Kylie memasuki ruangan VIP dalam sebuah restoran. Lalu mendudukkan dirinya pada salah satu kursi.
"Jadi ada apa?" Tanyanya to the point.
"Hey tenanglah nak, minumlah dulu kau baru datang sayang" ucap seorang paruh baya, yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak kepala empat.
"Mam aku tak bisa berlama-lama, Aldrich sedang tidur" ucap Kylie dengan sedikit rengekan.
Dia benar-benar tak habis pikir dengan kedua calon mertua serta kedua orang tuanya ini. Sudah tahu Aldrich tak bisa ditinggal saat tertidur, dan ini malah..
"Kay lelakimu itu akan baik-baik saja, percayalah" ucap Alexander, Daddy Kylie.
"Ya anakku itu sangat kuat, jadi tenanglah Kay" sahut Dexter, papa Aldrich.
Kylie hanya bisa mencibir dengan mencabikkan bibirnya. Dia sungguh kesal dengan kelakuan para orang tua ini.
Lilian terkekeh melihat ekspresi calon menantunya. Dia benar-benar menyayangi Kylie seperti anaknya sendiri, bahkan bisa dibilang dirinya lebih menyayangi Kylie dibanding Aldrich.
Ya karena memang dari dulu Lilian sangat ingin memiliki seorang anak perempuan yang cantik seperti Kylie. Tapi apalah daya, jika anaknya saat ini adalah seorang laki-laki dengan muka datar, dan sikap dingin yang tak ada tandingannya. Untung saja dia pintar dan tampan, jadi Lilian tak malu mengakuinya sebagai anak. Kejam memang.
"Begini sayang, tunanganmu itukan sebentar lagi akan ulangtahun. Bagaimana kalau kita merencanakan sesuatu?" Tawar Lilian dengan senyum misteriusnya.
Perasaan Kylie tak enak. Dia mengedarkan tatapannya, menatap satu persatu orang yang berada diruangan ini, yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
•••••
Bruk
Prangg
Pyar
Suara itu terdengar dalam ruangan sang CEO. Max menyiapkan mentalnya diluar ruangan. Majikannya saat ini sedang mengamuk, tak mudah untuk menenangkannya kecuali jika bersama Kylie. Pawang Aldrich.
Max membuka kenop pintu, lalu masuk perlahan menuju ruangan milik Aldrich. Kepalanya menunduk tak berani melihat singa yang sedang lepas kendali.
"Dimana Kylie"
"Ma- maaf tuan sa-"
Pranggg. Ucapan Max terhenti saat tuannya itu melempar vas bunga, tepat disebelah kepalanya. Jika ia bergerak sedikit saja tadi, pasti kepalanya telah pecah.
"Cari lagi bodoh! Aku tak membayarmu dengan cuma-cuma hanya untuk meminta maaf!" Bentak Aldrich.
"Ba- baik tuan" Max segera pergi dari ruangan mencekam milik tuannya itu. Aura Aldrich memang tak main-main jika sedang marah. Apalagi ini menyangkut tentang pujaan hatinya.
Didalam ruangan yang sudah tak berbentuk, Aldrich mulai menangis meraung-raung. Dia benar-benar tak bisa ditinggal oleh Kylie barang sedikitpun, apalagi tanpa kabar seperti ini.
"Hiks Kylie kau dimana sayang"
"Aku merindukanmu hiks cinta huaaaa" dengan berderai air mata. Aldrich terus berusaha melacak keberadaan Kylie.
Dia memang secara diam-diam telah menyimpan alat pelacak diberbagai barang milik Kylie. Seperti handphone, liontin di kalungnya, beberapa tas, baju dan sepatu.
•••••
Sedangkan didalam sebuah pesawat pribadi Kylie menghela nafas lelah. Dia sangat merasa khawatir dengan keadaan Aldrich saat ini. Pasti lelaki tampannya itu sedang tidak baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Bucin CEO
RomanceAldrich Addison pria dingin datar yang memiliki tingkat kebucinan diatas rata-rata, memiliki sejuta pesona yang dapat memikat banyak hati wanita. Tapi menurutnya tak ada yang lebih memesona selain tunangannya, Kylie Wijaya. Wanita cantik yang dapat...