Cling
Kaki ku melangkah masuk ke dalam cafe yang cukup terkenal di kalangan anak remaja. Neo Cafe, adalah cafe milik keluarga Limanto. Aku sudah sering berkunjung kemari, entah untuk mengerjakan tugas, sekadar bersantai ataupun menemui pemilik cafe ini. Selain itu tempat ini selalu ramai di kunjungi anak remaja dari tingkat SMP hingga kakak-kakak kampus. Tak heran juga kenapa Neo Cafe selalu ramai pengunjung. Karena tempatnya yang strategis dan fasilitas yang disediakan oleh bang Ridwan cukup menarik membuat siapapun yang datang menjadi nyaman berlama-lama di sini. Bayangkan saja, di Cafe ini free WiFi, terdapat anak band yang selalu tampil di atas panggung, ada kolam ikannya dan beberapa tempat di dalam yang bisa dijadikan tempat berfoto yang aesthetic. Ya pokoknya di sesuaikan dengan selera anak remaja jaman sekarang.
Kini aku duduk di salah satu kursi bar dan menyapa kak Rea, salah satu karyawan cafe ini. Biasanya aku panggil dengan sebutan Re.
"Hai kak Re,"
"Oh--hai Retta!" Balasnya sambil tersenyum manis padaku. "Tumben sendiri, gak bareng Rizal?"
"Loh? Aku kira Rizal ada ke sini. Hari ini aku gak ketemu sama dia."
"Malahan seharian ini Rizal gak mampir ke cafe, Ret."
Aku mengkerut kan kening sambil memikirkan sesuatu. "Kapan terakhir dia ke cafe kak?"
"Kemarin sore sih, bareng bang Ridwan." Jawabnya dan hanya aku angguk-anggukan.
"Eh mau pesen apa ni Ret? Biar kakak buatkan yang spesial buat kamu."
Aku terkekeh kecil, "spesial apanya kak? Kayak biasa aja, kopi susunya satu ye kak."
Kak Rea mengancungkan satu jempolnya, "asiapp! Bentar ya Ret, kakak bikinin dulu."
"Iya kak, santai aja. Aku disini bakal lama. Lagi bosen di rumah."
Kak Rea mengangguk-angguk lalu masuk ke dalan menyiapkan pesananku. Sambil menunggu aku melihat sekeliling cafe. Jam-jam segini cafe ini sedikit pengunjung nya, tidak terlalu ramai. Berbeda kalau sudag masuk waktu sore dan malam. Terkadang kak Rea aja sampai lembur jam sebelas malam untuk tutup cafe ini. Ya, untungnya sih jarak rumah kak Rea dan cafe tidak begitu jauh. Jadi masih bisa pulang ke rumah sebelum tengah malam. Kalau di pikir-pikir ngeri juga pulang sendiri di malam hari, apalagi kak Rea perempuan. Aku yang pulang sampai jam sembilan malam aja langsung di semprot omelan bunda.
Oh iya, pada belum tau ya kalau ka Rea itu salah satu mahasiswi di kampus universitas Indonesia. Ya, satu kampus dengan bang Ridwan juga. Tapi kak Rea ini seniornya bang Ridwan dan bang Edwin loh. Lebih tua dua tahun dari mereka. Kadang aku sering denger cerita tentang impian kak Rea yang ingin menjadi dokter hewan. Cukup kagum karena kak Rea begitu pekerja keras dan cerdas. Bahkan dia kerja di cafe seperti ini karena mau menambah pengalaman selama dia masih menjadi mahasiswi. Hebat loh, padahal kak Rea orang berada maksud nya anak holkay.
Ya, dari orang-orang yang aku temui dan mendengar cerita mereka membuat aku semakin semangat dalam meraih impian ku. Walau sebelumnya aku masih belum tahu mau ambil jurusan apa saat lulus SMA nanti. Atau aku harus kerja dulu baru kuliah? jujur itu masih membingungkan untuk orang sepertiku. Kalau aku orang kaya, mungkin tanpa pikir panjang aku langsung memilih kuliah atau kayak kak Rea nyambil kerja. Tapi aku bukan Rizal atau kak Rea. Jadi untuk menata masa depanku, aku harus memilih salah satu di antaranya. Harus kuliah atau kerja?
Dan aku sudah memikirkan nya kalau aku akan kerja dulu setahun untuk menambah uang saku nyambil bantu bunda. Setelah cukup barulah aku akan mulai daftar ke jurusan yang aku inginkan. Itupun kalau my money cukup. Tapi ini belum aku sepakati bersama bunda. Mungkin tunggu waktu yang pas dulu untuk menanyakan pendapat bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETTA
Jugendliteraturmencintai dia yang sedang mencintai orang lain sungguh menyedihkan -Retta __________________