Author Pov
Seluruh siswa berhamburan dari tempatnya setelah melakukan upacara bendera. Karena cuacanya sedang panas-panasnya, membuat sebagian siswa berdempetan untuk masuk ke kelas. Bahkan ada yang sampai berdorongan.
"Ta, sini deket gue." Panggil Rizal seraya menarik tangan Retta dan melindungi gadis itu dari siswa lain yang dorong-dorongan.
"Kenapa dempetan gini sih, pengab banget Zal," ujar Retta yang berada dekat di depan Rizal.
"Bentar, Ta."
"Woii buruan masuknya! Badan lo semua bau, gak tahan gue!" pekik Rizal dan di tatap sinis oleh teman-teman lainnya.
"Mirror Zal plis," cibir Retta.
Rizal menundukkan kepalanya manatap Retta yang tengah menatapnya, mengejek.
"Gue wangi, beda sama mereka." Ucap Rizal dengan tampang tak berdosa.
"Terserah deh."
Beberapa saat kemudian barulah terasa leluasa dan Rizal segera melepas pegangan tangannya dari Retta. Ia masuk dengan Retta yang berada di sampingnya.
Tak lama kemudian seorang guru laki-laki masuk ke kelas dengan peluit yang menggelantung di lehernya.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Pagi pak!" Balas semuanya.
Guru itu adalah guru olahraga, beliau membuka buku absen dan bertanya siapakah yang tidak hadir. Setelah absensi pak Rio berjalan ke depan sambil memandang seisi kelas.
"Hari ini materi kita tentang lari jarak jauh. Sesuai janji minggu lalu kita akan ambil nilai ya." Ucap pak Rio.
"Iya pak!" Jawab sebagian siswa.
"Sekarang kalian boleh ganti pakaian dulu, bapak kasi waktu 10 menit kemudian langsung ke lapangan." Jelas Pak Rio.
"Baik pakk!"
Setelah itu pak Rio keluar kelas dan di ikuti para anak cewek yang juga keluar kelas untuk mengganti seragamnya di toilet. Sedangkan anak cowok berganti di dalam kelas. Hal tersebut sudah biasa untuk mereka sekelas. Para cewek di toilet dan cowok di kelas, agar tidak memakan waktu yang lama. Mengingat toilet cowok tidaklah luas, dan lagi mereka gantinya bukan seperti cewek yang lama, karena harus menatap cermin lebih dulu.
"Eh, Ret, sorry nih toilet ini kita berdua dulu yang pake ya? Lo kan sendirian jadi belakangan aja." Ucap Mey sambil memegang kenop pintu yang hendak di raih Retta.
"Tapi kan gue duluan yang nyampe."
"Yaampun Ret, ngalah sebentar gak bisa apa? Lo gak liat, kita berdua dan lo sendiri, bakal lama lagi kalo nungguin lo ganti." Balas Ririn temannya Mey.
Retta menggeleng, tetap kekeuh tidak mau mengalah, karena memang ia yang lebih dulu tiba.
"Gue yang datang duluan, jadi gue dulu yang ganti, dan lagi gue gak mungkin ganti bajunya lama. Yang ada nunggu kalian yang lama." Ucap Retta yang mulai sebal karena di halangi terus.
Mey dan Ririn menatap Retta dengan sinis. Saat Retta hendak membuka pintu toilet, Mey lebih dulu menerobosnya dan Retta terdorong ke belakang.
"Ups, sorry ya, karna kita dulu yang masuk." Ucap Mey.
"Apaan sih kalian! Kenapa main nyerobot!" Kesal Retta.
"Makanya jangan egois, di bilang kita dulu, ya lo harus nunggu lah."
"Kalian tuh--" ucapan Retta terpotong oleh suara pintu yang ditutup Ririn dengan kasar.
Retta memaki keduanya dalam hati sambil menendang pintu tersebut. Kemudian matanya menatap ke pintu lain yang ternyata sudah penuh semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETTA
Roman pour Adolescentsmencintai dia yang sedang mencintai orang lain sungguh menyedihkan -Retta __________________