Selamat Membaca!
*
*
*
*
* * * *
"Lia!"
Lia yang tengah duduk di teras sambil asyik memandangi bulan langsung menoleh ke arah Taeyang. Tampak sang ayah tengah berdiri di ambang pintu, tangan kanannya memegang cangkir berisi teh yang masih mengepulkan asap.
Taeyang berjalan menghampiri Lia lalu mendudukkan dirinya di sebelah Lia. "Apakah penyicilan persiapan pernikahan kamu hari ini berjalan lancar?"
"Lancar, Ayah," jawab Lia.
Taeyang tersenyum tipis. "Syukurlah." Dia menatap ke arah bulan purnama yang bersinar terang. Senyum masih melengkung di bibirnya, sementara Lia diam mengamati sang ayah, meski di bawah lampu remang-remang dan cahaya bulan yang tidak begitu membantu, namun Lia masih dapat melihat ekspresi Taeyang yang menyiratkan berbagai arti. Taeyang tampak sedih, resah dan gugup.
"Ayah belum mengenal Junkyu dengan baik. Apa menurut kamu dia adalah pria yang baik?"
Lia akhirnya mulai paham kenapa Taeyang berekspresi seperti itu. Maka dari itu Lia segera menganggukkan kepala. "Setelah kurang lebih dua Minggu mengenal Junkyu, Lia rasa dia adalah pria yang baik."
"Dua Minggu adalah waktu yang sangat singkat untuk mengenali karakter seseorang, Lia."
Lia terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Perkataan Taeyang memang benar, dia tidak bisa menyimpulkan karakter seseorang yang belum begitu lama dia temui.
"Sekeras apapun Ayah berpikir. Ayah tetap gak ngerti kenapa Junkyu ingin sekali menikah sama kamu, semuanya terjadi begitu cepat."
Lia masih diam, dia tidak mampu membalas perkataan Taeyang. Lia memilih untuk tetap diam dan menunggu Taeyang kembali bicara. Taeyang menyesap tehnya sedikit, lalu memandang Lia intens.
"Lia, jika kamu menikahi Junkyu karena terpaksa, karena kamu merasa bertanggung jawab atas hutang-hutang Ayah, maka Ayah mohon untuk kamu jangan menikahi Junkyu!"
Lia terperanjat kaget. "Ayah..."
"Kamu sama sekali bukan beban bagi Ayah dan Ibu. Justru kami merasa sangat bersyukur karena telah menemukan kamu lalu menjadikan kamu sebagai putri kami. Selama bertahun-tahun kami tidak pernah bisa mempunyai anak, sampai kamu akhirnya hadir dan kami bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang tua. Kami bahagia ada kamu, Lia."
Air mata Lia perlahan menetes, dia lalu menghamburkan diri ke pelukan sang Ayah. Taeyang dengan lembut mengelus rambut putrinya.
"Kalau kamu merasa terbebani dengan pernikahan ini, maka kamu bisa mundur, kamu gak perlu menikah dengan Junkyu. Kita akan mencari jalan keluar untuk melunasi hutang-hutang Ayah."
Meskipun Taeyang berkata seperti itu, namun Lia tidak yakin mereka akan berhasil. Selama bertahun-tahun Lia dan Taeyang sudah bekerja keras, namun hutang mereka tak kunjung lunas akibat bunga yang begitu besar. Lia tidak mau mereka kehilangan rumah mereka yang penuh kenangan ini.
Lia menjauh dari Ayahnya lalu dia tersenyum teduh. "Gak apa-apa, Ayah. Lia mau kok nikah sama Junkyu. Lia sama sekali gak merasa terbebani dengan pernikahan ini. Lia yakin Junkyu adalah pria yang baik, Lia pasti akan bahagia menikah dengan dia."
"Kamu yakin, Lia?"
Lia mengangguk. "Yakin," jawabnya mantap.
"Oke. Tapi kalau nanti kamu menghadapi masalah dalam pernikahan kamu, maka datanglah ke Ayah, ceritakan semua keluh kesah kamu. Ayah gak mau kamu menyembunyikan penderitaan sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Curse
FanfictionKisah penyihir Junkyu dan Lia yang harus melewati lika-liku yang amat sulit. Perjuangkan Lia untuk hidup dan cintanya. Serta kebimbangan Junkyu dengan dua perempuan yang berharga baginya.