9

10.6K 797 184
                                    

INI RADA ANEH




TYPO

"Gimana? suka?"

Caca mengangguk lalu menyendokkan lagi makanan pada mulutnya

"Menurut Caca kalo mamih luncurin makanannya bakalan laku gak yah Ca di resto?"

"Laku dong mih, ini enak tau. Emang mamih paling best kalo nyiptain makanan"

Caca mengacungkan dua jempolnya pada wanita yang tersenyum dihadapannya

"Gimana kuliah?" tanya Chitta pada putri nya itu

"Gitu-gitu aja, gak ada yang spesial"

"Maksud mamih, gimana itu lancar gak? ada sendatan gak? kamu lagi ada planing apa gitu?"

"Jangan bilang mamih masih ngarepin Caca buat ikut program S2 di Chicago"

Wanita dihadapannya menyengir, ketahuan.

"Mih..plis, Caca gak mau dan gak akan pernah mau. Kalo pun Caca mau S2 di luar negri, yang pasti bukan di Chicago"

"Caca dengerin mamih, kemarin papih nelfon mamih nanyain Caca, kata-

Plang

Caca menjatuhkan sendoknya begitu saja, memotong ucapan mamih nya.

"Caca gak mau berhubungan lagi sama dia, dan seterusnya akan kayak gitu, dia dulu yang udah ngebuang Caca, sekarang maksudnya apa nyariin Caca? Caca bukan sampah"

"Kalo mamih masih bahas dia didepan Caca, Caca gak mau lagi ngomong sama mamih" ucap gadis itu panjang lebar, tersirat kebencian yang meledak-ledak pada ekspresinya, namun mata Caca tak bisa bohong, gadis itu berkaca-kaca

Ya, Chitta tau bagaimana rasa sakit yang ditorehkan mantan suaminya pada putri mereka, sangat wajar jika Caca membenci lelaki itu.

Tapi Chitta bisa jamin, jika lelaki itu sudah berubah, dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Caca

"Caca..papih udah berubah Ca, Caca gak bisa kayak gini terus sayang, gimana pun Caca butuh papih"

"Caca gak butuh mih, selama ini gak ada dia Caca baik-baik aja. Caca cuma butuh mamih, asal mamih selalu sama Caca, Caca gak peduli apapun. Dia udah nyakitin mamih, Caca gak peduli gimana dia sama Caca, tapi siapapun yang berani nyakitin mamih, bakalan berurusan sama Caca"

"Makasih mih, makanannya enak. Caca naik dulu"

Caca berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan meja makan

Sedangkan Chitta memandang putrinya sendu, selalu seperti itu.

Ntahlah apa yang Caca pikirkan tentang dirinya, gadis itu bersikeras melindunginya padahal Chitta tau Caca lah yang sebenarnya butuh pelindung.

...

Caca mengusap air mata nya, memandang cermin dihadapannya

"Gak, gue gak lemah. Gue gak butuh laki-laki kurang ajar kayak dia, gue..gue kuat, banyak yang butuh gue"

Caca segera bangkit menuju kamar mandi lalu membasuh wajah nya

Caca keluar kamar mandi setelah dirasa cukup tenang, gadis itu meraih ponselnya

Saat sedang asik memainkan ponselnya pintu kamar nya diketuk kecil beberapa kali

Caca mengernyit lalu berjalan ke arah pintu membuka pintu tersebut

CHEATING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang