Kylie membaca bukunya dengan tenang. Didepannya terdapat seorang nail art yang tengah melakukan perawatan pada kuku kakinya.
Saat tengah asik, kegiatannya itu terganggu kala suara handphone miliknya berdering.
"Yes mam?"
"Beres sayang"
"Benarkah? Seperti biasanya?"
"Ya! Bahkan ini lebih daripada biasanya!"
"Oh ya?"
"Ya sayang, tentu saja"
"Baik mam thankyou"
"Anything for you sweetheart, mama tutup ya"
Setelah panggilannya berakhir, Kylie menunjukkan seringaian cantik miliknya. Membuat sang nail art bergidik ngeri melihatnya.
"Cukup!" Titah Kylie padanya.
Setelah itu Kylie mengibaskan tangannya membuat nail art tersebut segera pergi setelah membungkukkan tubuhnya sejenak.
Baiklah sekarang kita tinggal tunggu saja, siapa yang akan datang dan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Wanita itu merebahkan tubuhnya pada sofa, kemudian mengatur sofa tersebut agar sandarannya lebih rendah.
Setelahnya ia mulai memejamkan matanya nyaman. Sebelumnya Kylie telah memutar musik terlebih dahulu.
Baru saja ia akan terlelap tetapi suara pintu yang dibuka dengan kencang membuatnya tersentak.
"Hiks sayang..."
Tanpa membuka mata pun Kylie sudah tahu siapa yang memanggilnya.
"Honey i'm so sorry hiks" ucap Aldrich lagi, kala Kylie hanya diam tanpa membalas perkataannya. Bahkan membuka matanya pun tidak.
"Sa- sayang please buka hiks matamu hiks cintaaaa huaaaa" rengek Aldrich semakin menjadi.
Aldrich menjatuhkan tubuhnya hingga membuatnya berlutut tepat dihadapan Kylie.
Sebenarnya pria itu kini tengah menahan diri untuk tidak menerjang sang istri. Sungguh ia sangat ingin memeluk tubuh Kylie lalu mengadu tentang segala hal kepadanya.
Bisa saja ia langsung menerjang Kylie saat ini juga, tapi Aldrich tak ingin mengambil resiko.
Ia takut Kylie semakin marah padanya, lalu takut istrinya itu semakin menjauhinya karena masih menganggapnya mahluk yang kotor.
"Bangun" Kylie mulai membuka suara, setelah sekian lama terdiam.
Sebenarnya wanita itu telah lama membuka matanya melihat suaminya melamun, namun Aldrich tak sadar.
Mendengar perintah Kylie, Aldrich langsung saja bangkit dengan tergesa. Ia menegapkan tubuhnya, bak seorang tentara yang telah bersiap di medan perang.
"Kau tahu apa kesalahanmu bukan?"
Aldrich mengangguk.
"Sudah melaksanakan apa yang seharusnya kau lakukan?"
Lagi, Aldrich kembali mengangguk.
"Apa kau bisu?" Raut wajah Kylie semakin datar.
"Tidak!" Jawab Aldrich dengan menggelengkan kepalanya ribut. Ia semakin menatap Kylie dengan mata berkaca-kaca, antara takut dan rindu.
Rindu akan tingkah menggemaskan cintanya, rindu bermanja padanya, rindu seluruh tubuhnya serta rindu akan apa saja yang berkaitan dengannya.
"Hiks maafkan aku.. huaaaa sayangggg maaf" tangis Aldrich meraung-raung. Pria itu bahkan tak memperdulikan seluruh maid serta bodyguard yang diam-diam memperhatikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Bucin CEO
RomanceAldrich Addison pria dingin datar yang memiliki tingkat kebucinan diatas rata-rata, memiliki sejuta pesona yang dapat memikat banyak hati wanita. Tapi menurutnya tak ada yang lebih memesona selain tunangannya, Kylie Wijaya. Wanita cantik yang dapat...