Jungkook, pemuda itu mengetuk pintu kamar Lisa pelan, terdengar suara dari dalam sana. Ketika pintu terbuka, Lisa dibuat kaget dengan presensi seorang Jungkook dengan wajah merah padam-nya. Saat Lisa hendak menutup kembali pintunya, pemuda itu sudah lebih dahulu menahan pintu itu, dan melangkah ke dalam, Lisa perlahan berjalan mundur karena Jungkook yang terus maju tepat dihadapannya ditambah lagi tatapan tajam-nya yang begitu menusuk manik Lisa.
"K-kamu ngapain?" tanya Lisa begitu kakinya menyentuh pinggiran kasur. Jungkook tak menjawab, pemuda itu terus mendorong Lisa hingga gadis itu terduduk diatas kasurnya.
"Tadi kamu pulang dianterin siapa?" tanya pemuda itu dingin menatap manik Lisa, yang juga menatap nya. "H-harusnya aku yang nanya. Tadi kamu kemana? Kok gak ada di parkiran." ucapnya mengalihkan pertanyaan Jungkook.
"Itu gak penting, sekarang jawab pertanyaan aku! Cowok yang nganterin kamu siapa?!"
"S-sehun." jawab Lisa ragu.
"Oh selingkuhan, kamu?" tanya Jungkook dengan kekehan.
"Mana ada! Aku aja gak kenal dia siapa."
"Gak kenal kok bisa sampai anterin kamu pulang?"
"Kok kamu jadi posesif gini? Lagian kamu kemana tadi aku cariin gak ada, ya salah kamu dong kalo aku pulangnya bareng orang lain."
Jungkook mendengus kasar dan ikut duduk disamping Lisa. "Aku tadi kerumah Doyeon,"
Lisa membelalakan matanya, dan menghadap Jungkook. "Doyeon si adek kelas?" Jungkook mengangguk, "kamu ngapain kerumah dia? Kamu gak aneh-aneh kan?" tanya Lisa bertubi-tubi.
Jungkook menatap Lisa dan menaruh jari telunjuk nya tepat dibibir plum gadis itu. "Aku gak ada aneh-aneh sama dia," pemuda itu menarik kembali tangannya, dan menarik nafas gusar. "kamu inget kan waktu kamu lagi sakit itu? Itu sebenarnya aku gak ada janji sama keluargaku, tapi aku kencan sama Doyeon. Aku-"
Plaakk
Lisa menatap Jungkook dengan matanya yang berkaca-kaca, "Kamu kencan sama Doyeon? Kamu nganggep aku ini apa?!" tanya Lisa penuh penekanan. Memang ia tahu kalau malam itu pacarnya tak ada janji dengan keluarga nya, melainkan jalan bersama gadis bernama Doyeon. Tapi ketika mendengar langsung dari mulut pemuda itu, rasanya ia tidak bisa terima.
"Maafin aku Sa, aku mungkin selama ini jadi laki-laki yang berengsek, aku gak bisa setia sama kamu, aku gak bisa jadi pacar yang baik buat kamu, aku suka mainin perempuan dibelakang kamu, aku gak selalu ada setiap kamu perlu, tapi dari kejadian ini aku sadar dan aku gak bakal mainin hati perempuan lagi. Aku bakal-"
"Cukup! ... aku emang tau kalo kamu sering jalan-jalan sama perempuan lain selain aku, tapi ngedenger langsung dari mulut kamu aku ngerasa gak bisa nerima! Aku seneng kamu jujur, tapi aku juga sakit hati!"
Ahkirnya, air mata yang sedaritadi ditahan-nya itu meluncur juga dari pelupuk matanya. Gadis itu segera mengusap kasar air matanya itu dan segera menghadap ke arah lain. Jungkook yang melihat itu, segera membawah Lisa kedekapannya dan mengusap-usap lembut rambut gadis itu.
"Lebih baik sekarang kamu pergi deh hiks, aku pengen sendiri." ucap nya sembari melepaskan pelukan Jungkook. Pemuda itu bingung mau bagaimana sekarang, ia pikir dengan ia jujur, Lisa akan terima begitu saja tanpa mempermasalahkan-nya, namun dugaannya salah.
Ia berpikir, mungkin gadis itu memang ingin sendiri. Namun, pemuda itu tak tahu saja jika yang membuat gadis berponi itu jadi se-sensitif ini akibat datang bulan-nya.
Jungkook kemudian berdiri, dan berjalan kearah pintu kamar Lisa. Sebelum benar-benar pergi, pemuda itu berucap, "maafin aku."
Setelah pintu tertutup rapat, Lisa memukul-mukul udara didepannya, seolah sedang melampiaskan kekesalan nya.
Jungkook menuruni tangga dengan wajah lesu-nya. Jisoo yang baru akan melewati tangga --karena ingin kedapur--mengerutkan keningnya kala melihat raut wajah calon adik iparnya itu.
"Kak Jis, gua pamit ya." ucap pemuda itu lesuh.
"I-iya, btw kenapa muka lo kusut gitu?"
"Gak papah, yaudah gue balik dulu ya kak." ucap Jungkook kemudian berlalu. Jisoo menatap pemuda itu dengan tatapan bingung. Sedetik kemudian ia langsung berlari ke kamar adiknya.
Brakh!
Tanpa mengetuk pintu, Jisoo langsung menerobos masuk membuat sang empu yang sedang meratapi nasibnya tergelonjak kaget.
"Sa, lo ada masalah apa sih sama Jungkook? Kok mukanya kayak gak semangat gitu, tadi." tanya Jisoo yang sudah melompat ke atas tempat tidur Lisa.
"Eh, kok lo nangis? Kenapa? Jungkook selingkuh ya? Atau ... dia hamilin anak orang, trus lo putusin dia? Atau lo-" belum selesai melesaikan ucapannya, sebuah bantal bermotif princess melayang tepat diwajah cantiknya.
"Gak usah ngaco deh kak!"
"Gak sopan banget lo, main ngelempar bantal ke muka cantik gue, ntar kalo gue jadi jelek gimana?"
"Iih, lo kalo cuman pengen ngeganggu gue mending lo keluar deh kak, gue lagi pengen sendiri, gue lagi galau tahu!" celetuk nya.
"Hilih, sok-sokan galau lo. Yaudah gue keluar nih." setelahnya, gadis itu melenggang pergi.
***
Tok.. Tok..
"Jungkook, ayo makan malam udah siap." panggil Irene sembari mengetuk pintu kamar Jungkook.
Jungkook--pemuda itu memarkirkan motornya ke dalam garasi. Setelah itu ia berjalan mengendap-endap masuk kedalam rumahnya--yang kebetulan tidak terkunci.
Irene menuruni tangga dengan wajah cemas, ia yakin putra sekaligus anak satu-satunya itu sedang tak berada didalam kamarnya.
Saat ingin menaiki tangga, langka Jungkook terhenti ketika berpapasan dengan Ibunda tercintanya.
"Dari mana aja kamu?"
Jungkook mendongak dan menemukan presensi Irene. Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eh, aku ... aku dari rumah ... Lisa ma."
"Lainkali kalau mau kemana-mana, harus ijin dulu sama Mami, supaya mami gak cemas! Ngerti kamu?"
"Ii-iya ma ..."
"Yaudah, ayo makan. Papa udah nungguin lho," ajak Irene menggandeng tangan Jungkook dan berjalan kearah meja makan.
***
sebenernya belum mau update karna otak bener-bener buntu buat mikirin alur ceritanya, tapi karna udah lama bgt g update, jadi yaah, update deh biarr sedikit words nyaa😞. btw hari minggu kemaren aku ulangtahun lohh ehehe:)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Playboy Gamer's
Teen Fiction"Walaupun gue Playboy, dihati gue cuma ada satu cewek doang, Lalisa namanya." Jeon Jungkook. "Emang yah semua cowok sama aja gak pernah cukup sama satu cewek!" Lalisa Manoban. ©hi_erveel