Saat ini Kylie bersama ibunya sedang memasak di kediaman Wijaya. Mereka terlihat sangat fokus dengan kegiatannya masing-masing.
"Bagaimana keadaan calon menantuku Kay?" Tanya Letta pada Kylie yang sibuk dengan masakannya.
"Tentu saja dia baik mom, aku mengurusnya dengan sangat baik" sombongnya.
Letta terkekeh, "baiklah baiklah mommy percaya, putri mommy ini memang sudah pantas menjadi seorang istri"
Wanita yang sudah berkepala empat itu tertawa kecil saat melihat putri satu-satunya mengulum senyum malu dengan wajah memerah.
Sepasang ibu dan anak itupun kembali melanjutkan kegiatan mereka yang hampir selesai.
Selesai dengan kegiatannya, mereka mulai bersiap untuk pergi mengantarkan makanan pada pawang masing-masing.
Ibunya akan pergi ke kantor sang ayah, sedangkan Kylie sendiri sudah pasti ia akan menemui debay bucinnya itu.
"Siap sayang?" Tanya Letta dengan tangan menenteng paperbag berisi bekal sang suami.
Kylie tersenyum sembari mengangguk. Dia juga membawa bekal untuk Aldrich, bedanya dia menaruhnya didalam tas perlengkapan yang biasa digunakan.
Letta dan Kylie berjalan beriringan menuju depan mansion. Disana sudah terdapat mobil jemputan dari masing-masing pasangannya.
Mobil Letta melaju lebih dulu keluar mansion, dia melambaikan tangannya pada sang anak.
Kylie tersenyum, lalu masuk kedalam mobil. "Jalan Max" titahnya pada sekretaris Aldrich.
Aldrich memang tidak mengijinkan Kylie berkendara dengan orang lain kecuali dirinya dan Maxton sekretarisnya. Karena Max adalah orang kepercayaan yang telah mengabdi sejak Aldrich menjadi CEO.
Sebenarnya lelaki posessive itu tak rela jika Kylie berduaan dengan sang sekretaris. Tapi apalah daya, pekerjaannya kini sedang menggunung, jadi mau tak mau dia harus merelakannya. Daripada nanti Kylie mengendarai mobilnya sendiri, atau naik angkutan umum, lebih baik Max yang menjemput.
Kylie melangkahkan kaki jenjangnya menuju lift khusus CEO. Selama perjalanan menuju ruangan Aldrich tak sedikit karyawan yang menyapanya, dan ditanggapi oleh Kylie dengan senyum manisnya.
"Bu Kylie memang pantas mendapatkan pak Aldrich, lihat saja dirinya begitu memesona"
"Ya kau benar, bahkan para pegawai lelaki disini pun banyak yang mengaguminya diam-diam"
"Hei tentu saja! Mereka takkan seberani itu untuk menyukai Bu Kylie dengan terang-terangan"
Kylie yang mendengar bisikan-bisikan itu hanya tersenyum. Tentu saja mereka tak kan berani.
Secara Aldrich jika sudah marah, apalagi jika mengenai hal miliknya, dia pasti akan berubah menjadi seorang iblis yang tak pernah pandang bulu. Perempuan laki-laki semuanya sama, bahkan mau itu tua atau muda.
Tok tok tok
"Masuk" sahut Aldrich yang masih fokus dengan berkas ditangannya.
Aldrich tetap memfokuskan perhatiannya pada pekerjaan nya itu, hingga tiba-tiba seorang perempuan duduk di pangkuannya.
Baru saja ia akan marah dan mendorong perempuan yang sudah lancang itu, tapi niatnya ia urungkan saat tahu siapa yang berada di pangkuannya ini.
Dengan cekatan Aldrich melingkarkan tangannya pada pinggang Kylie. Dia menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher sang pujaan hati.
"Lama~"rengeknya.
Kylie terkekeh, tangannya mulai aktif mengelus surai bayinya itu. Aldrich tersenyum mendapat perlakuan seperti ini, dia benar-benar menyukai tangan Kylie yang mengusap rambutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Bucin CEO
RomansaAldrich Addison pria dingin datar yang memiliki tingkat kebucinan diatas rata-rata, memiliki sejuta pesona yang dapat memikat banyak hati wanita. Tapi menurutnya tak ada yang lebih memesona selain tunangannya, Kylie Wijaya. Wanita cantik yang dapat...