🍂24🍂

930 171 109
                                    


Malam ketika Skyla hancur.

"Skyla.. buka pintunya abang mau bicara."

Skyla hanya diam. Kepalanya begitu sakit setelah kurang lebih satu jam menangis bahkan meraung. Tubuhnya pun masih terpaku bersandar pada pintu kamarnya, enggan beranjak meskipun sedikit.

"Skyla..." Suara abangnya melembut. Skyla berusaha untuk menjawab namun suaranya negitu serak. Habis tertelan tangisannya.

Beberapa detik kemudian abangnya tidak memanggilnya lagi. Membuat Skyla tergugu---terlempar pada memori yang terjadi beberapa hari lalu ketika dirinya melihat Kanya sedang menghabiskan waktu berdua dengan mamanya di pusat perbelanjaan.

Sedang asik melamun memikirkan beberapa kemungkinan, Skyla sampai tidak sadar kalau .. Kanya sudah ada di depannya.

"Skyla kan? Ada yang ingin gue bicarain."

Dengan kaku Skyla mengangguk, selama ini mereka berinteraksi cukup baik---meskipun tidak dekat. Tidak ada drama drama jahat yang dilakukan oleh Kanya pada dirinya.

Sampai Skyla tahu.. Kanya, memang memiliki caranya sendiri.

Kanya menggiring Skyla untuk duduk di salah satu kafe yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Mama dari Kanya entah sudah kemana.

"Uhm.. Skyla. Gue gak tahu apa Auriga pernah cerita tentang kondisi keluarga gue. Tetapi kalo liat reaksi lo pas liat gue sama nyokap, sepertinya lo tahu sesuatu."

Skyla masih diam mencoba mendengarkan kata demi kata yang diujarkan Kanya dengan baik.

"Apa yang Auriga ceritain tentang gue ke lo?"

"Hm.. Dia cuma bilang lo menderita karena orang tua yang menekan lo."

Kanya mengangguk. Tidak jauh dari perkiraannya.

"Memang. Gue rasa lo tau keluarga dan klan Sanjaya. Mereka hanya mau kesempurnaan, gue salah satunya. Gue harus mau melakukan apapun yang menjadi standar mereka. Gue menderita. Jelas, dari kecil.. gue dituntut banyak hal.

Tapi satu hal yang mungkin lo perlu tahu.. Cuma Auriga yang bisa mengerti hal itu dan gue.. selalu merasa terlindungi karena kehadirannya. Auriga zona nyaman sekaligus aman gue Skyla.

Jadi.. maaf kalo misal ketika dia gak bisa melepas satu di antara kita, itu membuat..

Lo yang harus mundur."


🍂🍂🍂

Buru-buru Auriga menghapus air matanya. Ia pun melipat asal kertas yang ada di genggamannya kemudian meletakkan surat itu begitu saja di atas meja. Reno hanya diam mengamati sementara Tita sudah tidak ada di antara mereka. Deru napas yang berat juga kasar itu terdengar seakan menahan gejolak emosi yang kapan saja bisa meledak.

"Ren. Skyla nggak beneran cinta sama gue."

Reno sukses dibuat tercengang oleh apa yang baru saja dikatakan sahabatnya itu.

"Rig..."

"Diem! Dengerin gue. Kalo dia cinta, dia ngga ninggalin gue apapun kondisinya. Iya kan?"

 Autumn Leaves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang