Selamat Membaca!
*
*
*
*
* * * *
Lia keluar dari kamar mandi dan mendapati Junkyu tengah duduk di sofa. Laki-laki itu sudah mengganti tuxedonya dengan kaos putih biasa."Ini aku udah selesai mandinya. Kamu bisa mandi sekarang," ucap Lia.
Junkyu tersenyum. "Aku udah mandi."
Lia mengangkat alis. "Lah kapan?"
"Di kamar mandi yang ada di dekat dapur."
"Kok cepet banget?"
"Masa sih, aku mandi sepuluh menit loh, biasanya cuma lima menit."
Lia tercengang, mandi dalam waktu sesingkat itu apa tubuh Junkyu bisa bersih?
"Lia, duduk sini!" Junkyu menepuk-nepuk bagian sofa di sebelahnya.
Lia menelan ludah gugup, berbagai pikiran liar langsung berputar di otaknya tanpa dapat dia cegah. Lia berjalan dengan langkah pelan mendekati Junkyu lalu duduk di sebelah laki-laki itu.
Hening cukup lama, Lia sibuk memandang kesana kemari kecuali ke arah Junkyu sementara Junkyu tengah menghadap ke depan sambil sesekali melirik Lia. Suasana menjadi sangat canggung.
"Lia, saat kita... erm... ciuman tadi, apakah kamu ngalamin kejadian aneh?" Junkyu akhirnya memberanikan diri membuka percakapan.
Lia spontan memandang Junkyu. "Apakah kamu juga ngalamin hal yang sama. Pas kita..." Lia berdehem, "ciuman, tiba-tiba sekelebat memori aneh berputar di otak aku."
"Iya, aku juga ngalamin itu," ucap Junkyu cepat. Ia menatap Lia dengan serius. "Papah Suho bilang, itu kenangan lama kita di masa lalu, di kehidupan kita yang sebelumnya."
Kedua mata Lia membulat. "Jadi kita dulu pernah ketemu?"
"Dan bersama," timpal Junkyu.
"Kenapa kenangan itu datang ke kita? Apakah semua penyihir juga ngalamin hal yang sama saat mereka ciuman dengan pasangan mereka?"
Junkyu menggigit bibirnya, bingung harus menjelaskan bagaimana. "Aku kurang tau akan hal itu cuman... kita bisa lihat kenangan masa lalu kita dengan jelas saat kita ciuman lagi, Lia."
Wajah Lia merona merah. "Jadi... setiap kita ciuman... ki-kita akan melihat kenangan itu?"
"Aku belum tau pasti. Tapi mau gak mau kita harus tetep liat kenangan itu sampai selesai."
Alis Lia menukik. "Maksud kamu ki..."
Ucapan Lia terputus saat Junkyu tiba-tiba mencium bibirnya secara kilat. Wajah Lia yang sudah merah jadi semakin merah, begitu juga dengan wajah Junkyu.
Junkyu menjauhkan wajahnya. Kedua tangannya memegang tengkuk Lia, lalu dia menyatukan kening mereka. "Kita udah nikah, Lia. Jadi hal ini wajar kita lakukan."
Jantung Lia berdebar kencang, jaraknya dengan Junkyu begitu dekat, hingga dia bisa merasakan nafas mereka yang saling beradu, menghangatkan wajah masing-masing.
Meskipun Lia merasa ragu dan enggan, namun dia tetap ingat pesan Yunho, dia harus menjadi istri yang bersedia melayani suaminya.
Perlahan Lia mengangguk. "Iya, wajar kalau kita ngelakuin itu," ucapnya dengan suara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Curse
FanfictionKisah penyihir Junkyu dan Lia yang harus melewati lika-liku yang amat sulit. Perjuangkan Lia untuk hidup dan cintanya. Serta kebimbangan Junkyu dengan dua perempuan yang berharga baginya.