albert Einstein-
.
Ada yang kangen?
Vote dan comment ya gaiss, lop kalian banyak-banyak 🤗
Terimakazi ❣️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aishh, sial! Siapa sih orang bodoh yang merokok di wilayah terkontaminasi karbon monoksida?! Bajuku jadi bolong-bolong begini... padahal baru juga beli minggu lalu. Fuck!"
"Tidak. Itu bukan bodoh lagi, tapi idiot. Suasana genting penuh asap begitu, malah menyalakan rokok. Gila memang!"
"Huh, kalau sampai dia orang dari kementerian pembangunan, akan aku suruh Dad memecatnya tanpa syarat."
Untuk kesekian kalinya, Aldrich hanya dapat menghela nafas. "Percuma, sudah dipecat Tuhan duluan dia."
Heran, belum juga lima menit yang lalu, nyawa mereka hampir melayang, si Davenport sudah berceloteh tanpa henti. Sudah bagus, tidak ada luka serius kecuali baret di beberapa tangan dan kaki mereka. Tapi sepertinya Aletha masih tidak sudi dress yang baru dibelinya itu robek di berbagai sisi.
Aletha mendengus. "Menyebalkan." Ia berjalan lebih cepat seraya melepas jepit-jepit di rambutnya yang sudah berantakan.
"Dia memang begitu?"
Pertanyaan dari orang di sampingnya membuat Aldrich menoleh. "Memang harusnya bagaimana?"
Dean terkekeh sambil menggaruk pelipisnya. "Ya, aku kira sikapnya padamu akan berbeda setelah kau tahu... kalian kan sudah damai." Jari tengah dan telunjuknya bergerak membuat tanda kutip pada kata terakhir.
Bola mata Aldrich berputar malas. "Yang ada semakin menjadi-jadi saja. Aletha, watch your step!"
Gadis yang dipanggil itu sontak berhenti dan sedikit melompat melewati retakan beton yang naik ke permukaan. Jempolnya kemudian mengangkat ke atas.
Hanya kedipan yang dapat Dean berikan, terlalu terpana dengan lakon yang baru ditontonnya. Interaksi Aldrich dan Aletha terlalu sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata.
