12- welcome cat!

31 8 0
                                        

Disinilah aku berada. Sebuah rumah berkayu dengan lantai papan. Di luar nya terlihat banyak sekali barang-barang hasil dagangan mereka. Dan beberapa payung yang tertutup rapi. Aku mengernyit, lalu menatap pada anak-anak.

"Kenapa banyak payung di luar? Ini mau kalian apaain?"

"Payung-payung ini untuk menghasilkan uang." Ucap anak bernama Alan.

Aku masih tak mengerti, "untuk di jual?" tanyaku lagi.

Anak itu menggeleng, "ojek payung kak! Kalau ada orang kepanasan atau kehujanan kami selalu memberi jasa ojek payung."

Mataku melotot tidak percaya. Ternyata selain ngamen dan jualan di lampu merah, mereka juga melakukan ojek payung? Wahh sepertinya aku harus banyak-banyak belajar rasa percaya diri dari anak-anak ini. Benar kata bang Edwin! Mereka sungguh luar biasa.

"Kakak abang!!!"

Suara anak perempuan membuyarkan lamunanku. Lantas aku menoleh pada anak perempuan itu yang tiba-tiba memeluk bang Edwin. Eum... dek beruntung nya kamu masih kecil, bisa meluk-meluk bang Edwin. Duh jadi pengen...

Ngimpi!

"Halo.. namamu siapa?" tanyaku pada anak itu sambil berjongkok untuk menyamakan tingginya.

Dia menatapku bingung dan malah mempererat pelukan di kaki bang Edwin. Eh--kenapa dia ini? Se-menyeramkan itu kah aku? Padahal gini-gini aku juga manis lho, walau gak semanis senyuman kak Merry. Huhu

Tapi aku ini terbilang cewek manis, kalau kata Rizal. Walau sebenarnya aku kurang yakin, tapi gapapa juga sih, itu artinya aku gak burik amat. Eh, btw ini anak kecil kenapa dari tadi liatin aku mulu, tapi gak mau bales sapaan aku. Dek please kakak engga gigit kamu kok. Tolong tatapannya jangan seperti natap penculik gitu. Huhu

"Itu namanya kak Retta, Selly gak usah takut. Kakak ini baik kok, nanti Selly bakal di ajar membaca sama kak Retta." Ucap bang Edwin sambil mengusap kepala anak bernama Selly dengan gemas.

Yaampun dek, kamu itu lagi maodus apa gimana sih? Kenapa meluknya harus sama bang Edwin? Aelah kenapa aku jadi cemburu sama anak kecil begini sih.

Aku tersenyum canggung, "oh namamu Selly ya? Halo Selly salam kenal!" Kataku penuh semangat.

"Hh-halo kak..." Balasnya gugup.

Aduh anak ini gemesin lho. Pengen banget aku cubit-cubit itu pipinya. Gemes banget.

"Selly mau kan temanan sama kakak? Nanti kakak temenin Selly main ke taman, mau gak?"

Mata anak kecil itu berbinar-binar dan langsung melepaskan pelukannya dari bang Edwin. Sepertinya dia menyukai aku ajak ke taman.

"Benelan kak? Selly mau banget main di taman!"

Aku mengangguk cepat.

"Jadi gimana? Mau kan temanan sama kakak?"

"Mau mau mau! Selly mau main sama kakak!" Selly langsung memeluk aku, membuat aku sedikit terkejut.

"Janji ya kak, kita ke taman?"

"Iya janji kok."

____________________

"Selly! Jangan lari-lari dong, nanti jatuh."

Langkah kakiku terus mengikuti langkah Selly yang begitu cepat. Sedari tadi aku ngos-ngosan tidak sanggup mengejar anak itu. Semangat nya begitu menggebu, hingga aku saja sampai letih seperti ini. Padahal belum dua puluh menit di taman, tapi aku sudah kewalahan hanya mengurusi satu anak kecil.

"Selly...."

Aku pasrah! Selly terus saja lari sana lari sini, dan aku sudah letih mengejarnya. Sebentar langkah ku berhenti sambil melihat Selly yang tampak gembira berlarian tanpa peduli sama ucapakan untuk berhenti. Anak kecil kalau sudah senang itu susah sekali untuk di kasi tau, padahal aku di sini cemas takut Selly jatuh.

ARETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang