Selamat Membaca!
*
*
*
*
*
* * *
Saat ini Suho tengah berdiri di balkon ruang kerjanya, matanya menatap intens ke arah halaman rumahnya, di sana terlihat Junkyu, Yoshi, Jeno dan Jihoon tengah berlatih pedang. Junkyu melawan Jihoon sementara Yoshi melawan Jeno."Mereka sudah lumayan akrab sekarang ya."
Suho mengalihkan pandangannya ke arah Irene, entah sejak kapan wanita itu berdiri di sebelahnya.
Irene tersenyum. "Padahal mereka bertengkar saat awal pertemuan mereka."
"Yaah... mereka akan menjadi kawan baik jika saja situasinya tidak seburuk ini," ucap Suho dengan wajah sedih.
"Mereka memang sudah berkawan bukan," ucap Irene.
Suho tersenyum tipis, dia kembali memandang ke arah halaman. Terlihat Junkyu berhasil mengalahkan Jihoon dalam adu pedang, kedua laki-laki itu kemudian asyik bergurau. Tidak lama setelah itu Lia, Karina, Yeji dan Chaeyeon datang, para perempuan itu bersorak menyemangati Yoshi dan Jeno yang masih beradu pedang.
"Junkyu dan Lia juga semakin hari semakin dekat. Aku harap nantinya Junkyu akan memberikan hatinya sepenuhnya untuk Lia," ucap Irene dengan nada penuh harap.
Suho mengangguk. "Itu harus terjadi, jika tidak aku akan menyalahkan diriku sendiri hingga nafas terakhirku. Aku sangat tidak ingin Lia berakhir tiada, gadis malang itu harus bertahan hidup." Suho berkata dengan suara parau, air mata tertahan di pelupuk matanya. Dia berusaha mati-matian untuk tidak menangis.
"Aku sekali lagi telah melakukan kesalahan. Seharusnya aku sedari dulu tidak membiarkan Junkyu menjalin hubungan dengan gadis manapun, sehingga semua ini tidak akan terjadi. Junkyu dan Lia dapat menikah tanpa halangan apapun. Sungguh Irene, aku benar-benar bodoh, aku benar-benar..." Suho tidak dapat melanjutkan ucapannya, air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya mengalir deras.
"Suho, tenanglah! Aku tahu kau juga tidak menginginkan semua ini." Irene segera mengusap-usap punggung Suho.
Suho menggeleng. "Selama ini hidupku tidak pernah tenang. Aku selalu merasa bersalah, baik kepadamu, kepada kaum penyihir dan juga kepada Lia. Aku telah menyakiti kalian semua. Bahkan kesalahanku tidak layak untuk dimaafkan meskipun aku meminta maaf jutaan kali."
"Suho, aku sudah tidak menyalahkanmu lagi. Justru aku merasa bahagia hidup bersamamu, kau adalah suami yang sangat baik," ujar Irene tulus.
Suho memandang Irene sendu."Tapi aku tidak bisa memberimu cinta."
Irene tersenyum manis. "Aku tidak mengharapkan cintamu... karena aku tahu kau memang tidak bisa memberikannya, sekeras apapun kau berusaha. Tapi aku tetap merasa bahagia, Suho. Karena aku memiliki Junkyu. Sebelumnya aku adalah perempuan sebatang kara, tapi kau membuatku bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga."
Irene memandang ke arah halaman. "Sekarang, yang harus kita lakukan adalah berdoa tanpa henti agar Junkyu dan Lia bersatu."
Terlihat Junkyu, Yoshi, Jeno dan Jihoon duduk di rerumputan untuk beristirahat. Para perempuan kecuali Lia segera mengelap keringat yang ada di wajah suami mereka menggunakan sapu tangan. Lia dan Junkyu sontak saling pandang, mereka sama-sama merasa canggung di tengah keadaan ini.
Lia berdehem, dia lalu menyerahkan sebuah sapu tangan kepada Junkyu. "Ini..." ucapnya pelan.
Junkyu menerimanya. "Ma-makasih." Dia lalu membersihkan keringat di wajahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Curse
FanfictionKisah penyihir Junkyu dan Lia yang harus melewati lika-liku yang amat sulit. Perjuangkan Lia untuk hidup dan cintanya. Serta kebimbangan Junkyu dengan dua perempuan yang berharga baginya.