Setelah pesta kemarin selesai aku langsung pulang dan tertidur begitu pulas. Sehingga paginya aku harus terlambat ke sekolah. Aku datang ketika pagar sudah di tutup lima menit yang lalu. Terpaksa aku harus menunggu guru piket datang dan mencatat namaku, dari pada aku harus melompat lewat pagar belakang yang di ajari oleh Rizal.
Omong-omong soal Rizal, cowok itu sudah datang lebih dulu ketimbang aku. Kenapa aku tahu? Karena tadi aku melihatnya sedang berjalan santai sambil melambai-lambai ke aku yang masih di luar pagar.
Aku berdecak kesal.
Aku yakin cowok itu sengaja. Sebelum mengantar aku pulang pasti dia mematikan alarm di hape ku yang sebelumnya sudah aku pasang agar besok paginya tidak terlambat. Aku tahu dia yang melakukan nya, karena hanya ada satu human nyebelin seperti Rizal.
Sepuluh menit menunggu di luar pagar seperti orang bodoh. Akhirnya aku di izinkan masuk setelah memberi keterangan kepada guru piket.
Aku berjalan menelusuri lorong yang terlihat sepi. Kelas ku berada di ujung koridor, yaitu 12 IPA 5. Sebenarnya masih belum ujung, karena di ujungnya lagi masih ada satu ruangan kosong sebagai tempat alat pembersih.
Berjalan dengan langkah pelan aku berhenti di dekat jendela kelas. Sedikit aku mengintip di jendela dengan kaki berjinjit. Ku lihat sudah ada bu Eka yang menjelaskan teori matematika.
Ah! Nasib sial ku. Jika aku masuk pasti bu Eka langsung mengeluarkan aku tanpa basa-basi. Tapi kalau aku gak masuk, guru lain akan melihatnya dan memberi hukuman lain.
Sekarang aku harus apa? bu Eka adalah guru killer yang di takuti anak jurusan IPA. Karena guru itu hanya mengajar matematika kelas IPA.
"Retta,"
Aku tersentak kaget dengan kemunculan seseorang di belakang ku. Hampir saja aku berteriak kalau saja orang itu tidak langsung membekap mulutku.
"Kaget ya?"
"Gak lucu, Zal!"
Rizal terkekeh, "ngapain di sini?"
"Gak usah pura-pura gak tau!" Kataku semakin kesal.
"Santai dong, gue bercanda. Yuk kantin!" Tanpa permisi Rizal menarikku.
"Rizal lepas!"
"Kenapa?"
"Lo yang kenapa! Gue itu mau masuk kelas tapi masih ada bu Eka. Sekarang gue bingung harus gimana?!"
Rizal hanya menggaruk-garuk tengkuknya, "lalu gue harus apa? narik lo masuk ke kelas terus kita berdua di usir sama Bu Eka dan gak ngikutin pelajarannya? Percuma dong."
"Gak gitu Rizal!" Ucapku malas, "pokoknya lo harus bantu gue masuk ke kelas tanpa ketahuan bu Eka."
"Kenapa harus gue?"
Berbicara pada Rizal selalu menguras tenaga. Tapi hanya dia yang bisa membantu ku. Aku harus sabar penuh ekstra.
"Karena gue telat itu gara-gara lo!" Kataku sambil melotot padanya. "Gue yakin kalau tadi malam yang matikan alarm di hape gue pasti ulah lo, kan?!"
"Wahh sembarangan lo nuduh gue seperti itu. Mana mungkin gue yang melakukan nya. Lo kali yang lupa masang alarm." Elak Rizal dengan tampang tak berdosanya.
"Jangan bohong! Jujur apa susahnya sih? Sengaja bikin gue di hukum?"
"Apa sih ngawur. Buat apa gue melakukan itu? Mending kita kantin yuk."
Aku menggeleng kuat, "enteng bener tuh mulut ngajak kantin! Pokoknya gue mau lo bantuin gue agar bisa masuk kelas. Dan gue gak mau ngikut lo ke kantin."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARETTA
Fiksi Remajamencintai dia yang sedang mencintai orang lain sungguh menyedihkan -Retta __________________