🍂3🍂

703 175 26
                                    

Skyla tidak bertanya, meskipun rasanya mereka sudah dekat tetapi Skyla tahu jika Auriga tidak ingin cerita makan Skyla tidak akan ingin tahu lebih jauh mengenai alasan laki-laki itu pindah ke apartemen, berpisah dari orang tuanya.

Auriga memang belum cerita mengenai apa masalah yang menimpanya, hanya saja wajah murungnya sudah tidak terlalu terlihat dan bagi Skyla itu sudah cukup. Kini mereka baru saja selesai menata barang milik Auriga di apartemen barunya, barang nya tidak banyak. Apart ini juga lebih mirip ke flat, terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu kecil, dapur dan toilet. Namun meskipun tidak terlalu besar, rasanya tetap nyaman serta tidak terkesan sempit.

"Hah selesai juga." Auriga menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu yang berada di tengah apartemen ini.

"Sini Sky." Auriga memanggilnya namun panggilan ini terasa asing. Karena biasanya orang-orang memanggil Skyla dengan Kyla.

"Sky?" Gadis itu mendekat, duduk tepat di samping Auriga. Ternyata peluh cukup membasahi kening lelaki itu. Dengan reflek, Skyla pun mengusap kening Auriga, menghapus keringat yang menempel. Lelaki itu memejamkan matanya, sentuhan ringan sekaligus perhatian dari gadis ini tidak ada yang tidak dirinya sukai. Auriga tersenyum, padahal tadinya hanya ada dua perempuan yang lelaki itu izinkan untuk menyentuhnya yaitu sang Mama dan sahabatnya.. Kanya.

"Lo manggil gue apa tadi?"

"Sky."

"Langit dong?"

Auriga mengangguk antusias.

"Lo tau gak arti nama gue Sky?"

Skyla mengangguk, ayolah nama lelaki ini cukup unik dan jangan lupakan kalau Skyla memang sudah lama memiliki perasaan meskipun diam diam pada Auriga.

"Auriga, rasi bintang di belahan Utara. Bintang yang paling terangnya adalah Capella."

Kini lelaki itu yang memandang kagum dengan perempuan di sebelahnya. Tidak banyak yang mengetahui arti namanya, bahkan sahabatnya sendiri.

"Nya kamu tau gak arti nama aku?"

"Nggak lah. Emang apa?"

"Serius?"

"Yang aku tahu cuma Dirgantara nya."

"Yah itu mah nama keluarga aku."

"Nama kamu tuh aneh Rig. Kenapa ga Ariga atau Riga aja biar gampang?"

"Heh enak aja dibilang aneh. Ah Yaudah kamu nyebelin."

"Terus aja ngambek, kaya anak TK kamu."

Sekelebat potongan percakapan itu terlintas dalam benak Auriga. Dulu, sebelum Auriga menjadi biang onar di sekolahnya memang mereka berdua aku-kamu tetapi semenjak menurut Kanya dirinya berulah, Kanya seolah tidak Sudi. Ya keluarga Sanjaya memang begitu tertib nan bersahaja.

Cih, ayolah Auriga, Kanya sudah tidak peduli lagi sama lelaki itu. Bahkan dia gak menghubungi Auriga sama sekali. 

"Hei malah bengong Ar." Lelaki itu tersentak kemudian tersenyum tidak enak karena ketahuan sedang melamun, ah tepatnya sempat memikirkan sahabat yang sekarang tidak peduli lagi padanya.

"Tadi gue bawa minuman kaleng, sebentar ya." Skyla beranjak mengambil sesuatu dalam tasnya, mengeluarkan dua minuman berbahan dasar susu itu untuk dirinya dan Auriga.

"Masih agak dingin, diminum dulu. Lo belom sarapan juga gue yakin."

Lagi-lagi Auriga tersenyum.

"Thanks Sky." Dengan tiga kali teguk, kaleng berwarna hijau itu pun kosong.

"Lo mau tau sesuatu gak Sky?"

 Autumn Leaves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang