10- ternyata aku salah

39 10 6
                                    

Pulang sekolah aku menyempatkan diri untuk pergi ke salah satu toko roti yang biasa aku kunjungi. Tempatnya strategis dekat dengan sekolah ku. Kadang kalau tidak sempat sarapan aku membeli roti di toko tersebut. Pemilik tokonya ramah dan baik banget sama aku. Karyawan yang biasa ngelayani pembeli juga baik-baik. Biasanya aku di kasi bonus, karena aku pembeli langganannya. Roti-roti yang di jualnya berbagai macam rasa, jenis dan bentuk yang unik-unik. Dan rasanya di jamin manteb! Aku saja sampai ketagihan untuk membeli terus. Sayangnya aku juga harus ingat menabung, kasihan juga dengan bunda.

"Selamat siang Retta," sapa salah satu karyawan yang bernama Teh Eca. Gadis cantik itu tersenyum ramah padaku, dia masih mudah karena masih status mahasiswi. Teh Eca bekerja di sini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama di Jakarta. Karena dia aslinya orang Bandung.

"Siang Teh Eca!" Balasku penuh semangat.

"Mau beli roti gandum lagi?"

Aku mengangguk sambil tersenyum. Roti gandum adalah roti favorit ku di toko ini. Karena rasanya enak dan aku suka banget dengan roti itu.

Teh Eca langsung masuk ke dalam dan mengambil kan dua bungkus roti gandum untuk ku. Aku duduk di salah satu kursi sambil menunggu kedatangan Teh Eca.

"Eh Retta? Baru pulang sekolah apa dari tadi nih."

Nah ini dia pemilik tokok Roti. Orangnya masih muda, sekitar berusia 25 tahun gitu tapi belum ada pasangan untuk ke pelaminan. Namanya kak Aul, asli jakarta. Aku berdiri dan tersenyum manis pada kak Aul.

"Iya kak, baru pulang. Jadi aku mampir dulu ke sini, soalnya udah lama gak makan roti di sini."

"Kayaknya kangen dengan roti kaka ni, kamu si udah lama gak kemari. Sibuk sama kelas 12 ya?"

Aku mengangguk.

"Wajar sih Ta, kan mau lulus. Oh iya udah pesan belum? Roti seperti biasa kan?"

"Oh udah kak, tadi lagi di bungkus sama Teh Eca. Mungkin baru jadi, soalnya dari tadi aku liatin roti gandum udah pada habis."

Kak Aul mengangguk sambil menghitung sesuatu di note book.

"Iya hari ini roti gandum rame yang pesen. Alhamdulillah sih, rezeki toko ini." Katanya kembali mencatat sesuatu.

"Eh Retta, ini toh Roti kamu udah ku bungkusin. Maaf lama nunggunya, baru mateng."

Aku mengambilnya dari tangan Teh Eca lalu memberikan langsung uangnya pada kak Aul. Kebetulan kak Aul memang lagi duduk di depan kasir.

"Uang nya pas ya Ret,"

"Iya kak, kalo gitu aku pamit ya."

"Cepet banget kamu baliknya, main-main dulu di sini." Itu kata Teh Eca.

"Heh! Main apa nya? Ini itu toko roti bukan taman. Kamu juga banyak kerjaan di belakang, sana gih. Retta juga harus belajar."

"Euy kak Aul mah galak pisan. Eca kan basa-basi dulu sama Retta. Udah lama gak ngobrol bareng."

"Besok lagi aja, sekarang kamu balik dapur gih."

Aku tertawa melihat eskpresi cemberut dari Teh Eca. Lucu juga. Memang ya orang cantik mau ekspresi gimanapun tetap aja cakep.

"Tuh denger kata bu boss Teh, kerja dulu baru main. Hehe." Kekehku.

Kak Eca merenggut kemudian kembali ke dalam. Sedangkan aku dan kak Aul sama-sama menggeleng kepala dengan tingkah lucu Teh Eca.

"Masih mau di sini apa langsung pulang Ret?"

"Pulang aja kak, ga ada ngapa-ngapain juga di sini."

ARETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang