.Danke [German] (v.): Terima kasih
||⤛♠♛♠⤜||
.
"When you meet someone for the first time, that's not the whole book. That's just the first page."
-Brody Armstrong-
Suara dentingan sendok dan garpu menghiasi suasana hening ruangan nan megah disana. Sudah 15 menit berlalu, namun belum ada yang berniat menggetarkan pita suaranya. Sepasang ayah dan anak tampak berlomba saling meninggikan ego. Harmonis sekali bukan? Hingga akhirnya sang ayah pun mengalah.
"Bagaimana perbatasan Railtown? Apa sudah ada kemajuan?"
"Kiriman bantuan sudah sampai kemarin lusa, Yang Mulia. Beberapa bangunan juga sudah mulai direnovasi. Jika sesuai rencana, roda ekonomi Railtown dapat kembali berjalan normal dalam satu bulan ke depan."
"Baiklah, kerja bagus. Laporkan keadaan terbaru Railtown pada Perdana Menteri dan pantau terus perkembangannya. Kerugian akibat gempa bumi tersebut cukup besar."
"Baik, Yang Mulia."
Keluarga nomor satu di Valcrone tersebut memang tengah berkumpul setelah satu minggu sang raja, Arthur, menghadiri kunjungan rutin ke negara tetangga. Seperti biasa, mereka memilih untuk makan malam di ruang makan khusus bagi anggota keluarga kerajaan saja. Jadi kesan istana yang royal dan mewah tersebut agak berkurang, terganti dengan suasana minimalis modern yang lebih membumi.
Sementara itu, seseorang menatap jengah sepasang ayah dan anak yang duduk di hadapannya. Mengapa pula anaknya yang tampan itu harus mewarisi sifat ayahnya yang bagai beruang kutub.
"Aku bisa mati lama-lama jika tinggal di bawah atap yang sama dengan kalian."
Arthur mengalihkan pandangannya pada sang ratu. "Ada apa, Adriadne? Apa ada yang salah? Kau merasa tidak enak badan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Valcrone: Hidden Daughter & The Fallen Prince
Ficção GeralBUKAN HISTORICAL FICTION, INI CERITA KERAJAAN MODERN ~~~ Gadis cerdas dengan jutaan tingkah anehnya namun mudah disogok dengan segala macam kudapan manis. Aletha Clarine Davenport, baru saja menginjakkan kaki kembali di Valcrone setelah 9 tahun lama...