"Rizal, Retta?"
"Eh bang Edwin! Sini bang bareng aja duduknya."
Dasar Rizal kutu kupret!
Bisa-bisanya dia menyuruh bang Edwin untuk gabung bersama. Tidak tahu kah dia saat ini jantung ku sedang tidak karuan. Apa lagi melihat mereka bergandengan tangan begitu. Uh! Sakit rasanya...
"Apa gak ganggu nih kita duduk di sini?"
Rizal dengan mulut penuh mengangguk sambil mengacungkan jempol. Sedangkan aku masih diam tanpa berkutik sedikitpun. Gak tau mau ngomong apa. Rasanya--canggung banget.
"Hei Retta? kita ketemu lagi," sapa kak Merry sambil tersenyum. Duh manisnya.
"Iya kak," balasku tak kalah manis dong senyumnya. Tapi gak di lirik bang Edwin. Hufft...
"Loh Retta, kamu gak pesen?"
Aku menggeleng pelan seraya tersenyum membalas perkataan Kak Merry. Entah kenapa rasanya masih canggung walau sudah dua kali bertemu. Sebenarnya kak Merry ini orangnya asik dan supel. Dia selain cantik juga hebat dalam bergaul dengan siapapun, seperti aku contohnya. Sayang banget akunya yang masih canggung.
"Kalian berdua pacaran?"
Uhuk!
Aku dan Rizal sama-sama batuk mendengar perkataan spontan dari kak Merry. Hum belum tahu ternyata kalau aku sama Rizal cuma temanan. Gak mungkin kita pacaran atuh neng! Gak cocok banget, apalagi tipe aku itu modelan ekhem doinya. Melihat mimik wajah kebingungan kak Merry membuat aku siap menjelaskan namun tertunda oleh ucapan Rizal.
"Belum pacaran, kak. Masih friendzone." Katanya melirikku sekilas.
Minta di tabok anak ini. Apa maksudnya tadi? Duh Rizal jangan ngarep aku mau jadi pacarmu. Aku gak mau dia sakit hati karena cintanya gak aku terima. Eh-- kok kesannya aku kepedean ya? Duh ngarep kamu Ret! Udahlah jangan dipikirkan, aku tahu omonga Rizal tadi bercanda. Karena dia tahu kalau aku hanya menyukai bang Edwin walau cinta sepihak. Aduh nyesek.
Sekilas aku melihat bang Edwin tersenyum. Senyum apa itu maksudnya? Mengejek kah? Iya sih kata-kata Rizal tadi terdengar lucu. Tidak serius karena memang candaan doang. Tapi gimana kalau di anggap serius sama bang Edwin? Aku gak mau dia salah paham terus-- astagah Retta! Mikir apa sih kau ini. Memangnya bang Edwin bakal balas cintamu? Enggak kan? Dia bahkan udah ada pacar mana mungkin ngelirik dirimu.
Tapi--
Aku siap menunggu kok...
...tanggal putusnya.
Eh canda.
___________________________
Sepulang dari nemanin malming Rizal yang gak jelas. Aku langsung merebahkan diri di kasur empuk setelah berganti pakaian tidur. Aku sempat melihat jam dinding yang ternyata sudah pukul 22.00 malam. Uwow lumayan lama juga aku dan Rizal jalan-jalannya. Eh-- ralat ya lebih tepatnya cuma makan mie tiaw dan basa-basi dengan dua insan yang bikin hatiku sedari tadi panas. Tau kan siapa orangnya?
Hum belum ngantuk. Aku memainkan hape agar kantuk segera datang. Di android pintar milikku hanya ada satu permainan, yaitu Pou. Bodo amatlah itu permainan bocil yang penting asik. Lama aku memainkannya tiba-tiba ada notif masuk dari Instragram.
@Merry_azzela mengikuti anda
Wah kak Merry gercep juga nge follow aku. Kira-kira dia tau akun aku dari mana ya? mungkin gak sih dari bang Edwin? Kan aku dan bang Edwin saling followan. Ya udahlah gak usah di pikirin. Sekarang aku beralih ke Instragram dan mulai meng-klik tombol ikuti balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETTA
Teen Fictionmencintai dia yang sedang mencintai orang lain sungguh menyedihkan -Retta __________________