11. Accident

67.9K 3.2K 185
                                        

Aldrich mengecup kening Kylie lembut, tak ingin membuat gadisnya terbangun.

"Sleep well baby.." bisiknya ditelinga Kylie.

Ia mengelus pelan punggung tangan Kylie yang terhalang infus.

Kylie memang kembali dipasangkan infusan setelah kejadian tempo hari, padahal dirinya merasa baik-baik saja. Tapi apalah daya, walaupun sudah merengek bahkan sampai menangis bombai pun Aldrich tetap keukeuh memasangkannya pada Kylie.

Aldrich bilang itu vitamin, agar nafsu makan Kylie meningkat. Padahal tak usah diberi vitamin pun Kylie tetap akan makan banyak. Berat badannya bahkan naik 3 kilogram saat pemeriksaan kemarin.

Setelah memastikan gadisnya benar-benar terlelap dengan nyaman, barulah Aldrich melangkah keluar. Mengunci pintu kamarnya, lalu kembali melangkah dengan gagah.

Raut wajahnya langsung berubah datar ketika keluar kamar, ia masuk kedalam lift yang berada di mansion nya.

Kylie memang telah kembali dari rumah sakit, karena paksaan Aldrich tentunya. Pria posessive itu tak ingin kejadian kemarin terulang. Aldrich tak rela miliknya di sentuh oleh orang lain selain dirinya. Memikirkannya saja sudah membuat emosinya meningkat.

Keluar dari lift, Max langsung menyambutnya dengan raut tak kalah datar. Ia berjalan tepat dibelakang Aldrich bak seorang bodyguard. Mereka berdua memakai pakaian serba hitam, membuat aura yang menguar semakin pekat.

"Jalan Max" titah Aldrich singkat ketika mereka baru saja memasuki mobil.

Udara malam ini begitu dingin, untung saja tadi Aldrich sempat memakaikan Kylie hoodie miliknya tak lupa membalutnya dengan selimut tebal.

Ahh.. baru saja meninggalkan nya sebentar, tapi ia sudah sangat merindukan calon istrinya itu.

Aldrich tersadar ketika Max membukakan pintu mobil untuknya. Rupanya mereka telah sampai.

Aldrich masuk kedalam sebuah gedung apartemen. Ketika masuk ia langsung disambut oleh Tedy, orang yang mengelola apartemen ini.

"Mari tuan" ucapnya, lalu membawa Aldrich dan Max untuk mengikutinya menuju sebuah ruangan terpencil.

Setelah sampai, Aldrich mendudukkan dirinya pada sebuah kursi tepat didepan beberapa komputer serta beberapa benda pengelolaan sistem. Banyak tombol-tombol dan tuas dimeja lebar tersebut.

"Let's play the game" bisiknya dengan seringaian, ketika mangsanya telah masuk dalam perangkap.

Disisi lain..

Aqsa berjalan dengan lesu memasuki gedung apartemen tempat ia tinggal. Dirinya benar-benar merasa lelah setelah seharian ini berkeliling kota untuk melamar kerja.

Ya.. memang setelah kejadian saat ia mengobati Kylie tempo hari, Aqsa tiba-tiba saja dipecat dari rumah sakit tempat ia bekerja. Padahal dirinya sama sekali tak merasa melakukan kesalahan apapun.

Lalu kemarin ia mencoba melamar kembali menjadi dokter di berbagai rumah sakit yang ada di kota ini, tapi hasilnya nihil. Karena dirinya langsung ditolak mentah-mentah saat baru saja perkenalan sebelum memulai interview.

Tak putus asa ia mencoba mencari pekerjaan di puskesmas, maupun unit kesehatan kesehatan kecil lainnya, tetapi hasilnya sama saja.

Hingga hari ini ia masih belum mendapatkan pekerjaan, walaupun ia melamar menjadi pelayan disebuah restoran pun ia tetap ditolak.

Huftt.. memikirkannya kembali, membuatnya semakin lelah. Aqsa menyandarkan tubuhnya pada dinding lift, matanya terpejam erat. Dirinya benar-benar mengantuk saat ini, perutnya yang terus menerus berbunyi pun ia abaikan sedari siang, karena terlalu fokus pada kegiatannya.

My Bucin CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang