Kylie berjalan keluar restoran tempat Aldrich meeting. Ia pergi menuju sebuah minimarket yang berada di sebrang. Untuk membeli jelly.
Aldrich sudah melarangnya tadi dan meminta salah satu bodyguardnya yang membeli. Tapi gadis itu tetap keras kepala jadilah ia disini saat ini.
Dipinggir jalan tengah menunggu jalan tersebut sepi agar bisa menyeberang. Saat hendak menyebrang, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang melaju kencang kearahnya.
Brukk. Kylie tersungkur, ia menahan badannya yang hendak terguling dengan lengannya. Membuat lengan kanan yang semulanya mulus, kini terdapat luka memanjang hingga siku.
Sedangkan sang pengendara mobil tersebut langsung menepikan mobilnya, dan berlari menuju Kylie dengan panik.
"Kylie?!" Ia terkejut saat melihat siapa yang telah ia tabrak. Itu Kylie adik kelasnya saat SMA.
"Sshh.." Kylie mendongak dengan ringisan.
Matanya melebar kala melihat siapa orang yang telah memanggilnya. Orang yang kini tengah memakai jas dokternya itu merupakan orang yang dulu pernah mengungkapkan perasaan kepadanya dengan terang-terangan di lapang sekolah. Hingga membuat Aldrich murka dan menghajarnya habis-habisan, menyebabkan pria itu masuk rumah sakit.
Aqsa mensejajarkan tubuhnya dengan Kylie, ia berjongkok dengan satu lutut menumpu pada jalan.
"Kau tak apa? Apa kepalamu terluka?! Astaga.. kumohon maafkan aku" tanya Aqsa bertubi-tubi, matanya menelisik melihat keadaan Kylie.
Kylie hanya diam, ia masih terkejut saat ini. Membuat Aqsa yang mendapatinya semakin panik. Dengan sigap tangannya ingin meraih tubuh Kylie untuk digendongnya.
Tapi sebelum itu terjadi, suara dingin dengan aura gelap menginstrupsi kegiatan mereka.
"Don't touch her!" Sentak Aldrich dengan tajam.
Dengan sigap ia meraih Kylie, menggendongnya ala bridal style. Mata Kylie melebar kala ia sadar dengan apa yang terjadi saat ini. Gawat! Batinnya.
"Wiss Calm dude, aku hanya ing-" ucapannya terpotong, dengan tangan yang diangkatnya.
"She's mine!" Desis Aldrich menatap Aqsa dengan tajam. Mungkin jika mata Aldrich adalah laser pasti kepala pria yang tengah ditatapnya itu telah hancur terbolongi.
"Sstt cinta.." tangan Kylie terulur mengelus rahang Aldrich yang tegang, uratnya bahkan tercetak begitu jelas disana.
"Tenanglah sayang.."
Aldrich bergeming, ia masih menatap Aqsa dengan tatapan permusuhan. Dalam pikirannya kini tengah memikirkan hal apa yang harus ia lakukan pada bajingan tengik yang telah berani melukai miliknya.
"Akkhh.. sshh.." tak ada pilihan lain, Kylie harus pura-pura meras sakit agar prianya ini sadar.
Seolah tersadar Aldrich langsung mengarahkan perhatiannya pada Kylie, ia dengan panik langsung berlari menuju mobil yang telah disiapkan oleh bodyguardnya.
"Sstt.. maafkan aku sayang. Kita ke rumah sakit sekarang." Ucapnya setelah mendudukkan dirinya dengan Kylie di pangkuannya di kursi belakang.
"Jangan menangis cinta cup cup cup" Aldrich menenangkan Kylie seolah tengah menenangkan bayi, ia mendekap Kylie dengan hati-hati. Padahal Kylie sama sekali tak menangis.
Satu tangannya mengangkat tangan Kylie yang terluka, meniup-niupnya pelan.
Sesampainya di rumah sakit, Aldrich kembali menggendong Kylie. Dengan panik ia berteriak memanggil dokter.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Bucin CEO
RomanceAldrich Addison pria dingin datar yang memiliki tingkat kebucinan diatas rata-rata, memiliki sejuta pesona yang dapat memikat banyak hati wanita. Tapi menurutnya tak ada yang lebih memesona selain tunangannya, Kylie Wijaya. Wanita cantik yang dapat...